MAKALAH TEORI ETIK KEPERAWATAN : TEORI ETIKA KARAKTER

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang berpegang pada kode etik sebagai pedoman dalam praktik pemberian asuhan keperawatan. Tugas perawat adalah merawat (care) bukan mengobati (cure). Perawat mempunyai kekuatan untuk melakukan yang baik atau membahayakan pasiennya, yang tergantung pada tingkat pengetahuan dan nilai yang dianut. Pemberian asuhan keperawatan dengan objek manusia tidak cukup hanya menekankan keterampilan klinis untuk menangani aspek fisik pasien saja tanpa memperhatikan aspek-aspek lain seperti psikologis, sosial, kultural dan spiritual seseorang.
Perawat seringkali menghadapi berbagai situasi yang menimbulkan dilema. Situasi di sini dapat berupa masalah keyakinan, budaya, nilai, ekonomi, dan sosial. Perawat harus tetap mengambil keputusan dengan berpedoman pada etika profesi agar keputusan yang diambil menimbulkan kebaikan. Hal ini dikarenakan filosofi dari etik itu sendiri adalah mengerjakan yang baik dan menghindari bahaya.Perawat sebagai profesi juga harus memenuhi salah satu karakteristik profesi yaitu penerimaan dari masyarakat. Dengan demikian masyarakat merasa butuh akan adanya perawat. Di Amerika serikat, berdasarkan Gallup survey, 2015, perawat adalah profesi yang paling dipercaya oleh masyarakat (Pujasari, 2015).
Perawat idealnya harus mampu mengaplikasikan teori dan kiat keperawatan secara seimbang yang didasari oleh etik dan moral dalam keperawatan. Salah satu teori yang membahas tentang prinsip etik adalah teori etika karakter. Etika karakter adalah formulasi tersistematis dari sifat karakter yang patut dipuji atau bertanggung jawab terhadap tindakan yang melanggar etik atau hukum(Shelp (1985) dalam Baillie & Garrett (2001)). Tindakan yang benar adalah tindakan yang dilakukan oleh orang yang identik dengan kebajikan. Etika karakter lebih menekankan pada siapa yang melakukan tindakan daripada menekankan pada tindakan itu sendiri. Etika karakter tidak hanya tentang benar atau salah tindakan seseorang, tetapi memberikan petunjuk atas karakteristik dan kebiasaan orang baik.
Beberapa kasus yang sering kita temui di rumah sakit membutuhkan kita untuk memahami teori tentang etika karakter. Salah satu kasus yang berhubungan dengan penerapan etika karakter adalah kasus An. F, usia 9 tahun dengan dx Post Op bedah jantung yang dirawat di salah satu rs di wilayah Jakarta Barat. An F sudah dirawat selama 1,5 tahun. Saat ini kondisinya An. F dapat membuka mata dengan pandangan kosong dan tidak merespon terhadap stimulus. An F adalah pasien total care yang terpasang alat bantu nafas melalui tracheostomi dan NGT. Sejak sekitar 6 bulan yang lalu tim medis rs sudah menyatakan bahwa An F tidak mungkin sembuh kembali dan hanya akan terus bergantung pada alat bantu pernafasan. Namun pihak keluarga, terutama ibu An F masih berharap anak F dapat kembali pulih dan terus mendapatkan perawatan di rumah sakit tersebut. An F di rawat dengan menggunakan jaminan BPJS dan secara billing biaya sudah melampaui plafon biaya dan akhirnya menjadi tanggung jawab rumah sakit. Sebagai informasi di rumah sakit tersebut diberlakukan subsidi silang untuk biaya pasien yang melebihi plafon. Tim kesehatan yang merawat An F sudah menjelaskan hal tersebut kepada keluarga dan menyarankan agar An F di rujuk ke rumah sakit asal ( Sumatera Barat) untuk perawatan selanjutnya, tetapi sampai saat ini belum bersedia dengan alasan fasilitas dan kenyamanan.
Berdasarkan pemaparan kasus tersebut, penulis tertarik untuk membahas secara lebih dalam tentang teori etika karakter dan bagaimana penerapan teori tersebut dalam tatanan pelayanan keperawatan di rumah sakit serta menganalisa kasus dan solusinya berdasarkan prinsip-prinsip dari teori etika karakter itu sendiri.

1.2  Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.2.1        Mengetahui konsep Teori etika karakter secara umum
1.2.2        Menganalisis Teori Etik pada area keperawatan, dan membandingkan   serta membedakan dengan teori Etik secara umum
1.2.3        Mengetahui aplikasi Teori Etika karakter dalam pembahasan kasus di area keperawatan



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Etika Karakter
2.1.1 Pengertian Etika karakter
Etika karakter adalah formulasi tersistematis dari sifat karakter yang patut dipuji atau bertanggung jawab terhadap tindakan yang melanggar etik atau hukum(Shelp (1985) dalam Baillie & Garrett (2001)). Tindakan yang benar adalah tindakan yang dilakukan oleh orang yang identik dengan kebajikan. Etika karakter lebih menekankan pada siapa yang melakukan tindakan daripada menekankan pada tindakan itu sendiri. Etika karakter tidak hanya tentang benar atau salah tindakan seseorang, tetapi memberikan petunjuk atas karakteristik dan kebiasaan orang baik.
Etika karakter dikenal dengan virtue based theory. Berbeda dengan Kant dan Utilialiarisme yang melihat etik lebih ke tindakan, Aristoteles melihat etik berfokus pada karakter, untuk menjawab pertanyaan “orang seperti apakah saya seharusnya?”. Aristoteles dalam melihat etik berprinsip pada virtue (Hinman, 2012).Etika karakter harus dilengkapi oleh karakter aksi/tindakan karena dua alasan. Pertama, salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi oleh filosofi moral berorientasi pada tindakan adalah dalam aplikasi teori moral terhadap kasus tertentu. Tanpa karakter yang baik, kita hanya mampu mengaplikasikan prinsip moral pada tatanan mekanis, yang insensitive terhadap nuansa situasi. Kedua, ada beberapa tradisi moral yang relevan terhadap pertimbangan kita tentang bagaimana kita bertindak
Salah satu prinsip etika Aristoteles adalah cara mendorong kebahagiaan manusia. Etika Aristoteles menjawab pertanyaan apa yang mendorong kebahagiaan manusia. Virtuesadalah kekuatan dari karakter yang mendorong pada kebahagiaan, sedangkan vices adalah kelemahan dari karakter yang menghambat kebahagiaan. Keberanian adalah virtue karena mampu mengatasi ketakutan kita dalam proses mencapai tujuan hidup. Setiap virtue membuat prosesor statusnya baik dan menjalankan fungsi yang seharusnya. Virtue  dari manusia adalah membuat manusia baik dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Aristoteles juga melihat manusia yang baik adalah manusia yang mempunyai alasan atau kemampuan berpikir yang baik (Hinman, 2012).
.
Meskipun tidak secara langsung menjawab tindakan apa yang harus dilakukan, namun bukan berarti tidak ada hubungan antara karakter dengan tindakan yang dilakukan seseorang. Sebagai contoh adalah perbandingan antara seseorang yang mempunyai karakter apa adanya dengan seseorang yang dapat mengekang keinginannya. Seseorang yang apa adanya akan memakan brokoli karena dia memang menyukai brokoli. Sebaliknya, seseorang yang dapat mengekang keinginannya akan makan brokoli meskipun sebenarnya dia lebih menyukai keju, daging merah atau cheesecake, karena dia menyadari bahwa brokoli baik untuk kesehatannya.
Aristoteles menekankan etika dalam upaya meraih kesejahteraan. Seseorang dikatakan baik/bijak jika ia memiliki karakter yang kuat yang mendukung kesejahteraannya. Sebaliknya, karakter yang buruk adalah karakter yang menghambat seseorang meraih kesejahteraan/ kebahagiaan.Aristoteles menjelaskan bahwa sejahtera artinya berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, sebuah gitar dikatakan baik apabila gitar tersebut dapat menghasilkan music yang bagus. Demikian juga manusia yang baik adalah manusia yang menjalankan fungsinya dengan benar. Dalam agama tertentu diajarkan bahwa manusia diciptakan untuk tujuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan, sehingga manusia harus memiliki karakter yang sesuai untuk dapat melaksanakan rencana Tuhan.
Aristoteles juga memaknai kesejahteraan sebagai keunikan. Sebagai contoh, pohon plum memiliki karakter yang unik yaitu menghasilkan buah plum. Demikian juga manusia yang memiliki akal budi, yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, manusia dikatakan sejahtera jika ia dapat menggunakan akal budinya dalam menjalani kehidupannya.Aristoteles mendefinisikan kebajikan sebagai berikut:
1.      Kebiasaan atau watak/sifat
2.      Melibatkan perasaan dan tindakan
3.      Mencari makna dari segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia
4.      Semua tindakan didasarkan pada alasan yang baik




2.1.2 Pilar Kekuatan Moral
Alfred Tennison menguraikan ada 16 Pilar kekuatan moral antara lain :
1.    Keberanian ( Courage )
     Kekuatan mental untuk bertahan terhadap bahaya. Adanya dorongan untuk melakukan sesuatu adalah kekuatan karakter yang diperlukan untuk terus bertahan dalam menghadapi ketakutan dan tantangan dalam hidup. Tanpa keberanian seseorang tidak dapat mengambil resiko yang diperlukan untuk mencapai hal-hal yang paling dihargai.
2.    Kebijaksanaan ( Wisdom)
     Fungsi kebijaksanaan adalah untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan.
3.    Perhatian ( Temperance)
     Perhatian diberikan dalam bentuk sikap dan tindakan secara adil. Salah satu penyataan oleh Charles Kingsley adalah “Being forced to work, and forced to do your best, will breed in you temperance and self-control, diligence and strength of will, cheerfulness and content, and a hundred virtues which the idle will never know.
4.    Komitment ( Commitment )
     Tindakan yang mengikat diri (intelektual atau emosional) terhadap suatu tindakan. Ini merupakan sebuah janji untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
5.    Belas Kasihan ( Compassion)
     Kesadaran dan simpati yang mendalam akan penderitaan orang lain. Kemampuan untuk menunjukkan kasih sayang adalah tanda sejati karakter moral
6.    Ketelitian ( Conscientiousness)
     Orang yang teliti adalah orang yang memiliki integritas moral dan perhatian khusus untuk melakukan apa yang dianggap hal yang benar untuk dilakukan
7.    Kearifan ( Discernment)
     Kemampuan untuk membuat keputusan yang baik tanpa ada pengaruh dari kepentingan pribadi, ketakutan dan pengaruh dari orang lain
8.    Keadilan ( fairness)
     Mewajibkan semua orang untuk bersikap objektif, tidak memihak dan konsisten dengan prinsip etika.


9.    Kesetiaan ( Fidelity)
     Suatu sikap yang berpegang teguh pada komitmen dan kewajiban kepada orang lain serta memperhatikan prinsip kejujuran
10.    Kebebasan ( Freedom)
     Adalah suatu sikap atau keadaan dimana seseorang bebas untuk memilih secara pribadi sesuai dengan batas hukum yang mengatur.
11.    Honesty ( Kejujuran)
       Adalah keyakinan bahwa seseorang akan bertindak dengan motif yang benar. Hal ini tergantung pada keyakinan pada kekuatan, karakter dan kebenaran yang diyakininya.
12.    Integrity ( Integritas)
       Ketaatan yang teguh pada prinsip moral dan rtika yang mengikat dan sebuah komitmen untuk tidak  melakukan tindakan kompromi sedikitpun
13.    Kebaikan ( Kindness )
       Menunjukkan perilaku perhatian dan simpati seeta sikap empati pada kebutuhan/kondisi orang lain
14.    Respects ( Menghormati)
       Sikap yang menunjukkan rasa hormat dan penghargaan pada seseorang.
15.    Hopefullness
       Sikap atau pandangan untuk melihat sesuatu jauh kedepan dengan optimis dan sikap percaya
16.    Tolerance
       Sikap saling menghargai satu dengan yang lain. Toleransi dapat dilihat dengan 2 cara yaitu sikap positif dan negatif. Sikap positif menunjukkan seseorang menerima adanya perbedaan diantara kelompok. Sedangkan sikap negatif yaitu sikap sesorang yang tidak menerima adanya perbedaan dalam suatu kelompok/golongan.

2.1.3 Kebajikan Dan Jenis-Jenis Tantangan Hidup
Menurut Aristoteles penekanan etika karakter lebih  pada karakter individu itu sendiri, bukan tindakan individu, yang dimanifestasikan pada kebiasaan berpikir dan berperilaku. Adapun respon individu terhadap masalah yang dihadapi berbeda-beda satu dengan yang lain. Hal ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini.
Jenis Tantangan dalam Hidup
Kekurangan
Rerata
Berlebihan
Sikap terhadap diri sendiri
·         Rendah diri
·         Mencintai diri sendiri
·         Menghargai diri sendiri
·         Arogan
·         Egois
·         Angkuh
·         Narsis
Sikap terhadap pelanggaran orang lain
·         Mengabaikan
·         Diam saja
·         Marah
·         Memaafkan
·         Memahami
·         Balas dendam
·         Iri
·         Benci
Sikap terhadap perbuatan baik orang lain
·         Curiga
·         Dengki
·         Mengabaikan
·         Berterima kasih
·         Mengagumi
·         Merasa berhutang budi berlebihan
Sikap terhadap pelanggaran yang dilakukan diri sendiri
·         Tidak peduli/ mengabaikan
·         Tidak menyesali
·         Meremehkan
·         Menyesali
·         Mengambil hikmahnya
·         Memaafkan diri sendiri
·         Merasa bersalah
·         Merasa dihantui
·         Malu
Sikap terhadap perbuatan baik diri sendiri
·         Meremehkan
·         Kecewa
·         Merasa berprestasi
·         Rendah hati
·         Membenarkan diri sendiri
Sikap terhadap penderitaan orang lain
·         Tidak merasakan apapun (berkulit tebal)
·         Merasa kasihan
·         Merasa hati tersayat
Sikap terhadap kesuksesan orang lain
·         Ada kepuasan diri
·         Berkompetisi/ bersaing
·         Mengagumi
·         Iri/ cemburu
Sikap terhadap kematian dan bahaya
·         Merasa takut
·         Merasa berani
·         Nekad
Sikap terhadap keinginan diri sendiri
·         Tidak ada kesenangan
·         Sederhana
·         Sedang-sedang saja
·         Rakus
Sikap terhadap teman-teman
·         Tidak peduli
·         Setia
·         Patuh
Sikap terhadap orang lain
·         Mengekploitasi
·         Menghargai
·         Menghormati


BAB 3
PEMBAHASAN

Etika karakter sangat penting sebagai dasar analisa untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait etik yang sering dihadapi dalam praktik keperawatan. Terdapat beberapa virtue (kebajikan) dalam  etika karakter yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghadapi masalah yang menimbulkan dilema etik. Adapun dari kasus di atas dapat diketahui bahwa ibu anak F bertahan dalam menghadapi ketakutan akan kematian yang mengancam anaknya dan masih berharap (hopefulness) anak F dapat terus bertahan  meskipun harus tergantung dengan alat bantu napas hingga saat ini. Ibu anak F tidak mau anaknya dipindah rawat ke rumah sakit daerah asalnya dengan alasan fasilitas di rumah sakitdaerah menurutnya tidak mendukung terhadap kelangsungan hidup anaknya.
Permasalahan di atas menimbulkan dilema etik di managemen rumah sakit umumnya dan perawat pada khususnya. Untuk menghadapi permasalahan di atas diperlukan prinsip etik perawat dan tenaga kesehatan sebagai pedoman dalam bertindak. Etika kepedulian juga merupakan landasan fundamental untuk menghadapi kasus ini dan  dalam memberikan asuhan keperawatan kepada An F. Keputusan etik harus diambil untuk kebaikan bersama: kebaikan pasien & keluarga, rumah sakit, perawat, dan pasien yang lain. Perawat sebagai profesi mempunyai etika karakter yang melekat kepadanya dan mendorong perawat untuk bertindak sebagaimana mestinya.Sesuai dengan makna dari etika karakter yaitu ‘orang seperti apakah saya jika berprofesi sebagai seorang perawat?’.Perawat harus bertindak berdasarkan virtue. Perawat harus mengedepankan virtue dibandingkan vices untuk mencapai kebahagiaan. Perawat harus menggunakan akal budi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sbg perawat, untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Di sisi lain, tim kesehatan termasuk perawat di dalamnya mempunyai perasaan belas kasihan (Compassion)  terhadap anak F dan ibu anak F. Perawat merasa kasihan karena anak F tergantung terus menerus terhadap alat bantu nafas sehingga seluruh kehidupannya tergantung terhadap alat bantu nafas, selain itu perawat juga memberi perhatian (Temperance)  terhadap anak F tanpa membeda-bedakan dengan pasien lain tanpa merasa lelah dan bosan walaupun anak F sudah dirawat selama 1,5 tahun lamanya. Disisi lain seorang  perawat sebagai tenaga kesehatan tentunya memiliki sifat kebaikan (Kindness) dimana perawat menunjukan perilaku perhatian dan simpati pada kondisi dan kebutuhan orang lain, sikap yang ditunjukan disini yaitu perawat perhatian dan simpati terhadap kondisi anak F. Dan perawat hormat ( Respect ) terhadap ibu anak F dimana  kondisi anaknya  tidak berdaya ibunya masih semangat mengurus anaknya walaupun jauh dari anggota keluarganya.
Dalam hal ini pihak rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan merasa dilema dan kasihan (Compassion) dengan kondisi kesehatan anak F. Di satu sisi harus tetap memberikan pelayanan kesehatan terhadap anak F tapi di sisi lain masih banyak pasien yang menbutuhkan ruangan intermediate dengan harapan hidup yang lebih bagus. Dengan Penuh ketelitian dan kejujuran (Honesty) akhirnya pihak rumah sakit menjelaskan tentang kondisi dan harapan kesehatan anak F kedepannya dengan memberikan pilihan untuk merawat pasien di rumah (home care) atau memindahkan anak F ke rumah sakit di tempat asal anak F. Dimana pada awalnya pihak rumah sakit memberikan kebebasan (Freedom)  kepada pihak keluarga untuk memilih apakah mau dirawat di rumah tetapi tersedia alat bantu pernafasan atau mau di rawat di tempat asal anak F agar lebih dekat dengan keluarga. Rumah sakit sudah berusaha membantu memfasilitasinya dengan cara kerjasama dengan pihak rumah sakit daerah dimana tempat keluarga anak F berada dan berusaha memfasilitasi alat transfortasi yang aman selama pasien dipindahkan ke rumah sakit daerah. Namun keluarga anak F masih menolak dengan penawaran tersebut.
Sesuai dengan teori Aristoteles yang berbicara tentang bagaimana cara yang dilakukan individu supaya memperoleh kesejahtraan dalam hidupnya dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam dirinya. Menurut teori aristoteles, dalam hal ini Ibu anak F menunjukkan sikap positif terhadap kondisi anaknya ( menghargai dan menerima semua kondisi anaknya dan berharap anaknya bisa pulih kembali. Ibu anak F menunjukkan rasa terima kasih yang besar kepada rumah sakit. Namun ibu anak F masih menunjukkan sikap ketergantungan yang berlebihan pada rumah sakit dengan alasan merasa nyaman di rumah sakit dan merasa takut bila ada bahaya bila anak F dirujuk ke rumah sakit asalnya dengan alasan fasilitas yang kurang dan tidak menerima perawatan home care karena tidak memiliki biaya untuk perawatan. Dalam kondisi tersebut perawat sebagai tenaga medis yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama klien menunjukkan sikap setia dan menghargai setiap keputusan yang diambil oleh ibu anak F. Tenaga medis  dan rumah sakit menunjukkan sikap belas kasihan pada kondisi anak F.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tim medis dan medis konsisten dalam memberikan perawatan terhadap anak F yang bertujuan agar anak F memperoleh haknya dan mendapatkan perawatan yang terbaik. Keluarga anak F  sangat berharap agar anaknya bisa pulih kembali seperti semula walaupun kondisi anak F secara medis memiliki prognosis yang kurang baik.


BAB 4
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Penerapan etik dan moral tidak terlepas di dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik kapasitasnya sebagai pribadi (individu) maupun sebagai anggota suatu kelompok (masyarakat dan bangsa). Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral masyarakatnya. Moral memiliki kedudukan yang amat penting karena manusia dalam hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang, dan hukum yang ada dalam suatu masyarakat.Menurut Aristoteles Penerapan teori etika karakter penting dalam mencapai kebahagiaan individu sekaligus memberikan nilai yang positif buat orang lain.

4.2  Saran
Profesi perawat sebagi bagian dari anggota masyarakat, tentunya dalam melakukan asuhan keperawatan diperlukan etika karakter dimana dalam melakukan asuhan keperawatan diperlukan standar keperawatan yang mengatur semua tindakan. Selama melakukan tindakan keperawatan tentunya tidak luput dari masalah dan dilemma. Saat menyelesaikan suatu masalah tentunya harus sesauai dengan kaidah dan prinsip-prinsip keputusan etik dan menanamkan nilai etika karakter dalam dirinya untuk mencapai kesejahtraan.



DAFTAR PUSTAKA


Ashcroft, R. E., Dawson, A., Draper, H., & McMillan, J. R. (2007). Principles of Health Care Ethics (2nd ed). England: Jhon Wiley & Son, Ltd.
Bandman,E.L& Bandman,B. (1995). Nursing ethics through the life span. 3th edition. USA: Prentice Hall.
Baillie,H.W., Garrett,R.M., & Garrett,T.M. (2001). Health care ethics:principles and problems.4th edition. USA: Prentice Hall.
Bertens,K. (2002). Etika  ( edisi ke 7), Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Grainger, Joanne.2015. Foundation of Helathcare Etics: Theory to Practice. Sydney : Cambridge University Press.
Harrison,C& Judson,K. (2013). Law & ethics for the health profession. (6th). USA: Mc Graw Hill.
Hinman,L.M. (2012). Ethics: a pruralistic approach to moral theory. 5th edition.
BBC. “Character-based ethics”. Bbc.co.uk. (2014).
Podgar, George D. 2013. Legal and Ethical Issues For Health Profesionalis. USA : Jones & Bartlett Learning

Tidak ada komentar: