A. TINJAUAN TEORI
I.
PENGERTIAN
Tomor buli-buli
adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
II. ISIDEN
Yang paling
sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker
Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita,
dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih
dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
III. KLASIFIKASI
1. Staging
dan klasifikasi
Klasifikasi
DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi
atau observasi :
1. T
= pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy,
cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau
transurethral reseksi.
Tis = carcinoma insitu (pre
invasive Ca)
Tx = cara pemeriksaan untuk
menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To = tanda-tanda tumor primer
tidak ada
T1. pada pemeriksaan bimanual
didapatkan masa yang bergerak
T2 = pada pemeriksaan
bimanual ada indurasi daripada dinding
buli-buli.
T3 = pada pemeriksaan bimanual
indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
T3a = invasi otot yang lebih
dalam
T3b= perluasan lewat dinding
buli-buli
T4 = Tumor sudah melewati
struktur sebelahnya
T4a= tumor mengadakan invasi ke
dalam prostate, uterus vagina
T4b= tumor sudah melekat pada
dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
2. N
= Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy,
urography, operative
Nx = minimal yang ditetapkan
kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No = tanpa tanda-tanda
pemebsaran kelenjar lymfe regional
N1 = pemebsaran tunggal kelenjar
lymfe regional yang homolateral
N2 = pembesaran kontralateral
atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3 = masa yang melekat pada
dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe
juxta regional
3. M
= metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax
foto, dan test biokimia
Mx = kebutuhan cara pemeriksaan
minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 = adanya metastase jauh
M1a= adanya metastase yang
tersembunyi pada test-test biokimia
M1b= metastase tunggal dalam
satu organ yang tunggal
M1c= metastase multiple dalam
satu terdapat organ yang multiple
M1d= metastase dalam organ yang
multiple
2. type
dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type
selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1. efidermoid
Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik, invasi yang
dalam dan cepat metastasenya.
2. Adeno
Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3. Rhabdomyo
sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi,
metastase cepat dan biasanya fatal
4. Primary
Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan
serangan hipertensi selama kencing
5. Ca
dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase
ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
IV. GEJALA
KLINIS
-
Kencing campur dara yang intermitten
-
Merasa panas waktu kencing
-
Merasa ingin kencing
-
Sering kencing terutama malam hari dan pada fase
selanjutnya sukar kencing
-
Nyeri suprapubik yang konstan
-
Panas badan dan merasa lemah
-
Nyeri pinggang karena tekanan saraf
-
Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
PATOFISOILOGI
BULI-BULI
Ca Buli-Buli
Ulserasi
Infeksi
sekunder :
-
panas waktu kencing
-
merasa panas dan tubuh lemah
-
kencing campur darah
|
Metastase
Invasi pada bladder
Retensio
urine :
-
sulit/sukar kenicing
|
Oklusi ureter/pelvic renal
Refluks
Hydronephrosis
-
nyeri suprapubic
-
nyeri pinggang
Ginjal
membesar
|
Penatalaksanaan
Operasi
Kecemasan
Takut
Kurang pengetahuan
|
Radiology
Defifsit ekonomi
Tidak adequatnya terapi
|
Chemotherapy
Tidak adequatnya terapi
Efek samping chemotherapy
-
panas tubuh dan lemah
-
nafsu makan menurun
-
intoleransi aktivitas
-
depresi
-
konsep diri
|
V.
PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan
penunjang
1.
Laboratorium
Hb menurun oleh
karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
Lukositosis bila
terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
RFT normal
Lymphopenia (N =
1490-2930)
2.
Radiology
-
excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin
dapat menunjukkan tumornya.
-
Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
-
Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam
dinding buli-buli
-
Angography untuk mengetahui adanya metastase
lewat pembuluh lymphe
3.
Cystocopy dan biopsy
-
cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
-
Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara
rutin.
4.
cystologi
Pengecatan
sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel daripada tumor
b. Terapi
1.
Operasi
a)
reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b)
Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c)
Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan
urinary diversion untuk :
-
transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
-
aquamosa cal Ca pada stage B-C
2.
Radioterapy
-
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti
undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
-
RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4
minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan
iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi
direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3
minggu.
3.
Chemoterapi
Obat-obat anti
kanker :
a.
citral, 5 fluoro urasil
b.
topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
VI. PROGNOSIS
Penemuan dan
pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya
metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.
VII.
KOMPLIKASI
a.
Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
b.
Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder
neck
c.
Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
B. KONSEP KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
a.
Identitas
Yang paling
sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker
Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita,
dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih
dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b.
Riwayat keperawatan
Keluhan
penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa
panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari
dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas
badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada
satu sisi karena hydronephrosis
c.
Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur
darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa)
suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi baik waktu VT atau RT.
d.
Pemeriksaan penunjang
Lihat kosep
dasar.
II. Perencanaan
1.
Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis
(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
-
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
-
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya.
b.
Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c.
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai.
d.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu
klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e.
Catat koping yang tidak efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
f.
Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support
system.
g.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h.
Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah
dengan wajar.
|
a.
Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan
memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam
memahami proses penyakitnya.
c.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
d.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
e.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.
f.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
g.
Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
h.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan
bahwa dia benar-benar ditolong.
|
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,
obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan
klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui
aktivitas
-
Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
-
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b.
Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
c.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
d.
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan
therapeutik.
e.
Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f.
Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga
dengan klien
g.
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,
methadone, narkotik dll
|
a.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
b.
Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau
tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c.
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
d.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan
menurunkan stress dan ansietas.
e.
Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri,
tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk
mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.
Untuk mengatasi nyeri.
|
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa
kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,
penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil,
hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya
intake yang adekuat
-
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien
makan sesuai dengan kebutuhannya.
b.
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta
amati penurunan berat badan.
c.
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan
pembesaran kelenjar parotis.
d.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk
klien.
e.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau
bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga.
g.
Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan
moderate sebelum makan.
h.
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia
yang dialami klien.
i.
Kolaboratif
j.
Amati studi laboraturium seperti total limposit,
serum transferin dan albumin
k.
Berikan pengobatan sesuai indikasi
l.
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
m.
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi dengan infus.
|
a.
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b.
Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan
berat badan klien.
c.
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d.
Kalori merupakan sumber energi.
e.
Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia
yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas.
f.
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g.
Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan
selera makan.
h.
Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli
gizi, perawat dan klien).
i.
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan
nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap
klien.
j.
Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping
dan meningkatkan status kesehatan klien.
k.
Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil
yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
|
4.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi,
keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan
komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan
secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
- Mengikuti
prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai
inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Review pengertian klien dan keluarga tentang
diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b.
Tentukan persepsi klien tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c.
Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.
Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada
klien.
e.
Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal
dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f.
Review klien /keluarga tentang pentingnya status
nutrisi yang optimal.
g.
Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya
secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h.
Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan
rambut.
|
a.
Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap
pengetahuan klien.
b.
Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c.
Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d.
Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
pengobatan.
e.
Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan
keluarga mengenai penyakit klien.
f.
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai
nutrisi yang adekuat.
g.
Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h.
Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
|
5.
Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut
berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
- Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan,
terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara
verbal.
- Klien mampu mendemontrasikan tehnik
mempertahankan/menjaga kebersihan rongga
mulut.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan
dengan klien dan secara periodik.
b.
Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa
membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap,
kekentalan ludah.
c.
Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan
oral hygine.
d.
Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari
makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
e.
Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda
superinfeksi oral.
f.
Kolaboratif.
g.
Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.
h.
Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal
lidocaine, antimikrobial mouthwash
i.
preparation.
j.
Kultur lesi oral.
|
a.
Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana
keperawatan.
b.
Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi
pemasukan makanan dan minuman.
c.
Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut
dan gigi.
d.
Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada
membran mukosa.
e.
Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada
tanda-tanda tersebut.
f.
Meningkatkan
kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
g.
Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri,
menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
h.
Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan
terapi antibiotik yang tepat.
|
6.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan
dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya
intake
Tujuan :
Klien
menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa
normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor intake dan output termasuk keluaran yang
tidak normal seperti emesis, diare,
drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang berat badan jika diperlukan.
c.
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral,
capilarry refil.
d.
Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat
keadaan kehausan pada klien.
e.
Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai
kebutuhan individu.
f.
Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan
pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g.
Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada
luka bedah.
h.
Kolaboratif
i.
Berikan cairan IV bila diperlukan.
j.
Berikan therapy antiemetik.
k.
Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
|
a.
Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan
hipovolemia.
b.
Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada
ketidakseimbangan cairan.
c.
Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan
adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.
d.
Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat
mencegah terjadinya hipovolemia.
e.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f.
Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume
cairan.
g.
Mencegah terjadinya perdarahan.
h.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i.
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j.
Mengetahui perubahan yang terjadi.
|
7.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek
kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi
dalam tindakan pecegahan infeksi
- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan
penyembuhan luka berlangsung normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung
juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
b.
Jaga personal hygine klien dengan baik.
c.
Monitor temperatur.
d.
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
e.
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik
prosedur.
f.
Kolaboratif.
g.
Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
h.
Berikan antibiotik bila diindikasikan.
|
a.
Mencegah terjadinya infeksi silang.
b.
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c.
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e.
Mencegah terjadinya infeksi.
f.
Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
g.
Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
|
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan
dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap
transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
- Klien
dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi
terhadap seksualitas
- Mempertahankan aktivitas seksual dalam
batas kemampuan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses
seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.
b.
Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap
seksualitasnya.
c.
Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.
|
a.
Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan
komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b.
Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
c.
Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya
untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.
|
9.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan
percepatan penyembuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek
samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
b.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang
gatal.
c.
Ubah posisi klien secara teratur.
d.
Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian
cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
|
a.
Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.
Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu
daerah tertentu.
d.
Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang
kontra indikatif
|
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company,
Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all.
1993. Nursing Care Plans :
Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis
Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane.
2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1,
Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar