A. Abstrak
Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition merupakan
salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara yang
sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun (balita).Pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan
patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang macam-macam.
Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai
berat. Pada keadaan riangan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat
pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan yang berat ditemuakan 2 tipe yaitu tipe
kwarsiorkor dan tipe marasmus.
B.Tujuan
- Mahasiswa mampu mengenali dan menyebutkan bergagai tanda dan macam-macam klasifikasi dalam KEP.
- Mahasiswa dapat membuat tindakan dalam mengatasi atau memecahkan masalah KEP.
C. Dasar Pembuatan Paket Pembelajaran.
Pada negara
berkembang sering terjadi kekurangan energi dan protein terutama pada anak-anak
usia kurang dari 5 tahun (balita)
D. Alasan Pemilihan Paket Pembelajaran
Pada orang tua dengan anak dibawah umur 5 tahun biasanya mengalami
kesulitan dalam memberikan makan pada anak, sehingga anak mengalami kekurangan
zat makanan seperti kekurangan energi dan protein. Oleh karena itu kita sebagai
peerawat harus memberikan pemecahan masalah untuk mengatasi kekurangan energi
dan protein.
E. Sasaran Audience
- Anak-anak usia 4 dan 5 tahun.
- Orang tua dengan usia 4 dan 5 tahun.
F. Teori
- Prevalensi KEP
Penyakit
KEP merupakan bentuk malnutrisi terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun
dan kebanyakan dinegara yang sedang berkembang. Bentuk KEP berat memberikan
gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk kwarsiorkor, marasmus atau bentuk
campuran kwarsiorkor marasmik. Pada kenyataanya gejala penyakit KEP ringan ini
tidak jelas hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika
dibandingkan dengan anak sehat seumurnya. Berdasarkan hasil penelitian di 254
desa diseluruh Indonesia, Tarwotjo dkk (1978) ditemukan 30% atau 9 juta anak
–anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak balita
menderita gizi buruk.
- Faktor-faktor Penyebab KEP
Penyakit
KEP merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa factor yang
menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut, antara lain: faktro diet, factor
social, kepadatan penduduk, infeksi dan kemiskinan.
- Peranan Diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein
menyebabkan anak menderita kwarsiorkor, sedngkan diet kurang energi walaupun
zat-zat gizinya asansial seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita
marasmus. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasya
(1971) terlihat bahwa diet yang kurang lebih sama, pada beberapa anak timbul
gejala-gejala kwarsiorkor, sedangkan pada beberapa anak yang lain timbul
gejala-gejala marasmus. Mereka membuat kesimpulan bahwa diet bukan merupakan
factor yang penting, tetapi masih ada factor lain yang harus dicari.
- Peranan Faktor Sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang
sudah turun-temurun dapat mempengruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya
pantangan tersebut didasarkan pada pada
keagamaan, tetapi ada pula merupakan tradisi yang turun-temurun. Jika pantangan
itu berdasarkan pada keagamaan, maka akan sulit untuk diubah. Tetapi jika
pantangan tersebut karena kebiasaan maka dengan pendidikan gizi yang baik dan
dilakukan terus-menerus hal tersebut masih bisa diatasi.
- Peranan kepadatan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974
dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi
dengan bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab
utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutnya.
McLaren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat
pada suatu daerah yang terlalu padat penduduknya dengan keadaan hygiene yang
buruk.
- Peranan Infeksi
Infeksi akan memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi
walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
- Peranan Kemiskinan
Dengan penghasilan yang rendah, ditambah timbulnya
banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal akan lebih mempercepat
timbulnya KEP.
- Gejala Klinis KEP (marasmus dan kwarsiorkor)
a)
Gejala klinis
Kwarsiorkor
Penampilan
Penampilannya seperti anak gemuk bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di
bagian tubuh lainnya seperti pada pantat akan terlihat atrofi.
Gangguan pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari buku Harvard
persentil 50 walaupun terdapat edema, juga pada pertumbuhan tinggi badannya
jika KEP sudah berlangsung lama.
Perubahan mental
Pada stadium lanjut akan terjadi apatis.
Edema
Edema baik yang ringan maupun berat
ditemukan pda sebagian besar penderita kwarsiorkor.
Atrofi otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita
tampak lemah dan berbaring terus-menerus.
Sistem Gastro-intestinal
Pada anoreksia yang berat penderita akan menolak segala
macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya dapat diberikan melalui sonde
Perubahan rambut
Rambut mudah dicabut, terlihat kusam, kering, halus, jarang dan
adanya perubahan warna
Perubahan kulit
Ditemukannya
bintik-bintik merah, berpadu menjadi bercak yang kemudianmenghitam.
Pembesaran hati
Hati membesar, kadang-kadang batas hati terdapat
setinggi pusar. Hati membesar mudah diraba dan terasa kenyal dengan permukaan
yang licin dan pinggir yang tajam.
Anemia
Anemia ringan sering dijumpai. Dan bilamana kwarsiorkor
disertai dengan penyakit lain, terutama ankylostomiasis dapat dijumpai anemia
berat.
b)
Gejala klinis marasmuk
Penampilan
Wajah
menyerupai orang tua, anak terlihat sangat kurus karena hilangnya sebagian
lemak dan otot-ototnya.
Perubahan mental
Anak
menangis, juga setelah mendapat makanan oleh sebab masih merasa lapar. Keadaran
menurun (apati) terdapat pada pendeerita marasmus yang berat.
Kelainan pada kulit tubuh
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan
kehilangan banyak lemak dibawah kulit dan otot-ototnya.
Kelainan pada rambut kepala
Rambut
tampak kering, tipis dan mudah rontok.
Lemak dibawah kulit
Lemak
sukutan mengurang hingga turgor kulit mengurang.
Otot-otot
Otot-otot
atrofi, sehingga tulang-tulang terlihat lebih jelas.
Saluran pencernaan
Sering
menderita diare atau konstipasi.
Jantung
Jarang
terdapat bradikardi.
Tekanan darah
Pada
umumnya tekanan dartah penderita lebih redah jika dibandingkan dengan anak
sehat seumur.
Saluran nafas
Terdapat
pula frekuensi pernafasan yang mengurang.
Sistem darah
Pada
umunya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.
- Dampak KEP
Mortalitas
KEP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyelidikan yang dilakukan pada
tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35%
diantara mereka meninggal pada perawatan minggu pertama, dan 20% sesudahnya.
Mortalitas yang tinggi didapati pila pada penderita KEP pada negara-negara
lain. Pada umunya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti
tuberkulosa paru, radang paru, disentri, dan sebagainya. Pada penderita KEP
berat juga sering ditemukan tanda-tanda penyakit kekurangan gizi lain, misalnya
xeroftalmia, stomatitis angularis.
- Pencegahan KEP
Ada
berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau
lebih dari satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu:
a)
Meningkatkan hasil produksi
pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus
merupakan tambahan penghasilan rakyat.
b)
Penyediaan makanan formula yang
mengandung tinggi protein dan energi untuk anak-anak yang disapih. Makanan
demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan
keatas.
c)
Memperbaiki infra struktur
pemasaran. Infrastuktur pemasaran yang tidak baik akan berpengaruh negatif
terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
d)
Subsidi bahan makanan.
e)
Pemberian makanan suplementer.
f)
Pendidikan gizi.
g)
Pendidikan pada pemeliharaan
kesehatan.
G. Referensi
1. Silihin pudjiadi, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, edisi keempat,FKUI, Jakarta, 2003
2. Irianton Aritonang, Pemantaun Pertumbuhan Balita Petujuk Praktis
Menilai Status Gizi & Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta,
1996.
3. Konseling Bagi Ibu
(Manajemen Terpadu Balita Sakit), Departemen Kesehatan RI,
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar