Infeksi Luka Operasi sebagai Indikator Hasil : Kesepakatan
bersama tentang definisi luka infeksi pada 4773 pasien
Abstrak
Tujuan : untuk mengkaji tingkat kesepakatan
bersama dalam mendefinisikan luka infeksi yang biasanya digunakan sebagai
andikator hasil.
Rancangan : Studi observasional
prospektif
Setting : Sekelompok rumah sakit
pendidikan di London
yang menerima kasus gawat darurat sebaik rumah sakit rujukan tersier.
Partisipan : 4773 pasien operasi
yang tinggal di rumah sakit paling sedikit dua malam.
Pengukuran hasil utama : jumlah
luka infeksi didasarkan pada discharge purulen itu sendiri, definisi luka
operasi menurut CDC (Centers for Disease Control), menurut NINSS (Nosocomial
Infection National Surveillance Scheme) versi CDC dan metode skoring ASEPSIS.
Hasil : 5804 luka operasi dikaji
Prosentase rata-rata luka yang
diklasifikasikan sebagai infeksi dengan substansi yang berbeda dengan definisi
yang berbeda: 19,2% menurut definisi CDC (95% tingkat kepercayaan 18,1% -
20,4%), 14,6% (13,6% - 15,6%) dengan versi NINSS, 12,3% (11,4% - 13,2%) hanya
dengan pus dan 6,8% (6,1% - 7,5%) dengan skore ASEPSIS > 20. Kesepakatan
bersama dalam mendefinisikan dengan memperhatikan respek terhadap luka individu
sangat kurang. Luka dengan pus secara otomatis didefinisikan sebagai infeksi
menurut CDC, NINSS dan definisi pus itu sendiri tetapi hanya 39% (283/714) yang
memiliki skore ASEPSIS > 20.
Kesimpulan : Perubahan kecil yang
dibuat pada definisi CDC atau interpretasinya, seperti pada versi NINSS,
dikarenakan adanya variasi yang besar dalam memperkirakan prosentase dari luka
infeksi. Sejumlah besar luka diklasifikasikan secara berbeda sesuai dengan
derajad infeksinya. Definisi utama digunakan secara konsisten dapat menunjukkan
perubahan dalam prosentase luka infeksi pada suatu waktu pada satu pusat, tapi
perbedaan interpretasi mencegah perbandingan antara pusat yang berbeda.
Perkenalan
Infeksi di tempat operasi
memunculkan beban besar dari penyakit bagi pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan. Pasien dengan infeksi memiliki angka kematian yang tinggi, nyeri dan
tidak nyaman, tidak senang dan masalah biaya, dan kadang-kadang menyebabkan
kematian. Dari perspektif pemberi pelayanan kesehatan, pasien dengan infeksi
pada tempat operasi tinggal di rumah sakit dengan rata-rata tinggal dua kali
lebih lama dibandingkan pasien yang tidak teinfeksi, dan biaya dari total
perawatan kurang lebih dua kali juga, biaya perawatan pada tempat operasi itu
sendiri diperkirakan kurang lebih l 65 M di Inggris pada tahun 1995.
Pemerintah UK merubah jalannya postoperasi
dimana infeksi dimonitor oleh NHS. Pengawasan adanya infeksi pada tempat
operasi, masih secara bersama-sama merujuk pada luka infeksi, sudah menjadi
suatu prosedur tetap di ortopedi sejak April 2004 dan akan meluas ke spesialisasi
yang lain. Melihat kembali data infeksi dari tingkat kesterilan tenaga operasi
menurunkan rata-rata infeksi. Pemberian prosentase pada luka yang
diklasifikasikan sebagai infeksi akan digunakan sebagai indicator hasil, ini
penting bahwa system pengawasan yang baru diikuti pembanding yang dapat
dipercaya sesuai institusi NHS dan diikuti seluruh institusi kesehatan di
seluruh dunia.
Meskipun Departemen Kesehatan UK telah
mengkonsultasikannya dengan para ahli, itu hanya memberi sedikit petunjuk
tentang definisi infeksi pada tempat operasi yang telah digunakan sebagai
pengawasan di Inggris, definisi versi NINSS telah di buat kembali oleh CDC pada
tahun 1992. Ada sedikit atau tidak ada kritik yang mengevaluasi dari definisi
yang asli maupun yang dimodifikasi.Meskipun begitu, versi atau interpretasi
dari definisi yang digunakan berbeda antara rumah sakit dan daerah. Pemilihan
definisi yang tepat dan meyakinkan bahwa definisi yang sudah ada bisa
diaplikasikan secara konsisten sangat dibutuhkan pada suatu kondisi dimana luka
operasi diobservasi rata-ratanya sesuai dengan rumah sakit agar valid.
Perancang dari sistem pengawasan nasional harus
menganggap definisi yang ada sesuai kemampuan mereka untuk mengidentifikasi
infeksi yang mungkin terjadi pada sebagian besar pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.
Kami membandingkan kesepakatan bersama diantara
empat definisi infeksi di tempat operasi, didefinisikan oleh CDC pada tahun
1992, NINSS memodofikasi definisi CDC, munculnya pus, metode skoring oleh
ASEPSIS, diaplikasikan pada luka operasi yang sama. Kami juga membandingkan
prosentasi infeksi berdasarkan definisi CDC dan modifikasi NINSS untuk
mengetahui efek potensial dari kriteria subjektif CDC dan variasinya diantara
rumah sakit pada metode pengumpulan data
Metode dan Partisipan
Sejak Mei 2000, pengawasan luka
operasi telah dilakukan di University
College London
Hospital. Spesialisasi
bedah jantung, torak, ortopedi, umum, obstetric, ginekologi, urologi,
maxillofacial, plastik dan vaskuler turut berpartisipasi, masing-masing paling
sedikit satu bulan setiap tahun. Hanya pasien yang tinggal di Rumah sakit
paling sedikit dua malam yang diikutsertakan. Informasi dikumpulkan dari pasien
dan dari luka operasi mereka, kemudian peneliti mengaplikasikan
definisi-definisi yang berbeda terhadap luka infeksi.
Definisi Infeksi tempat operasi
Tahun 1992 definisi dari CDC membutuhkan
observasi terhadap 16 luka atau pasien dengan karakteristik bisa
diklasifikasikan sebagai infeksi dan mempunyai dua kriteria subyektif, diberi nama
diagnosis tenaga operasi tentang infeksi dan kultur mikroorganisme terhadap
luka. NINSS merekomendasikan bahwa kriteria selanjutnya seharusnya didasarkan
pada kultur positif cairan dan jaringan dari swab terhadap luka, tetapi
interpretasi ini tidak diaplikasikan secara menyeluruh. Metode NINSS Inggris
memodifikasi definisi CDC untuk mengeluarkan kebutuhan dari diagnosis tenaga
bedah dan membutuhkan munculnya sel pus untuk memuaskan kriteria kultur
organisme dari luka. Definisi lain dari infeksi sangat simpel hanya membutuhkan
munculnya pus, meskipun pada beberapa infeksi tidak nampak. ASEPSIS adalah
metode skoring kuantitatif yang menyediakan skore berupa angka dihubungkan
dengan tingkat keparahan luka infeksi menggunakan kriteria objektif berdasarkan
munculnya luka dan konsekuensi klinis dari infeksi.
Untuk tujuan perbandingan,
ASEPSIS diklasifikasikan dengan skore > 20 berarti terinfeksi. ASEPSIS skore
antara 10 – 20 (gangguan penyembuhan) digunakan untuk mendefinisikan beberapa
infeksi tetapi kebanyakan reflek dari luka terpisah dari penyebabnya. Infeksi
sedang sampai parah dengan skore > 30. Definisi CDC juga mendeskripsikan
keparahan infeksi, infeksi diklasifikasikan sebagai tidak ada, di permukaan
atau dalam, mengenai organ. Kedua definisi mendukung pentingnya respek terhadap
angka kematian pasien dan konsekuensi klinis.
Pengumpulan data
Staf pengawas mengkaji pasien
setiap dua atau tiga hari dengan observasi langsung, mengulang kasus yang sudah
dicatat dan menanyakan perawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien. Kami
menghubungi pasien melalui pos atau telepon satu sampai dua bulan setelah
operasi untuk melengkapi kuesioner yang telah dibuat untuk mengetahui infeksi
yang lama. Peneliti melakukan tindak lanjut kepada pasien sampai lukanya sembuh
tanpa infeksi atau sampai infeksinya terdeteksi, tetapi durasi dari tindak
lanjut bervariasi tergantung lamanya pasien tinggal di rumah sakit dan ketika
mereka dihubungi untuk mengetahui infeksi yang lama. Peneliti
mengklasifikasikan luka sebagai infeksi atau tidak dan merekam proporsi dari
luka dan diklasifikasikan sebagai infeksi pada suatu waktu selama tindak
lanjut.
Analisa Statistik
Informasi yang terkumpul dimasukkan ke dalam
Acces database, tetapi hasil microbial dan demografi dan beberapa informasi
operasi yang diperoleh secara langsung dimasukkan dalam data base komputer yang
lain. Peneliti memberi laporan secara bertahap tentang luka infeksi terhadap
tenaga bedah.
Peneliti menggunakan acces database ke stata
versi 8,2, dengan masing-masing observasi untuk satu luka. Jumlah dan
prosentase yang dimunculkan dari luka hanya jika tampak indikasi. Tingkat
kepercayaan dari proporsi infeksi dilakukan dengan mengkluster pasien sesuai
dengan rata-rata dari Robust Variance Estimators dari Stata’s. Peneliti merangkum
persetujuan antara definisi yang berbeda dari infeksi menggunakan rata-rata
dari statistic dan persetujuan secara proporsional dari ASEPSIS dan CDC untuk
diagnosa positif dan negative pada infeksi. Tingkat kepercayaan dari
kesepakatan secara statistic dengan mengkluster pasien dan dikalkulasi dengan bootstrap
methods.
Hasil
Dari total 5804 luka operasi pada 4773 pasien yang
dikaji hanya 5028 yang dilakukan di rumah sakit terpisah dengan ijin untuk
semua luka operasi di sekelompok rumah sakit antara Mei 2000 sampai Juli 2003.
Pasien rata-rata memiliki umur 53,5 tahun (rata-rata interkuartil 37,5 – 69,6)
dan 48% pasien (2281) adalah wanita. Rata-rata tinggal di rumah sakit adalah 8
hari (6-14) dan durasi operasi 111 menit (62-80).
Rata-rata prosentase luka operasi dengan
definisi yang berbeda : 19,2% (95% tingkat kepercayaan 18,1-20,4) dengan
definisi dari CDC, 14,6% (13,6% sampai 15,6%) dengan versi NINSS, 12,3%
(11,4%-13,2%) dengan pus dan 6,8% (6,1%-7,5%) dengan skore ASEPSIS > 20.
Jika infeksi di permukaan (kategori CDC) dimasukkan, 13% (778) dari semua luka
yang diobservasi menerima diagnosa yang tidak sesuai dan 6% dikategorikan
sebagai infeksi menurut dua definisi. Tetapi jika infeksi di permukaan tidak
dimasukkan maka kedua definisi memiliki prosentase yang hampir sama (6,8% dan
7%), tetapi ada beberapa yang mengalami diagnosa yang bertentangan (n=371)
menjadi sesuai (n=215).
Luka dengan pus secara otomatis didiagnosa
sebagai infeksi menurut CDC, NINSS dan definisi pus itu sendiri, tetapi hanya
39% (283/714) yang memiliki skore ASEPSIS > 20. Untuk luka-luka ini, skala
CDC juga secara konsisten mendiagnosa keparahan luka infeksi dalam jumlah besar
seperti yang dilakukan ASEPSIS. Kebanyakan luka dengan pus diklasifikasikan
ASEPSIS mengalami gangguan penyembuhan (39% 280/714) atau sembuh dengan
memuaskan (21%). Dari 151 luka, 26%
diklasifikasikan sebagai infeksi dalam oleh CDC.
Pada luka tanpa pus antara CDC dan Asepsis
kurang konsisten. Sebagai contoh, 42% (172/421) luka hanya diklasifikasikan sebagai
gangguan penyembuhan oleh ASEPSIS dan diklasifikasikan sebagai infeksi oleh CDC
dengan 3,8%.( 16 ) diklasifikasikan sebagai infeksi dalam. Sebaliknya 4 dari 6
luka diklasifikasikan sebagai infeksi luka berat oleh ASEPSIS, diklasifikasikan
superfisial oleh definisi CDC.
Gambar 2:
Bandingkan klasifikasi luka antara definisi CDC dan versi NINSS
Tiap kategori infeksi menunjukkan perbedaan
yang unik antara 2 definisi tersebut sebagai contoh lebih dari 30 % luka
dianggap sebagai infeksi superfisial pada definisi CDC, diklasifikasikan
sebagai tidak terinfeksi pada definisi NINSS ( 229/709). Pada definisi CDC “
infeksi superfisial “ kategori 94% (
222/ 237 ) dari perbedaan yang diobservasi dapat disebabkan oleh modifikasi
NINSS dan definisi CDC yang berhubungan dengan kultur bakteri positif. Pada
kategori CDC ‘ luka dalam “ perbedaan yang diobservasi karena esklusi infeksi
hanya berdasarkan pada diagnosis ahli bedah.
Pembahasan
Penulis membandingkan 4 definisi berbeda dari
infeksi tempat pembedahan dan menemukan bahwa mereka bervariasi secara luas pada
persentase perkiraan luka yang terinfeksi. Perbandingan definisi CDC tahun 1992
dan metode penilaian ASEPSIS adalah
lebih dari 2 kali luka yang diklasifikasi terinfeksi hanya 1 definisi ( n = 778 ) dan diklasifikasikan terinfeksi
oleh keduanya ( n = 366 )
Kemungkinan keterbatasan penelitian ini
Penulis membuat beberapa asumsi dalam
menerapkan definisi tetapi hal itu mungkin tidak menjelaskan besarnya perbedaan
yang diobservasi . Untuk definisi CDC penulis seringkali menemukan keperluan
untuk diagnosis infeksi oleh ahli bedah menjadi puas ketika sebuah keputusan
dibuat untuk memulai penanganan antibiotik spesifik atau menediakan penanganan
pembedahan. Sebagai contoh membuka luka dengan anaestesi general untuk drainase
pus diambil untuk mengindikasikan adana infeksi dalam. Pada penelitian lain
perbedaan dalam hasil antara definisi CDC dan metode pengawasan ( surveillance ) telah dihubungkan dengan
kurangnya follow up menggunakan hasil kultur positif atau kriteria klinis.
Meskipum penelitian penulis dihubungkan dalam kelompok tunggal di RS , data
berasal dari tempat yang beragam, pembedahan-pembedahan khusus dan banyak ahli
bedah, sehingga hampir semua sumber- sumber yang relevan diwakili.
Perbandingan definisi
yang berbeda
Antara definisi CDC dan ASEPSIS
menggambarkan derajad infeksi luka ,CDC menggambarkan 3 kategori ( tidak ada,
superfisial, atau dalam) sedangkan ASEPSIS mempunai nilai sampai 50 atau
lebih.Definisi CDC secara konsisten cenderung menetapkan luka dengan pus
sebagai infeksi lebih berat dari pada ASEPSIS, CDC juga cenderung menetapkan
luka tanpa pus sebagai infeksi lebih berat dari pada ASEPSIS, tetapi beberapa
luka diklasifikasikan sebagai infeksi sedang atau berat oleh ASEPSIS ( 31-40 nilai
dari nilai > 40) diklasifikasikan tidak terinfeksi atau hanya infeksi
superfisial oleh CDC.
Kriteria definisi CDC sangat rumit
dan beberapa subektif.Kriteria-kriteria tersebut dimodifikasi dalam versi NINSS
untuk membuatnya dapat digunakan dalam setting RS . Akan tetapi sistem
pengawasan ( surveillance ) Scottish juga mengadopsi definisi CDC asli.
Sayangnya tidak ada metode penentuan infeksi luka telah divalidasi dengan hasil
bahwa ini akan berpengaruh terhadap lama rawat inap di RS atau peraesepan antibiotik setelah pulang.
Akan tetapi pemilihan definisi yang tepat sanga sulit. Definisi yang terlalu
sensitif akan memberikan peningkatan perkiraan angka infeksi dan mungkin
menyebabkan peringatan publik. Lebih lagi jika hampir semua angka dipengaruhi
secara primer oleh infeksi minor.Sebaliknya definisi yang kurang sensitif tidak
akan mengidentifikasi infeksi yang dapat dihindari.
Definisi yang tepat membutuhkan
semua infeksi dari kepentingan klinis dan diterima oleh pasien, dokter dan
manajer. ASEPSIS dalam format aslinya dilaporkan mengulang-ulang dan
berhubungan dengan hasil tetapi karena dimodifikasi dan dihasilkan lagi
sebaiknya dikaji ulang. Tanpa adanya pola yang jelas dari tipe luka yang
diklasifikasikan sebagai terinfeksi oleh CDC tetapi tidak terinfeksi oleh NINSS
mendukung pendapat bahwa kriteria CDC sulit untuk diterapkan secara konsisten.
Perubahan kecil membuat definisi CDC atau pada interpretasinya, seperti dengan
versi NINSS menyebabkan variasi mendasar
dalam persentase infeksi luka. Meskipun definisi CDC telah diadopsi dibeberapa
negara untuk memberi banyak perbandingan Internasional.
Kesimpulan
Sistem pengawasan ( surveillance )
yang memonitor angka infeksi luka dan memberi umpan balik kepada dokter tidak
meningkatkan kontribusi pada peningkatan kualitas dan pengetahuan sebagai
komponen penting pada program lokal untuk mencegah dan mengontrol infeksi.
Sesungguhnya penulis mencatat penurunan angka infeksi pada program penulis
sendiri setelah memberi umpan balik pada ahli bedah. Adanya definisi yang sama
digunakan dari waktu ke waktu , perubahan yang tercatat seharusnya akurat. Akan
tetapi menggunakan angka infeksi luka sebagai indikator yang menunjukkan perbandingan
negara-negara adalah terlalu dini.
Tanpa alat yang menafsirkan angka
absolut , seperti perbandingan akan disetujui dengan perbedaan dalam cara
infeksi ditentukan . Pihak luar hendaknya tidak mengadili kualitas perawatan
medis pada pengukuran tersebut. Tabel yang menunjukkan perbandingan seharusna
dilaporkan hanya satu dasar secara ilmiahdan definisi yang tepat telah
dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar