A. Pembuahan, nidasi dan plasentasi
Syarat terjadinya kehamilan adalah harus adanya
sperma, ovum, pembuahan ovum (fertilisasi/konsepsi) oleh sperma dan nidasi
hasil konsepsi tersebut.
1. Sperma
Dalam pertumbuhan embrional sperma bersasal dari sel-sel
primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janian dilahirkan, jumlah
spermatogonium yang ada tidak mengalami –perubahan hingga masa pubertas tiba.
Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dibawah pengaruh sel-sel
interstisisal leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah
spermatogenesis yang amat kompleks tersebut. Tiap spermatogonium membelah dua
dan menghasilkan spermatosit pertama, dimana spermatosit pertama ini membelah
dua menjadi spermatosit kedua, spermatosit kedua membelah lagi tetapi dengan
hasil bahwa dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari
jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh menjadi
spermatozoon.
2. Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelah menjadi ovum
terjadi di genital ridge, dan di dalam kandungan jumlah oogonium bertambah
terus sampai pada kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai
sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan
dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000, pada
usia 16 – 25 tahun hanya 34.000, pada menopause semua akan menghilang.
Sebelum janian dilahirkan, sebagaian besar oogonium
mengalami perubahan-perubahan pada nukleusnya, terjadi juga migrasi daro
oogonium-oogonium ke arah kortek ovarii, hingg pada waktu dilahirkan kortek
ovarii terisi dengan promordial ovarian follicles.
Padanya dapat terlihat bahwa kromozomnya telah berpasangan, DNAnya
berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Perteumbuhan selanjutnya
terhenti oleh sebab yang belum diketahui sampai folikel itu terangsang dan
berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis
dinamakan oosit pertama. Oleh rangsangan FSH meiosis (pembelahan ke arah
kematangan) terjadi terus, benda kutub (polar body) pertama disisihkan
dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit ke dua ini berada di dalam
sitopalsama yang cukup banyak.
Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi, proses
ini disebut pematangan pertama ovum; pematangan ke dua ovum terjadi ketika
spermatozoon membuahi ovum.
3. Pembuahan
Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan
di sekitar porsio pada waktu koitus, hanya beberapa ratus ribu spermatozoon
yang dapat meneruskan perjalanan ke
kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian
ampulla tuba dimana spermatozoon dapat memasuki ovum yang telah siap dibuahi
dan hanya satu spermatozoon yang mempunyai kemapuan untuk membuahi ovum
tersebut. Pada apermatozoon ini ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya dan kaputnya lebih mudah menembus oleh karena diduga dapat
melepaskan hialuronidase.
Ovum yang dilepaskan oleh ovarium disapu oleh
mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum ke arah ostium tuba abdominale
dan disalurkan terus kearah medial. Ditengah-tengahnya dijumpai nukleus yang
berada dalam metafase dalam pembelahan pematangan ke dua, terapung-apung dalam
sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitellus, vitellus ini banyak
mengandung zat hidrat arang dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pellusida, di luar zina
pellusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan didalamnya terdapat ruang
perivitellina, tempat benda-benda kutub. Bahan –bahan dari sel-sel korona
radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus di zona
pellusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampulla
tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada
waktu berada di dekat perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat umumnya
pembuahan terjadi. Hanya satu spermatozoon yang telah mengalami kapasitasi,
dapat melintasi zona pellusida masuk ke vitellus, sesudah itu zona pellusida
segera mengalami perubahan dan mempunyai sifat tidak dapat dilintasi oleh
spermatozoon lainnya. Spermatozoon yang telah memasuki vitellus kehinlangan
membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukelusnya. Masuknya spermatozoon ke
vitellus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk
pembelahan-pembelahannya. Sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub
(polar body) kedua menuju keruang
polivitellina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid.
Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga jumlah kromozom yang haploid.
Kedua pronuklei dekat mendekati dan bersatu membentuk
zigot yang terdiri atas bahan genetika dari wanita dan pria. Pada manusia
terdapat 46 kromozom, terdiri dari 44 kromozom otosom dan 2 kromozom kelamin;
pada pria satu X dan satu Y. setelah
pembelahan kematangan maka ovum matang mempunyai 22 kromozom otosom serta satu
kromozom X, dan satu spermatozoon
mempunyai 22 kromozom otosom serta 1 kromozom X atau 22 kromozom otosom serta 1 kromozom Y. zigot
hasil pembelahan yang mempunyai 44 kromozom serta dua kromozom X akan tumbuh
sebagai seorang janin wanita sedangkan kalau mempunyai 44 kromozom serta 1
kromozom Y akan menjadi seorang janian laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zigot, hal ini berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung
banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan terjadi, maka
pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari
terbentuk suatu kelompok sel-sel yang besarnya
sama. Hasil konsepsi berada dalam stadium
morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume
vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikina
zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain beasarnya hasil konsepsi
tetap sama, kemudian hasil konsepsi ini akan disalurkan terus ke pars ismika
dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah
kavum uteri oleh arus serta getaran
silia pada permukaan sel-sel tuba dan
kontraksi tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
4. Nidasi
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil
yang membentuk dinding-dinding blastula akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai
yang disebit trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan
dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan
sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini
beasr-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan
oleh trofoblas. Balstula dengan bagian yang mengandung inner-cell mass aktif
mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup
kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam
endometrium terjadi perdarahan sedikit pada luka desidua (tanda Hartman).Umumya
nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri,
jika nidasi ini terjadi, barulah disebut adanya kehamilan. Lapisan desidua yang
meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang
terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu
plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain
adalahdesidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot
yang dinamakan villi koriales dan bengrpangkal pada korion. Bila nidasi telah
terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula, sel-sel yang lebih kecil, yang
dekat dengan ruang eksoselom membentuk entoderm dan yolc sac, sedangkan sel-sel
yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di
dalam blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan,
yakni ruang amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh disekitar embrio
dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian terbentuk choroinic
membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh
tudak sama tebalnya dan dalam dua lapisan. Di sebelah dalam dibentuk lapisan
sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan disebelah luar lapisan
sinsisiotrofoblast terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata dalam sitoplasma.
Selain iti villi koriales yang berhubungan dengan
desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut
korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapatkan
makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat
laun menghilang; korion yang gundul disebut korion laeva.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain
menghasilkan hormon human corionic gonadotropin dimana produksinya meningkat sampai
kurang lebih hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi, diduga fungsi HcG
ini adalah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan
terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri,
adanya hormon ini juga menunjukan adanya kehamilan, dan biasanya ditemukan
dalam air kencing wanita yang menjadi hamil.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang
selanjutnya terdiri dari ata tiga unsur lapisan yaitu sel-sel ektoderm,
mesoderm dan entoderm, sementara ruang amnion tumbuh cepat dan mendesak eksoselom;
akhirnya dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion
dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk dan merupakan hubungan antara
embrio dan dinding trofoblas, body stalk menjadi tali pusat. Di tali pusat
terdapat pembuluh-pembuluh darah sehingga disebut juga vascular sac. Dari
perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal
dari lapisan amnion, dan di dalamnya terdapat jaringan lembek yang disebut
selei Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali pusat.
Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu sistem cardiovaskular
janin dan plasenta, dimana sistem cardiovaskular janin terbentuk pada kira-kira
minggu ke 10, organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12 dan disusul
oleh masa fetal dan perinatal. Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding
pembuluh darah janin dan lapisan korion.
B. Plasenta dan likuor amnni
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15 sampai 20 cm dan teballebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500
gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah; keadaan ini
disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir disebut insersio
lateralis dan bila dipinggir plasenta disebut insersio marginalis.
Kadang-kadang tali pusat berada di luar lapisan plasenta dan hubungan dengan
plasenta melalui selaput janin, hal ini disebut insersio velamentosa. Umumnya
plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah
mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion
tertekan kearah koroin namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat
pada korion. Letak plasenta umumnya di depan atau belakang dinding uterus, agak
ke atas ke arah fundud uteri. Hal ini
adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga
lebih banyak ruang untuk berimplantasi, plasenta berasal dari segaian besar
janin yaitu villi koriales yang berasal dari korion dan segaian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal
dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sitole darah dengan
tekanan 70 – 80 mmHg disemprotkan ke dalam ruang interviller sampai mencapai
corionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut
membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg
ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang intervillier diatas disebut sinus
marginalis. Darh ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari
300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai
volume kurang lebih 150 – 250 ml. permukaan semua villi koriales diperkirakan
seluas 11 m² , hal ini yang menjamin pertukaran zat-zat
makanan.
Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh
dengan baik, dimana untuk pertumbuhan ini diperlukan adanya penyaluran zat
asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2
serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu, dari hal tersebut diatas
maka dapat disimpulkan bahwa fungsi plasenta adalah sebagai alat yang memberi
makanan pada janin, sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme, sebagai alat
yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 9respirasi), sebagai alat pembentuk
hormon, sebagai alat menyalurkan antibodi ke janin, dan hal-hal lain yang belum
diketahui.
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang
terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat liquor amnii/cairan ketuban,
volumenya pada wanita hamil cukup bulan sekitar 1000 – 1500 ml; warna putih,
agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis, berat jenis
1,008 terdiri ata 98 % air dan sisanya adalah garam anorganik serta bahan
organik, mikroskopis juga terdapat lanugo, sel-sel epitel dan verniks kaseosa, protein juga ditemukan
rata-rata 2,6 % gram per liter, sebagina besar sebagai albumin. Terdapatnya
lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin mempunyai
paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi, dengan peningkatan kadar
lesitin permukaan alveolus paru-paru
diliputi oleh suatu zat yang dinamakan surfactan dan merupakan syarat untuk
berkembangnya paru-paru untuk bernapas.
Ketuban mempunyai fungsi melindungi janin terhadap
trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu tubuh
janin, meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka,
membersihkan jalan lahir - jika ketuban
pecah – dengan cairan steril dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga
bayi kurang mengalami infeksi.
C. Persalinan
1. Fisiologi persalinan
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar :
a)
Partus immaturus
adalah partus yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu kurang
dari 28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000 gram.
b)
Partus prematurus adalah partus dari hasil konsepsi
yang dapat hidup tetapi belum a term (cukup bulan), berat janin antara
1000 – 2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
c)
Partus post maturus atau serotinus adalah partus yang
terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan.
d)
Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
viabel, berat janin di bawah 500 gram atau tua kehamilan di bawa 20 minggu.
e)
Partus luar biasa atau partus abnormal ialah bila bayi
dilahirkan pervaginam dengan cunam, atau ekstrator vakum, versi dan ekstrasi,
dekapitasi, embriotomi dsb.
2. Sebab-sebab mulainya persalinan
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan
teori-teori yang kompleks, faktor humoral, pengeruh prostaglandin, struktur
uterus, sirkulasi uterus, pengaruh sraf dan nutrisi disebut sebagai
faktor-faktor yang mengakibatkan partus. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan
biofisika banyak mengungkapkan mulai terjadinya dan berlangsungnya partus,
antara lain penurunan kadar progesteron dan estrogen, dimana progesteron
diketahui sebagai penenang otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam
kehamilan dari minggu ke 15 hingga a
term meningkat, terlebih waktu partus.
Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan maka
plasentapun akan “menjadi tua” sehinga villi koriales mengalami perubahan-perubahan
sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.
Keadaan uterus yang terus-meneur membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, hal ini mungkin menjadi faktor
yang dapat mengganggu vaskularisasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi, berkurangnya nutrisi juga diduga menyebabkan hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan (teori berkurangnya nutrisi Hippocrates), faktor lain yang
diperkirakan berpengaruh adalah tekanan
pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauster yang terletak dibelakang
serviks, bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
3. Berlangsungnya persalinan normal
Partus dibagi dalam 4 kala, kala I serviks membuka
sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala
ini dinamakan kala pembukaan, kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran
oleh karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan ibu maka janin didorong keluar sampai lahir, kala III adalah
kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV mulai
dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, pada kala ini iamati apakah terdapat
perdarahan post partum.
a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan waita tersebut
mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show), lendir ini berasal dari lendir
kanalis servikalis karena cerviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan
darahnya berasal dari pembuluh darah-pembuluh darah kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika
serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat dari his dibagib menjadi 2 fase :
1)
Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan dapat
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2)
Fase aktif :
dibagi dalam 3 fase yaitu :
a)
Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi
4 cm.
b)
Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)
Fase deselerasi, pembukan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap.
Fase-fase tersebut diatas dijumpai pada primigravida. Pada multi
gravidapun terjadi demikian tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek. Kala I selesai jika pembukaan telah lengkap, pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara
kira-kira 7 jam.
Kemajuan persalinan kala I :
§
Temuan
berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
-
Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekuensi dan durasi.
-
Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam
selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks langsung atau disebelak kiri
garis waspada).
-
Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
§
Kemajuan
yang kurang baik :
-
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah
fase laten.
-
Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm
per jam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks di sebelah kanan garis
waspada).
-
Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
§
Kemajuan
pada kondisi janin :
-
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang
dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit), curigai adanya gawat janin.
-
Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan
verteks fleksi sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi.
-
Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya
persalinan yang lama, tangani penyebab tersebut.
§
Kemajuan
pada kondisi ibu :
Lakukan penilaian tanda-tanda
kegawatan pada ibu :
-
Jika denyut nadu ibu meningkat, mungkinia sedang
mengalami dehidrasi atau kesakitan, pastikan hidrasi baik/cukup, melalui oral
atau IV dan berikan analgetik secukupnya.
-
Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya
perdarahan.
-
Jika terdapat aseton dalam urine ibu curigai masukan
nutrisi yang kurang, segera berikan dekstrose per IV.
a. Kala II
Pada kala II ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali, pada kala ini biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan, kemudian peroneum mulai menonjol dan
menjaadi lebar dengan anus maembuka, labia milai membuka dab tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his dan dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan soboksiput di bawah
simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar
his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-tara 1,5 jam, pada multi rata-rata 0,5
jam.
Penanganan :
§
Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu
§
Menjaga kebersihan
§
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi
kecemasan atau ketakutan.
§
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin, jongkok,
menungging, tidur miring atau setengah duduk.
§
Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu
untuk berkemih sesering mungkin.
§
Memberikan cukup minum.
Kelahiran kepala bayi:
§
Mintalah ibu mengedan atau meberikan sedikit
dorongan saat kepala bayi lahir.
§
Letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi
tidak terlalu cepat.
§
Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika
diperlukan.
§
Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari
lendir,kotoran,darah.
§
Periksa tali pusat, jika mengelilingi leher dan
terlihat lpnggar selipkan melalui kepala bayi, jika terlaku ketat, klem tali
pusat pada dua tempat kemudian potong di antara klem sambil melindungi kepala
bayi.
Kelahiran bahu dan anggota badan
seluruhnya
§
Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
§
Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan
leher bayi.
§
Lakukan tarikan lembut ke bewah untuk melahirkan
bahu depan.
§
Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan
bahu belakang.
§
Selipkan satu tangan kebahu dan lengan bagian
belakang bayi sambil menyangga kepala bayi dan selipkan tangan satunya ke
punggung bayi untuki mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
§
Letakan bayi tersebut diatas perut ibunya.
§
Secara menyeluruh, keringkan tubuh bayi,
bersihkan matanya, nilai pernapasan bayi, jika bayi menangis atau bernapas
tinggalkan bersama ibunya, jika dalam 30 detik bayi tidak bernapas MINTALAH
BANTUAN dan segera resusitasi bayi.
§
Klem dan potong tali pusat.
§
Pastikan bayi tetap hangat dan memiliki kontak
kulit dengan dada ibunya, bungkus bayi dengan kain halus dan kering, tutup
dengan selimut dan pastikan bayi terlindung
dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
b. Kala III
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat, beberapa menit kemudian uterus kembali berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya, biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Penegluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Manajemen aktif kaka III
§
Pemberian oksitosin dengan segera.
§
Pengendalian tarikan tali pusat.
§
Pemijatan uterus segera setelah melahirkan.
c. Kala IV
Kala ini merupakan kala pengawasan, yaitu untuk mengetahui ada perdarahan
atau tidak.
Penanganan :
§
Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,
masase uterus sampai menjadi keras, apabila uterus berkontraksi otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan, hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan.
§
Periksa TTV, kandung kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertama dan 30 meit pada jam ke dua.
§
Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah
dehidrasi.
§
Biarkan ibu beristirahat.
§
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan bayi dan ibu.
§
Motifasi ibu untuk segera menyusui jika bayi
telah siap.
§
Ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
dirinya dan mencegah terjadinya infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar