A. PENGERTIAN
Koma adalah keadaan
turunnya kesadaran yang paling berat, dimana klien tidak bereaksi lagi terhadap
rangsang nyeri. Koma terjadi apabila gangguan atau kerusakan pada pusat kesadaran
timbul pada migrain atau talamus. Pada koma masih ada reaksi dengan gerakan
pertahanan primitif, seperti reflek kornea, reflek pupil, dan menarik tungkai.
B. ETIOLOGI
1. Penyakit Intra Kranial
a. Trauma sistem syaraf pusat
1) Contusio cerebri
2) Commusio cerebri
3) Fraktur cerebri
4) Hematoma epidural
5) Hematoma subdural
6) Hematoma intracerebral
b. Gangguan peredaran darah otak
1) Stroke hemmorhagic
2) Stroke non hemmorhagic (emboli serebri, trombosis
serebri)
3) Perdarahan subarakhnoid
c. Infeksi sistem syaraf pusat
1) Meningitis
2) Abses otak
3) Virus enchepalitis
d. Tumor sistem syaraf pusat
1) Perdarahan dalam tumor serebri
2) Edema serebri sekitar tumor serebri
e. Serangan kejang kejang (epilepsi)
f. Penyakit degeneratif sistem syaraf pusat
g. Peningkatan tekanan intra kranial berbagai sebab
2. Penyakit ekstra kranial
a. Vaskuler : syok, payah jantung, hipertensi, hipotensi
b. Metabolik
Asidosis metabolik, hypoglikemia, hyperglikemia,
hypokalemia, hyperkalemia, hipoksia, hiperkarbia, coma diabetikum, dll.
c. Keracunan : alkohol, narkotika, barbiturat,
tranquilizer, dll.
d. Infeksi sistemik berat : pneumonia, typoid, dll.
e. Trauma fisik : hypothermia, elektrokoagulasi
C. PATOFISIOLOGI
Otak berfungsi baik jika
kebutuhan oksigen dan glukosa terpenuhi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen
sehingga apabila otak mengalami kekurangan oksigen meskipun hanya sebentar,
maka akan terjadi gangguan fungsi.
Otak juga akan terganggu
fungsinya apabila mengalami kekurangan glukosa sebagai bahan metabolisme otak.
Jika otak kekurangan glukosa < 20% dari kebutuhan, maka akan terjadi koma.
Koma dibedakan menjadi
dua (2), yaitu koma kortikal bihemisferik dan koma diensefalik.
1. Koma kortikal bihemisferik
a. Terjadi apabila ada gangguan kortek serebri secara
menyeluruh
b. Disebut juga dengan koma metabolik, yaitu koma yang
timbul karena terjadi gangguan metabolik sel neuron di korteks serebri dikedua
hemisfer.
2. Koma diensefalik
a. Terjadi apabila ada gangguan ARAS
b. Gangguan ARAS timbul oleh karena adanya proses
patologi supra tentorial dan intra tentorial.
1) Proses patologi supra tentorial
·
Merupakan
suatu proses desak ruang supra tentorial yang akhirnya menimbulkan pressure
cone yaitu inkaserasi dari unkus di insisura tentorii. Akibatnya klien mengalami paralysis nervus III dan
penurunan kesadaran (koma).
·
Terjadi
pada tumor serebri, hematoma intra kranial dan abses intra kranial
2) Proses patologi intra tentorial
·
Merupakan
proses penyumbatan lintasan liquor serebrospinal yang menimbulkan presure cone
yaitu inkaserasi (terjepitnya) tonsil serebri di foramen magnum. Akibatnya
klien mengalami penurunan kesadaran.
·
Terjadi
pada infark batang otak bagian rostal, kontusio serebri, tumor, dan
arakhnoiditis.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tidur nyenyak sekali
2. Gerakan spontan tidak ada
3. Ditegur tidak ada respon
4. Dicubit tidak ada respon
5. Reflek pupil positif (+)
6. Tonus
flaksid
7. Reflek kornea positif (+)
E. KOMPLIKASI
1. Insufisiensi
2. Pneumonia
3. Atelektasis
4. Distensi kandung kemih
5. Stress ulcer
6. Peningkatan TIK
F. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Urine : protein, glukosa, aseton
b. Darah : Hb, AL, Hmt, AGD, Ph, elektrolit, glukosa, kadar
amonia darah, dll
c. Pungsi lumbal
2. CT scan
3. Brain scanning
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Perawatan
a. Perawatan Dasar
1) Memenuhi kebutuhan zat asam, zat makanan, dan cairan
2) Memelihara kebersihan tubuh
3) Mempertahankan miksi dan defekasi dapat berlangsung
secara teratur
4) Mencegah terjadinya infeksi skunder
5) Mencegah terjadinya decubitus
b. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan klien
dengan koma:
1) Zat asam : jaga pernafasan tetap leluasa
2) Jika ada sekret di faring, lakukan suction
3) Jika pernafasan masih belum bebas, pasan endotracheal
tube
4) Cairan, glukosa, dan elektrolit
5) Untuk mencukupi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan elaktrolit diberikan sonde/NGT.
6) Kandung kencing
7) Jika terjadi retensi urine pasang kataterisasi.
Perhatikan sterilitas dalam pemasangan kateter, jangan sampai terjadi cistitis.
8) Rectum : BAB 2-3 hari sekali, kalau perlu dilakukan
gliserin secara rectal
9) Perawatan mata : beri/ tetesi boorwater 3% setiap pagi
10) Perawatan kulit : beri bedak setelah mandi agar tidak
timbul maserasi
H. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KOMA
1. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan, meliputi:
1) Penyakit yang diderita sebelumnya (DM, Hipertensi,
ginjal, hepar, epilepsi, penyakit darah)
2) Keluhan sebelum jatuh koma (nyeri kepala, pusing,
kejang)
3) Terjadinya koma mendadak atau perlahan-lahan
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi dan sensori: pemeriksaan panca indera
b) Sistem persyarafan : pemeriksaan neurologi koma
Tujuan: menentukan letak proses patologi Hemicerebral/
hemisperium, ataukah di batang otak, dan etiologinya (vaskuler, neoplasma,
radang, trauma, metabolik)
Meliputi:
Ø
Status
kesadaran: nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
Ø
Pemeriksaan
menentukan letak lesi: kortek, sub kortek, atau batang otak
Umum
·
Perhatikan
automatisasi, berarti fungsi batang otak masih baik (menelan, membasahi bibir,
menguap), maka prognosenya baik
·
Myoclonic
jerk multifokal berulang kali berarti terjadi gangguan metabolik
·
Perhatikan
letak lengan dan tungkai
-
Bila
fleksi, maka terjadi kelainan pada hemisperium, fungsi batang otak baik
-
Bila ekstensi,
maka terjadi kelainan pada batang otak
Khusus
©
Pengamatan
pola pernafasan, dapat menunjukkan letak dari proses
~ Cheyne stokes : proses di hemicerebral dan batang otak
atas
~ Kusmaul : proses di batas mesencpl dan pons
~ Apnoutic breathing : proses di pons
~ Ataxing breathing : pernafasan cepat-dangkal dan tidak
teratur, proses diformato reticule batang otak
©
Kelainan
pupil dan bola mata
Penampang pupil
Perbandingan pupil kanan dan kiri
Bentuk
Reflek
~ Defiasi conjugate
Kedua bola mata kesamping kearah
hemicerebral yang terganggu. Besar, penampang pupil dan reaksi reflek cahaya
normal, menunjukkan kerusakan di pontamen
~ Kelainan thalamus
Kedua bola mata melihat ke
hidung, dan tak dapat melihat ke atas, pupil kecil, reflek cahaya lambat.
~ Kelainan pons
Kedua bola mata di tengah, bila
dilakukan gerakan, Doll Eye M, pupil sebesar titik (pin point pupil), reflek
cahaya positif(+)
~ Kelainan di cerebellum
Kedua bola mata ditengah, pupil
lebar, bentuk normal, reflek cahaya positif(+)
~ Kelainan di nervus III
Pupil di daerah terganggu
melebar, reflek cahaya positif (+), pupil pada sisi sehat normal. Sering
terlihat pada herniasi tentorium, nervus III tertekan.
©
Reflek
chepalik dari batang otak
Batang otak mempunyai banyak
nucleas dan mempunyai reflek tertentu. Melalui reflek tersebut dapat menilai
bagian batang otak mana yang terganggu.
~ Reflek pupil (mesencpl) : reflek cahaya, reflek
konsensual, felek convergensi
Bila reflek cahaya tergangu atau
negative maka terdapat gangguan di mesencpl (bagian atas batang otak).
~ Gerakan mata boneka (occulochepalic reflek), maka
terjadi gangguan di pons
~ Occulo vestibuler reflek, terjadi gangguan di pons
(caloric test)
~ Reflek kornea, terjadi gangguan di pons
~ Occulo auditorik reflek, terjadi ganguan di MD
~ Reaksi rangsang nyeri pada supra orbita, jaringan bawah kuku
»
Gerak
abduksi : high level function, hemicerebral masih baik
»
Abduksi
dan fleksi/ ekstensi : low level function, hemicerebral masih baik
»
Hanya
melakukan fleksi di lengan dan tungkai, berarti ada gangguan di hemicerebral
»
Kedua
lengan dan tungkai posisi posisi ekstensi (DCR), maka ada gangguan di batang
otak
c) Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas, kualitas,
suara, bau nafas dan kepatenan jalan nafas
d) Sistem kardiovaskuler : nilai tekanan darah, nadi dan
irama, kualitas dan frekuensi
e) Sistem gastrointestinal : nilai kemampaun menelan,
peristaltik, adakah stress ulcer, eliminasi (BAB, adakah retensi alvi)
f) Sistem integumen : nilai warna, turgor, tektur kulit,
adakah luka/ lesi
g) Sistem reproduksi
h) Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK,
adakah retensio urine
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, termasuk adakah
kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan sebelum terjadi
koma.
2) Pola aktivitas dan latihan : adakah keluhan lemas,
pusing, kelelahan dan kelemahan otot sebelum klien koma.
3) Pola nutrisi dan metabolisme : adakah keluhan mual,
muntah.
4) Pola eliminasi : BAK dan BAB
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
8) Pola toleransi dan koping stress
9) Pola seksual dan reproduksi
10)
Pola
hubungan dan peran
11)
Pola
nilai dan keyakinan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien dengan koma adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan fisiologis
(disfungsi neuromuskuler).
b. Kurang perawatan diri : makan, mandi, toiletting
berhubungan dengan penurunan kesadaran.
c. Perfusi jaringan serebral tak efektif berhubungan dengan
hipoksia otak.
d. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuskuler dan hipoventilasi.
e. Resiko aspirasi, faktor resiko: penurunan tingkat
kesadaran, penurunan fungsi otot-otot pernafasan
f. Resiko konstipasi, faktor resiko: fisiologis (penurunan
motilitas traktus gastrointestinal dan perubahan pola makan dan makanan dari
biasanya).
g. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit, faktor resiko:
immobilisasi fisik dan perubahan sirkulasi
h. Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko:
penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma
i. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan,
faktor resiko: tak mampu memasukkan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (penurunan kasadaran/ koma)
j. Resiko infeksi, faktor resiko: prosedur invasif
3. Rencana Perawatan
No
|
Diagnosa keperawatan/ masalah kolaborasi
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Kebersihan jalan
nafas tak efektif berhubungan dengan fisiologis (disfungsi neuromuskuler),
dengan batasan karakteristik:
Ø Dyspnea,
penurunan suara nafas
Ø Kelainan suara
nafas (ronchi)
Ø Batuk tak efektif/
tak ada
Ø Produksi sputum
banyak
Ø Klien gelisah
Ø Perubahan frekuensi
dan irama nafas
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....X24jam, diharapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten.
NOC: respiratory status: airway
patency (0410)
Indikator:
Ø Tak ada kecemasan/
gelisah
Ø Frekuensi nafas
16-24x/menit
Ø Irama nafas teratur
Ø Sputum dapat
dikeluarkan dari jalan nafas
Ø Tak ada suara
nafas tambahan
|
1. Manajemen jalan
nafas
Ø Buka jalan
nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Ø Posisikan klien
untuk memaksimalkan ventilasi
Ø Identifikasi klien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Ø Pasang mayo bila
perlu
Ø Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
Ø Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
Ø Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara berlebihan
Ø Lakukan suction
pada mayo
Ø Berikan
bronchodilator bila perlu
Ø Berikan pelembab
udara
Ø Atur intake cairan utuk
mengoptimalkan keseimbangan
Ø Monitor respirasi
dan status oksigen
2.
Suction jalan nafas (3160)
Ø Pastikan kebutuhan
oral suctioning
Ø Auskultasi suara
nafas sebelum dan sesudah suctioning
Ø Informasikan pada klien
dan keluarga tentang suctioning
Ø Berikan oksigen
dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakheal
Ø Gunakan alat yang
steril setiap melakukan tindakan
Ø Hentikan suction
dan berikan O2 apabila klien menunjukkan bradikardia dan peningkatan saturasi
O2
|
2.
|
Resiko aspirasi,
faktor resiko:
Ø penurunan tingkat
kesadaran
Ø penurunan fungsi
otot-otot pernafasan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....x24jam klien mampu mencapai:
1.
Respiratori status: ventilasi (pertukaran gas dalam
paru) 0403, indikator:
Ø Irama nafas teratur
Ø RR: 16-24 x/mnt
Ø Ekspansi dada
simetris
Ø Bernafas spontan/
mudah
Ø Suara nafas
bersih
Ø Tak ada retraksi
dada
Ø Tak ada suara
nafas tambahan
2. Respiratori
status: gas exchange (pertukaran gas CO2 dan O2 di alveoli (0402)
indikator:
Ø Bernafas mudah
Ø Tak ada dyspnea
Ø Tak ada cyanosis
Ø Saturasi O2
85-100%
Ø PaO2 70-100 mmHg
dan PaCO2 35-45 mmHg, jika klien memakai ventilator
|
1. Suction jalan
nafas (3160)
Lihat diagnosa 1
2. Pencegahan
aspirasi (3200)
Ø Monitor tingkat
kesadaran, reflek menelan, gangguan reflek, dan kemampuan menelan
Ø Monitor status paru
paru
Ø Pertahankan jalan
nafas
Ø Jaga suction selalu
siap pakai
Ø Cek posisi NGT
sebelum memberikan makanan
Ø Cek residu NGT
sebelum memberikan makanan
Ø Hindari memasukkan
makanan jika residu masih banyak
Ø Posisikan
kepala/ tinggikan bed 30-40 menit setelah pemberian makanan
3. Monitoring Respirasi
(3350)
Ø Monitor rata
rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
Ø Catat pergerakan
dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot otot tambahan, retraksi otot supra
klavikula, dan intercostals
Ø Monitor suara
nafas seperti dengkur/ ngorok
Ø Monitor pola
nafas, bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot.
Ø Palpasi kesamaan
ekspansi paru
Ø Perkusi thorak
anterior dan posterior dari apeks sampai basis bilateral
Ø Catat lokasi
trachea
Ø Monitor
kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksi)
Ø Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan atau tak adanya ventilasi dan suara tambahan
Ø Tentukan
kebutuhan suction dengan mengauskultasi cracles dan ronchi pada jalan nafas
utama
Ø Auskultasi suara
paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Ø Monitor hasil
ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan tidal
volume (jika klien memakai ventilator)
Ø Catat
perkembangan SaO2, dan tidal CO2, perubahan AGD (jika klien memakai
ventilator)
Ø Monitor kemampuan
klien untuk batuk efektif
Ø Monitor sekret
respirasi klien
Ø Catat onset,
karakteristik, dan durasi batuk
Ø Monitor dyspnea
dan kejadian yang meningkatkan atau memperburuk respirasi
Ø Buka jalan nafas
dengan chin lift atau jaw trust k/p
Ø Posisikan klien
pada satu sisi untuk mencegah aspirasi
Ø Lakukan
resusitasi k/p
Ø Lakukan tindakan
terapi respiratori
4. Posisioning/
mengatur posisi (0840)
Ø Atur posisi klien
semi fowler, ekstensi kepala
Ø Miringkan kepala
bila muntah
|
3.
|
Resiko
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, faktor resiko: tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologis
(penurunan kesadaran/ koma), dengan batasan karakteristik:
Ø Dilaporkan adanya
intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
Ø Konjunctiva dan
membran mukosa pucat
Ø Pembuluh kapiler
rapuh
Ø Klien tak mampu
menelan dan mengunyah makanan
Ø Kehilangan
rambut yang cukup banyak (rontok)
|
NOC label: Status Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24jam
status nutrisi klien meningkat/ membaik
1.
Status Nutrisi (1004)
Indikator:
Ø Intake makanan dan
minum adequat
Ø Tanda tanda
malnutrisi tidak ada
Ø Konjunctiva dan
membran mukosa tidak pucat
Ø Turgor kulit
baik
2. Status nutrisi:
Biochemical Measures (1005)
Indikator:
Ø Protein total:
5,3-8,9 gr/dl
Ø Albumin: 3,8-4,4
gr/dl
Ø Globulin:
1,5-4,5 gr/dl
Ø Hmt: 37-47 %
Ø Hb: 10-16 gr/dl
Ø GDS: £ 180 mg%
Ø Cholesterol:
140-250 mg%
Ø Trigliseride:
45-160 mg%
3. Nutrisi status:
Food and Fluid intake (1008)
Indikator:
Ø Intake makanan
per NGT adekuat
Ø Intake cairan
per NGT adekuat
Ø Intake Total
Protein Nutrition (TPN) adekuat
Ø Intake cairan
parenteral adekuat
NB: skala adekuat
1-5
|
1. Monitoring gizi
Ø Monitor masukan
kalori dan bahan makanan
Ø Amati rambut
yang kering dan mudah rontok
Ø Amati tingkat
albumin, protein total, Hb, Hmt, GDS, cholesterol dan trigliseride
Ø Monitor muntah
Ø Amati jaringan
mukosa yang pucat, kemerahan, dan kering
Ø Amati
konjunctiva yang pucat
Ø Amati turgor
kulit dan perubahan pigmentasi
Ø Catat adanya
edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
2. Manajemen
Nutrisi
Ø Kaji apakah
klien alergi makanan
Ø Kerjasama dengan
ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein, dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan klien
Ø Masukkan kalori
sesuai dengan kebutuhan
Ø Monitor catatan
makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
Ø Kolaborasi
penambahan inti protein, zat besi, dan vitamin C yang sesuai
Ø Pastikan bahwa diit
mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
Ø Beri makanan
protein tinggi, kalori tinggi, dan bergizi yang sesuai
3.
Terapi Gizi
Ø Monitor masukan
cairan dan makanan, hitung kalori makanan dengan tepat
Ø Kolaborasi ahli
gizi
Ø Pastikan diit gizi
serat dan buah buahan yang cukup
Ø Pantau laboratorium
biokimia jika perlu (protein, albumin, globulin, Hb, Hmt, GDS, chollesterol,
trigliseride)
Ø Evaluasi tanda
tanda kerusakan gizi
Ø Berikan perawatan
mulut
|
4.
|
Pola nafas tak
efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler dan hipoventilasi dengan
batasan karakteristik:
Ø Menggunakan otot
pernafasan tanmbahan
Ø Dyspnea
Ø Ortopnea
Ø Perubahan
pengembangan dada
Ø Nafas pendek
Ø Tahan ekspansi
berlangsung sangat lama
Ø Pernafasan rata
rata 16-24x/menit
Ø Kedalaman
pernafasan: tidal volume 500ml saat istirahat
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....x24jam klien mencapai:
1. Status
respirasi: Ventilasi
Indikator:
Ø Status respirasi:
ventilasi pergerakan udara ke dalam dan keluar paru
Ø Kedalaman inspirasi
dan kemudahan bernafas
Ø Ekspansi dada
simetris
Ø Suara nafas
tambahan tidak ada
Ø Nafas pendek
tidak ada
2. Vital sign
status
Indikator:
Ø Status tanda
vital (RR, TD) dalam rentang yang diharapkan
Ø RR: 16-24x/mnt
Ø TD: 120-140 mmHg
70-90
|
1. Manajemen airway
Lihat intervensi
diagnosa 1, Kebersihan jalan nafas
2.
Terapi Oksigen
Ø Bersihkan jalan
nafas dari sekret
Ø Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
Ø Berikan oksigen
sesuai instruksi
Ø Monitor aliran
oksigen, canul oksigen, dan humidifier
Ø Observasi tanda
tanda hipoventilasi
Ø Monitor respon
klien terhadap pemberian oksigen
3. Monitoring Vital
Sign
Ø Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
Ø Catat adanya
fluktuasi TD
Ø Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
Ø Monitor kualitas
nadi
Ø Monitor adanya
pulsus paradoks
Ø Monitor adanya
pulsus alteransmonitor jumlah dan irama jantung
Ø Monitor bunyi
jantung
Ø Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
Ø Monitor suhu,
warna, dan kelembaban kulit
Ø Monitor sianosis
perifer
Ø Monitor adanya
chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardia, peningkatan sistolik)
Ø Identifikasi
penyebab dan perubahan vital sign
4. Monitor
Respirasi
Ø Monitor rata
rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
Ø Catat pergerakan
dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraventrikuler dan intercostals
Ø Monitor suara
nafas, seperti dengkur
Ø Monitor pola
nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperbentilasi, cheyne stokes, biot
Ø Palpasi kesamaan
ekspansi paru
Ø Perkusi thoraks
anterior dan posterior dari apeks sampai basis bilateral
Ø Monitor
kelelahan otot diafragma (gerakan paradoks)
Ø Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan atau tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Ø Tentukan
kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronchi pada jalan nafas
utama
Ø Auskultasi suara
paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Ø Monitor kekuatan
inspirasi maksimal, volume ekspirasi, dan kapasitas vital
Ø Monitor hasil
ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan tidal
volume (jika klien memakai ventilator)
Ø Monitor
peningkatan kelelahan, cemas, dan lapar udara
Ø Catat perubahan
SaO2, SvO2 dan tidal Co2 (jika klien memakai ventilator)
Ø Monitor kemampuan
klien untuk batuk efektif
Ø Monitor sekret
respirasi klien
Ø Catat onset,
karakteristik, dan durasi batuk
Ø Monitor dyspnea
dan kejadian yang meningkatkan atau memperburuk respirasi
Ø Buka jalan nafas
dengan chin lift atau jaw trust k/p
Ø Posisikan klien
pada satu sisi untuk mencegah aspirasi
Ø Lakukan
resusitasi k/p
Ø Lakukan tindakan
terapi respiratori
|
5.
|
Resiko
ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal
akibat penurunan kesadaran/ koma
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x24jam balance cairan adekuat
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil:
Ø Tekanan darah
normal
Ø Nadi perifer teraba
Ø Tidak terjadi
ortostatik hypotension
Ø Intake-output
seimbang dalam 24 jam
Ø Serum, elektrolit
dalam batas normal
Ø Hmt dalam batas
normal
Ø Tidak ada suara
nafas tambahan
Ø BB stabil
Ø Tidak ada
asites, edema perifer
Ø Tidak ada distensi
vena leher
Ø Mata tidak cekung
Ø Tidak bingung
Ø Rasa haus tidak
berlebihan/ rakus
Ø Membran mukosa
lembab
Ø Hidrasi kulit adekuat
|
1. Monitor cairan
(4130)
Ø Tentukan riwayat
jenis dan banyaknya intake cairan dan kebiasaan eliminasi
Ø Tentukan faktor
resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan (hipertermi diuretic,
kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
Ø Monitor vital
sign
Ø Monitor intake
dan output
Ø Periksa serum,
elektrolit dan membatasi cairan bila diperlukan
Ø Jaga keakuratan
catatan intake dan output
Ø Monitor membrane
mukosa, turgor kulit dan rasa haus
Ø Monitor warna dan
jumlah urine
Ø Monitor distensi
vena leher, krakles, edema perifer dan peningkatan berat badan
Ø Monitor akses
intravena
Ø Monitor tanda dan
gejala asites
Ø Berikan cairan
Ø Pertahankan aliran
infus sesuai advis
2.
Manajemen cairan (4120)
Ø Pertahankan
keakuratan catatan intake dan output
Ø Pasang kateter
kalau perlu
Ø Monitor status
hidrasi (kelembaban membran mukosa, denyut nadi, tekanan darah)
Ø Monitor vital
sign
Ø Monitor tanda
tanda overhidrasi/ kelebihan cairan (krakles, edema perifer, distensi vena
leher, asites, edema pulmo)
Ø Berikan cairan
intravena
Ø Monitor status
nutrisi
Ø Berikan intake oral
selama 24jam
Ø Berkan cairan
dengan selang (NGT) kalau perlu
Ø Monitor respon klien
terhadap terapi elektrolit
Ø Kolaborasi dokter
jika ada tanda dan gejala kelebihan cairan
3.
Monitoring Elektrolit (2020)
Ø Monitor elektrolit
serum
Ø Laporkan jika ada
ketidakseimbangan elektrolit
Ø Monitor tanda dan
gejala ketidakseimbangan elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual, dan
muntah, lethargi, cemas, bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang,
depresi pernafasan, gangguan irama jantung, penurunan kesadaran: apatis, coma
4.
Manajemen Elektrolit (2000)
Ø Pertahankan cairan
infus yang mengandung elektrolit
Ø Monitor kehilangan
elektrolit lewat suction nasogastrik, diare, diaporesis
Ø Bilas NGT dengan
normal saline
Ø Berikan diit
makanan yang kaya kalium
Ø Berikan klien
lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami gangguan neurologis atau
neuromuskuler
Ø Kolaborasi dokter
bila tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit menetap
Ø Monitor respon
klien terhadap terapi elektrolit
Ø Monitor efek
samping pemberian suplemen elektrolit
Ø Kolaborasi dokter
pemberian obat yang mengandung elektrolit (aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas)
Ø Berikan suplemen
baik lewat oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius.
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Prima Medika.
Joanne C. Mc Closkey.
1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby-Year Book.
Judith M. Wilkinson.
2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervension and NOC
Outcomes. New Jersey: Upper Saddle River.
Marion Johnson. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mosby-Year Book.
_________, 2003. Pelatihan
Keperawatan Intensif. Instalasi Rawat Intensif RS. Dr. Sardjito Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar