A. TUMOR
JINAK LARING
Tumor
jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari semua jenis
tumor laring.
Tumor
jinak laring dapat berupa :
- Papiloma laring (terbanyak frekuensi)
- Adenoma
- Kondroma
- Mioblastoma sel granuler
- Hemangioma
- Lipoma
- Neurofibroma
PAPILOMA
LARING
Tumor
ini dapat digolongkan dalam 2 jenis :
- Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, biasanya berbentuk multipel dan mengalami regresi pada waktu dewasa.
- Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami resolusi dan merupakan prekanker.
Bentuk
Juvenil
Tumor
ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau
aritenoid.
Secara
makroskopik bentuknya seperti buah murbei berwarna putih kelabu dan
kadang-kadang kemerahan. Jaringan tumor
ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan. Sifat yang menonjol dari tumor ini adalah
sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus
dilakukan berulang-ulang.
Gejala
Gejala
papiloma laring yang utama ialah suara parau.
Kadang-kadang terdapat pula batuk.
Apabila papiloma telah menutup rima glotis maka timbul sesak nafas
dengan stridor.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laring langsung
- Biopsi
- Pemeriksaan patologi anatomi.
Terapi
-
Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro
atau dengan sinar laser. Oleh karena
sering tumbuh lagi, maka tindakan ini diulangi berkali-kali. Kadang-kadang dalam seminggu sudah tampak
papiloma yang tumbuh lagi.
-
Terapi terhadap penyebabnya belum
memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum diketahui dengan pasti.
-
Untuk terapinya diberikan juga vaksin daari massa tumor, obat anti
virus, hormon, kalsium, atau ID methionin (essential aminoacid).
Tidak
dianjurkan memberikan radioterapi oleh karena papiloma dapat berubah menjadi
ganas.
Sekarang
tersangka penyebabnya ialah virus, tetapi pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron inclusion body tidak ditemukan.
B. TUMOR GANAS LARING
Keganasan
di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah,
karena penanggulangannya mencakup berbagai segi.
Penatalaksanaan
keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi belumlah lengkap.
Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum
diketahui dengan| pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring.
Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga
menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan
terpapar oleh sinar radioaktif.
Pengumpulan data yang dilakukan di
RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak
merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap.
Yang terpenting pada penanggulangan
karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan /tindakan yang tepat dan
kuratif, karena tumornya masih terisolasi dan dapat diangkat secara
radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan
bagian laring yang terkena tumor dengan
memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.
Klasifikasi letak tumor
Tumor supraglotik terbatas pada daerah
mulai daari tepi atas epislotis sampai batas bawah glotis termasuk pita suara
palsu dan ventrikel laring.
Tumor glotik mengenaai pita suara
asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm
di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot
intrinsik pita suara. Batas superior
adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 aatau ke
dua pitaaa suara, dapat meluas ke sub glotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai
komisura anterior atau posterior ataau prossesus vokalis kartilago aritenoid.
Tumor sub glotik tumbuh lebih dari 10
mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.
Tumor ganas transglotik adalah tumor
yang menyebrangi ventrikel mengenai pita
suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.
Gejala
1. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma
laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi
fonasi laring. Kualitas nada sangaat
dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, kecepatan getaran dan
ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas
laring, pita suara gagal befungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan
pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot
vokalis, sendi dan ligamen rikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang
syaraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu
gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa.
Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau
paralisis komplit.
Hubungan
antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli,
serak merupakan gejala dini dan mnetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika
ventrikularis atau di batas inferior pita suara serak akan timbul
kemudian. Pada tumor supraglotis dan
subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama
sekali. Pada kelompok ini, gejala
pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig
jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumun
(hot potato voice).
- Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan
oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan
nafas oleh massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi
pita suara. Pada tumor supraglotik atau
transglotik terdapat dua gejala tersebut.
Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor
adalah tanda dan prognosis kurang baik.
- Nyeri tenggorok.
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa
goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4.
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring
dan sinus piriformis. Keluhan ini
merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
- Batuk dan hemoptisis.
Batuk
jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik
dan supraglotik.
6.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar
jaringan atau metastase lebih jauh.
7.
Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai
metastasis tumor ganas yang menunjukkan
tumor pada stadium lanjut.
8.
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan
laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau
langsung dengan mengguinakkn laringoskop.
Pemeriksssaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium
darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto
thorak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru. CT Scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis
serta metastasis kelenjar getah beningleher.
Diagnosis
paasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan biopsi
laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di
leher. Hasil atologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
KLASIFIKASI TUMOR GANAS LARING (AJCC DAN UICC
1988)
TUMOR PRIMER
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi
suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T2 Tumor
sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3 Tumor
terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian
belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre
epiglotis.
T4 Tumor
sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher
atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis
Karsinoma insitu.
T1 Tumor
mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor
meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan
pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor
sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
SUBGLOTIS
Tis
karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah
subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita,
pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring
dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor
yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau
kedua-duanya.
Penjalaran
ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak
teraba
N1 Secara
klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa
tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.
N2a Satu kelenjar
limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih daari 6 cm.
N2b Multipel
kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c Metastasis bilateral atau
kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa
lebih dari 6 cm.
METASTASIS JAUH (M)
Mx Tidak
terdapat/terdeteksi.
M0 Tidak
ada metastasis jauh.
M1 Terdapat
metastasis jauh.
STAGING
(STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0,
T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2?T3/T4 N1/N2/N3 M3
Penanggulangan
Setelah
diagnosis dan stadium tumor ditegakkan , maka ditentukan tindakan yang akan
diambil sebagai penenggulangannya.
Ada
3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostatiska ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit
dan keadaan umum pasien.
Sebagai
patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, staium 2
dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan
rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.
Jenis
pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan
penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat
penjalaran ke kelenjar limfaa leher. Di
bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomi totalis, karena beberapa
pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena tehnik
sulit umtuk menentukan batas tumor.
Pemakaian
sitostatiska belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian sitostatiska tidak
sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping harga obat yang relatif
mahal sehingga tidak terjangkau oleh pasien.
Para
ahli berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling baik
diantara tumor-tumor daerah traktus aerodigestivus, bila dikelola dengan tepat,
cepat dan radikal.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN :
I.
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan
utama : dyspneu, sakit menelan,
suara serak.
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu : Ada riwayat merokok, aktifitas yang
berhubungan dengan suara.
II.
PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSI
A. KARDIORESPIRASI
1.
Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, Suhu,
Pernafasan
2.
Respirasi : batuk, stridor, dyspneu,
riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan atau tanpa sputum.
3.
Sirkulasi
4.
GCS
B. MAKAN-MINUM / NUTRISI
TB
/ BB, terdapat penurunan BB drastis.
Nafsu
makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena adanya nyeri telan,
kesukaran menelan, benjolan pada leher, kebersihan mulut buruk, inflamasi /
drainase oral.
III.
ELIMINASI
IV.
INTEGRITAS KULIT
V.
MELAKUKAN MOBILISASI
Kelamahan,
kelelahan
VI.
ISTIRAHAT DAN TIDUR
Klien
apabila tidur biasanya disertai dengan mendengkur keras.
VII.
KEBERSIHAN DIRI
Kemunduran
kebersihan mulut
VIII.
NEUROSENSORIK
Diplopia,
ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah, ketulian konduksi, hemiparesis
wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular), parau menetap (gejala dominan
dan dini kanker laring intrinsik)
IX.
LINGKUNGAN SOSIAL
Terdapat
riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk / kayu, kimia
toksik / serbuk, logam berat. Perasaan
takut aka kehilangan suara, ansietas, depresi, marah, menolak., kurang dukungan
sistem keluarga, perubahan tinggi suara, enggan untuk bicara,massalah tentang
kemampuan berkomunikasi.
X.
EKONOMI
Berhubungan
dengan biaya perawatan selama sakit.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laringoskopi
langsung, lareingeal tomografi dan biopsi :
Ada;ah indikator paling nyata.
Laringografi
: Bapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan nodus
limfe.
Pemeriksaan
fungsi paru, scan tulang atau scan organ lain :
bila dinyatakan kanker dan ditemukan ada metastase.
Sinar
X dada :
Dilakukan untuk membuat status dasar paru dan atau mengidentifikasi
metastase.
Darah
lengkap : Dapat menyatakan anemia yang
merupakan masalah umum.
Survey
imunologi : Dapat dilakukan pada klien yang mendapat kemoterapi.
Profil
biokimia : perubahan dapat terjadi pada
fungsi organ sebagai akibat kanker, metastase dan terapi.
GDA
/ nadi oksimetri : Dapat dilakukan untuk membuat status / pengawasan dasar paru
(ventilasi)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan nafas tak efektif b/d gangguan kemampuan unutk bernafas,batuk dan menelan, sekresi banyak dan kental d/d dyspneu, perubahan pada frekuensi/kedalaman pernafasan.
Hasil
yang diharapkan : - Mempertahankan kepatenan jalan nafas
-
Mengeluarkan / membersihkan sekret
Intervensi :
-
Awasi frekuensi / kedalaman pernfasan, catat kemudagan bernafas, selidiki
dyspneu.
- Tinggikan
kepala 30-45 derajat.
- Dorong
menelan bila klien mampu.
- Dorong
batuk efektif dan dalam.
- Perubahan membran mukosa oral b / d tak adanya masukkan oral, kebersihan oral buruk/ tak adekuat, kesulitan menelan, defisit nutrisi d/d :
-
mulut kering, ketidaknyamanan di
mulut, saliva kental dan banyak, halitosis.
-
Mengidentifikasi intervensi khusus
untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan penurunan gejala
Mengidentifikasi
intervensi khusus untuk meningkatkan kebesihan mukosa oral
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d gangguan jenis makanan sementara, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan d / d tidak adekuatya masukkan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, penurunan berat badan.
Hasil
yang diharapkan:
-
menunjukkan pemahaman pentingnya
nutrisi untuk proses peyembuhan dn kesehatan umum.
-
Membuat pilihan diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dalam situasi individu
-
Membuat peningkatan berat badan
progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi
:
-
Auskultasi bunyi usus.
-
Awasi berat badan dan masukkan sesuai
indikasi.
-
Anjurkan pada klien/keluarga untuk
menyediakan makanan lunak sesuai kondisi klien.
-
Mulailah dengan makanan kecil dan
ditingkatkan sesuai toleransi.
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk
makan.
-
Konsul dengan ahli gizi.
-
Berikan diet nutrisi seimbang dan
sesuai kondisi.
-
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
BUN, gula, fungsi hati, protein, elektrolit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar