HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN (HDK) DAN INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita. Walaupun proses tersebut alami, masih terdapat kemungkinan untuk berkembang menjadi patologis. Untuk itu, pemerintah mencanangkan suatu program yang bernama Making Pregnancy Safer (MPS). Misi dari program ini adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat. Program MPS diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) ( Matwrnal. Neonatal, 2002). AKI yang diharapkan dicapai pada tahun 2010 adalah 135/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 16/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2003, AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup, masih sangat jauh dari target yang diharapkan.
Pada lebih dari 50 % kasus, etiologi kematian janin antepartum tidak dikenal atau dapat ditentukan. Penyebab yang berkaitan mencakup penyakit hipertensi pada kehamilan, diabetes mellitus, eritroblastosis fetalis, kecelakaan tali pusat, anomali janin bawaan, infeksi janoin atau ibu, perdarahan fetomaternal dan antibodi antifosfolipid. (Hacker, 2001).

1.2 Tujuan
1.      Tujuan Umum
   Untuk mengetahui hipertensi dalam kehamilan dan IUFD
2.      Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui lebih jauh mengenai hipertensi dalam kehamilan
b. untuk mengetehui tentang IUFD


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan ini bertahan.
Pada keadaan istirahat batas normal teratas tekanan darah adalah 140/90 mmHg.
Hipertensi dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usi kehamilan 20 minggu).
Nyeri kepala, kejang dan hilangnya kesadaran seringberhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah epilepsy, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.
• Tekanan darah diastolic merupakan indicator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan.
• Tekanan diastolic mengukur tekanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien
• Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolic 110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.
• Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam 48 jam setelah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam kehamilan
• Jika hipertensi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah hipertensi kronik.

Pencegahan hipertensi dalam kehamilan :
• Istirahat
• Pembatasan kalori, cairan, dan garam tidak dapat mencegah hipertensi dalam kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin.
• Manfaat aspirin, kalsium, dan obat-obatan pencegah hipertensi dalam kehamilan belum terbukti.
• Deteksi dini dan penanganan ibu hamil dengan factor-faktor resiko sangat penting pada penanganan hipertensi dalam kehamilan dan pencegahan kejang follow up teratur dan nasihat yang jelas bilamana pasien harus kembali. Suami dan anggota keluarga lainnya harus diberi penjelasan tentang tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan dan perlunya dukungan social/moral kepada pasien.

Penanganan Hipertensi dalam kehamilan :
1. Beri Nifedipin 1 tablet
2. Tiap 15 menit tensi ulang
3. Bila tekanan darah masih tinggi bisa diulang sampai 4 kali pemberian tiap 15 menit
4. Bila tekanan darah masih tinggi lapor dokter (kolaborasi dengan dokter)

Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsi/eklampsi belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin.
2. Peran Faktor Imuunologis
3. Peran Faktor Genetik/familial


Penatalaksanaan
Perawatan konservatif
1. Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa danya keluhan subyektif dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan dilakukan kamar bersalin (selama 24 jam)
• Tirah baring
• Infus ringer laktat yang mengandung 5% dextrose, 60-125 cc/jam.
• Pemberian MgSO4
- Dosis awal MgSO4 40%,10 i.m, dilanjutkan dengan MgSO4 40%, 5 gr i.m. tiap 6 jam s/d 24 jam.
- Dosis pemeliharaan:MgSo4 40%, 5 gr tiap 6 jam sampai 24 jam
- Ingat harus selalu tersedia Ca Glukonas 10 % sebagai antidotum
- Diberikan antihipertensi.
- Dilakukan pemeriksaan laboratorium tertentu (fungsi hati dan ginjal) dan jumlah produksi urine 24 jam

B.     KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (IUFD)
C.      A. Pengertian
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
• Sebelum 20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut
missed abortion.
• Sesudah 20 minggu :
Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.


B. Etiologi
1.
Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta
2.
Pre eklampsi dan eklampsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal
6. Penyakit endokrin :
diabetes melitus, hipertiroid
7. Malnutrisi dan sebagainya.

Diagnosis :
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

Penanganan
- Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian diagnosis.
- Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan.
- Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
- Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitoxsin drip, dengan atau tanpa amniotomi.

Pengaruh Terhadap Ibu
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.

C. Komplikasi
1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup bulan.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.

D. Penanganan
1. Periksa TTV
2. Periksa radiologi
3. USG
4. Berikan dukungan mental pada pasien
5. Pilih cara persalinan dengan induksi/ekspektatif.
6. Jika ersalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan servik dengan misoprostol.
- Tepatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.
- Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mcg isoprostol naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.
 

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1%  kehamilan. Dengan munculnya cara diagnostik dan terapeutik yang lebih baru pada 2 dasawarsa yang lalu, penanganan IUFD telah beralih dari pemantauan berpengharapan ke campur tangan yang lebih aktif. (Hacker, 2001)
          IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr)


DAFTAR PUSTAKA


Achdiat, C.M.2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
America:TheMcGraw-Hill Companies,IncMochtar,R. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi, edisi II.Jakarta:EGCMuhaj



Tidak ada komentar: