Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Penglihatan dan Sistem Penghidu


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
cedera mata adalah masalah kesehatan melumpuhkan Amerika yang signifikan. Dewan Riset Nasional melaporkan bahwa "Cedera mungkin adalah-diakui utama masalah kesehatan paling bawah yang dihadapi bangsa saat ini.. Studi cedera yang tak tertandingi menyajikan peluang untuk mengurangi morbiditas dan untuk merealisasikan penghematan signifikan dalam keuangan dan manusia baik istilah" American Medical Association Panduan untuk Evaluasi tingkat permanen Penurunan penurunan permanen ke sistem visual pada sama tingkat hampir penurunan nilai mengenai "seluruh manusia" ("kerugian total visi dalam satu mata setara dengan% Penurunan 25 dari Visual System dan 24% Penurunan Manusia Utuh ")
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health Interview Survey, yang dilakukan pada tahun 1977, diperkirakan bahwa hampir 2,4 juta cedera mata terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir satu juta orang Amerika memiliki visual penurunan yang signifikan permanen karena cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly buta. cedera mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di Amerika Serikat, dan kedua setelah katarak sebagai penyebab paling umum dari gangguan penglihatan. USEIR memperkirakan bahwa 500.000 tahun kehilangan penglihatan terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Cedera adalah penyebab utama untuk berhubungan perawatan rumah sakit-mata.
Sebuah tinjauan dari 10 berdasarkan populasi, penelitian lintas-sectional pada trauma mata di negara-negara nonindustrialized menunjukkan estimasi prevalensi kebutaan karena cedera mata dari 0 sampai 75 per 100.000 orang. Bilateral visi rugi per 100.000 orang diperkirakan dalam kisaran 30 sampai 137, dengan gangguan penglihatan unilateral antara 0 dan 490.
"Di India, kejadian tahunan adalah 9,75 cedera mata parah per 1.000 orang dewasa. prevalensi ini lebih tinggi di daerah pedesaan (4,5%) daripada di daerah perkotaan (3,97%), "kata Sundaram Natarajan, MD, wakil presiden pada mata Trauma Masyarakat India.
          Begitu juga dengan  keadaan gawat darurat terjadi karena bagian tubuh kita ini terletak menonjol paling depan, makan bagian nini yang akan terbentur lebih dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan, maka bila tersumbat atau terganggu akan menyebabkan gawat darurat pernapasan.
Disfungsi penciuman dapat timbul dari berbagai penyebab dan sangat dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.   Sekitar 2 juta orang Amerika mengalami beberapa jenis disfungsi penciuman.   Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi penciuman mempengaruhi setidaknya 1% penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih dari 50% dari populasi lebih dari 65 tahun.   Indera penciuman menentukan rasa makanan dan minuman dan juga berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk mendeteksi bahaya lingkungan, seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi preferensi makanan, asupan makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma hidung . Meskipun fraktur hidung adalah patah tulang wajah yang paling umum, mereka sering tidak diketahui oleh dokter dan pasien.Pasien dengan hidung patah tulang biasanya hadir dengan beberapa kombinasi deformitas, nyeri, perdarahan, edema, ecchymosis, ketidakstabilan, dan kertak, namun, fitur tersebut tidak mungkin ada atau mungkin sementara.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul asuhan keperawatan gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu.

2.      Tujuan
a.       Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan gawat darurat pada sisten penglihatan dan penghidu sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan keperawatan gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu.
b.      Tujuan Khusus
1.        Mampu   melakukan pengkajian pada askep gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu
2.        Mampu  menetapkan diagnosa keperawatan pada askep gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu
3.        Mampu membuat rencana keperawatan pada askep gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu
4.        Mampu  mengimplementasikan rencana keperawatan pada askep gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu
5.        Mampu  mengevaluasi rencana keperawatan yang telah diimplementasikan pada askep gawat darurat pada system penglihatan dan penghidu

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.     Askep Gawat  Darurat Pada Sistem Penglihatan
I.         Konsep Dasar Penyakit
1.         Pengertian
             Kedaruratan mata adalah sikap keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa penurunan tajam penglihatan sampai terjadinya kebutaan (Roper- hall, 1990, FI UI 1982, perhimpunan indonesia 1994).
2.         Klasifikasi :
             Berdasarkan konsep penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat dikelompokkan menjadi beberapa keadaan :
         1. Sight threatening condition
           Dalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat yang menetap dengan penurunan penglihatan yang berat dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit saja bila tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis retina merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok ini.
       2. Mayor condition
            Dalam situasi ini pertolongan harus diberikan tetapi dengan batasan waktu yang lebih longgar, dapat beberapa jam sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak diberikan maka penderita akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada sight threatening condition.
      3. Monitor condition
           Situasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan meskipun mungkin menimbulkan suatu penderitaan subyektif pada pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat masuk kedalam keadaan ”mayor condition”
3.               Etiologi
Kedaruratan mata dapat terjadi karena dua hal :
       1. Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :
                 • glaukoma akuta
                 • oklusi arteria sentralis retina
      2. Disebabkan trauma 
             Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu:
                 • trauma langsung terhadap mata
                 • trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya
                       - trauma kepala dengan kebutaan mendadak 
                       - trauma dada dengan akibat kelainan pada retina 
Pembagian sebab-sebab trauma langsung terhadap mata adalah sbb:
      1. Trauma mekanik
            a. Trauma tajam 
         Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita dan kelopak mata) dan     mengenai bola mata (ruptura konjungtifa, ruptura kornea)
     b. Trauma tumpul
         Fraktura dasar orbita ditandai enoftalmus. Dapat terjadi kebutaan pasca trauma tumpul pada orbita. Hematoma  palpebra biasanya dibatasi oleh rima orbita, selalu dipikirkan cedera pada sinus paranasal.
    c. Trauma ledakan/ tembakan
     Ada 3 hal yang terjadi, yaitu :
         - Tekanan udara yang berubah
         - Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang dapat bersifat mekanik maupun zat kimia tertentu
         - Perubahan suhu/ termis
2. Trauma non mekanik 
a. Trauma kimia
     Dibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma yang bersifat basa.
b. Trauma termik
    Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair, diperlukan sama seperti trauma kimia
c. Trauma radiasi
    Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet
4.      MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
         • lebam atau hematoma
         • oedema
        • nyeri
        • lakrimasi
        • adanya benda asing
        •  pupil bergeser ( T IO meningkat)
        • adanya zat kimia
        • perubahan visus
5.       KOMPLIKASI
1. Mengancam penglihatan
      • glaukoma kronik
      • perdarahan vitreus
      • eksoftalmus unilateral
      • kelainan saraf
2. kerusakan permanen
         • benda asing (kornea atau intra okuler)
           • Abrasi kornea
           • Laserasi bola mata
          • Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
         • Penyumbatan arteri
         • Pengelupasan retina
         • Ensoftalmus
II.                  PENATALAKSANAAN
1. Trauma oftalmik

         Jangan lakukan penekanan,  bila ada kecurigaan adanya laserasi, cedera tembus, ruptur bola mata, penekanan dapat diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah orbita jika
robekan kelopak mata

2. Cedera bola mata

        Hindari manipulasi mata sampai saat perdarahan, pasang balutan ringan (tanpa tekanan) dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita diplester kedahi dan pipi, jaga jarak bola mata minimal,  pembalutan bilateral, antibiotik, analgesik, anti tetanus dll,  kolaborasi bila ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain dapat dilakukan, penjahitan jika  Laserasi kelopak mata

3. Benda asing

          Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas, sehingga memungkinkan kelopak mata bawah menyapu benda asing untuk keluar dan angkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah , hati-hati jangan sentuh kornea selanjutnya  Lakukan irigasi
 rujuk, tutup mata,  jika benda asing gagal keluar . Irigasi benda asing supervisial kornea ,
 pembedahan.  Benda asing tertanam alat berujung tumpul hindari gunakan aplikator beraujung kapas karena dapat bergesek epitel terlalu banyak lalu  ambil benda asing .

4. Abrasi kornea

         Mengimobilisasi kelopak mata, beri balut tekan mata . Kolaborasi pemberian antibiotik, anastesi, dll. Jika  terlambat penyembuhan maka monitor efeki anastesi
 penyembuhan tanpa jaringan parut (24 s/d 48 jam). Untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian bawah tidak terkena  24 jam lakukan. Pembalutan sebelah dan monitor epitelisasi dan penyembuhan

5. Luka bakar kimia

          Irigasi segera dengan air bersih atau larutan NaCl, Cuci mata dibawah aliran air keran kemudian  mengejap-ngejapkan mata dan memasukkan mata kekemudian dalam air kemudian bilas terus selama 20 mnt atau sampai bersih dan kolaborasi kemudian  balut mata bilateral

6. Ruptur bola mata

           Jangan buat bahaya atau cedera lain  pasang perisai tapi hindari manipulasi gunakan spekulum mata saat pemeriksaan mata, tekanan vertikal bukan kedepan dan Jangan beri tetes mata dan tutup dan lindungi bola mata 

7. Trauma tumpul

          Kompres es, istirahatkan jika kontusio orbita dilakukan  bedah kamera pada posisi tegak, dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan  Hifema anterior  penurunan dosis pada anemia sel sabit dan penggunaan obat anti koagulan,waspadai

II.            Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik 
       Inspeksi :
                     • Infeksi palpebra lebih teliti bagi memar/ laserasi
                     • Periksa mata bagi cedera
                     • Periksa kornea bagi laserasi/ kekeruhan
                     • Inspeksi iris
                     • Lihat kedalam pupil
                    • Periksa konjungtifa dan sklera dalam tiap kuadran
2. Pemeriksaan penunjang
                    • Pemeriksaan lapang panjang
                    • Pemeriksaan oftalmoskopi untuk melihat mata
                    • Pemeriksaan neurologi/ syaraf-syaraf pada mata
2.  Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
      1.    Nyeri B.D cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan intra okuler 
2.        Resiko perdarahan B.D kerusakan pembukuh darah mata sekunder terhadap trauma mata, peningkatan tekanan intraokuler
3.        Cemas B.D gangguan penglihatan dan gangguan anatomi
4.         Perubahan sensori visual B.D trauma okuler, penyakit infeksi, penyakit struktur mata
5.        Kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi B.D misperseption, kuragnya mengenal sumber-sumber informasi

3. Intervensi
    1. Untuk diagnosa Nyeri B.D cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan intra okuler 
            • Pasang balutan mata cukup terang
              • Atur pencahayaan
              • Anjurkan untuk tidak melihat TV,  membaca,pakai kacamata gelap
             • Anjurkan istirahatkan mata  atau turunkan TI0
             • Anjurkan tidak lakukan gerakan tiba-tiba mengejan, angkat berat, (hindari gerakan   valsava manauver)
      • Kolaborasi

2.  Untuk diagnosa Resiko perdarahan ( hemoragi ) B.D kerusakan pembukuh darah mata sekunder terhadap trauma mata, peningkatan tekanan intraokuler
        • Fiksasi tidak terlalu ketat
              • Pasang balutan mata
             • Kompres dingin
             • Hindari gerakan valsava manauver
            • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

3.  Untuk diagnosa Cemas B.D gangguan penglihatan dan gangguan anatomi
          Kolaborasi bersama dokter dalam berikan informasi hasil pemeriksaan fisik, rencana lanjut pengobatan dan perawatan serta efeknya

4.  Untuk diagnosa Perubahan sensori visual B.D trauma okuler, penyakit infeksi, penyakit struktur mata
a. Beri penjelasan terkait penurunan visus
b.                        Pastikan derajat kehilangan penglihatan
c. Orientasikan ruangan
d.    Lakukan tindakan untuk membantu pasien mengangani keterbatasan  penglihatan contoh : kurangi kekacauan
e.  Kolaborasi dalam obat sesuai indikasi dan siapkan intervensi bedah.
5.  Untuk diagnosa Kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi B.D misperseption, kurangnya mengenal sumber-sumber informasi
  #. Beri informasi tentang perioperatif care (pre operasi, intra operasi, pasca operasi)
  #. Persiapan op terkait anastesi spt puasa, lavement
  #. Pembatasan aktivitas, pemasangan tameng mata pasca operasi untuk jangka waktu  tertentu.

B. Askep Gawat Darurat Pada Sistem Penghidu
 
http://htmlimg2.scribdassets.com/6j9p14hpefrari8/images/4-365dc91d19/000.jpg
Anatomi dan Fisiologi
        Tiga sistem syaraf khusus yang hadir di dalam rongga hidung pada manusia.   Mereka adalah 1) sistem penciuman utama (saraf kranial I), 2) sistem somatosensori trigeminal (saraf kranial V), 3) terminalis nervus (saraf kranial 0).   CN Saya menengahi sensasi bau.   Hal ini bertanggung jawab untuk menentukan rasa.CN V menengahi sensasi somatosensori, termasuk pembakaran, pendinginan, iritasi, dan menggelitik.   CN 0 adalah pleksus saraf ganglionated.   Ini mencakup banyak dari mukosa hidung sebelum mengalir melalui pelat berkisi untuk memasukkan medial otak depan ke saluran penciuman.   Fungsi yang tepat dari nervus terminalis tidak diketahui pada manusia. Neuroepithelium penciuman adalah epitel kolumnar pseudostratified.   Sel-sel epitel khusus pencium adalah satu-satunya kelompok neuron yang mampu regenerasi.   Epitel penciuman terletak pada aspek unggul tiap lubang hidung, termasuk piring berkisi, turbinate unggul, septum unggul, dan bagian dari turbinate tengah.  Ini pelabuhan reseptor sensoris dari sistem penciuman utama dan beberapa CN V ujung saraf bebas.Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n. Oftalmikus.
           Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksilamelalui ganglion sfenopalatina. Ganglion sfenopalatina, selain memberikan persarafansensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.Ganglion ini menerima serabut saraf sensoris dari n. maksila (N. V-2), serabut parasimpatisdari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.Fungsi penghidu berasaldari n. ofaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa daripermukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidupada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.


1.      Konsep Dasar penyakit
a.       Pengertian
1.      Pendarahan Hidung ( epistaksis )
            Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior
yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna. Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramensfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Padabagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoidanterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’sarea). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama pada anak. Vena-vena hidung mempunyai nama sama dan berjalan berdampingan denganarterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehinggamerupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.
2.             Hidung terkena cidera atau trauma
         Hal ini sering terjadi pada olahraga tinju, karate, dan sepak bola. Sekarang ini lalu lintas yang padat dan cepat sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan juga perkelahian yang menyebabkan terjadinya trauma.
3.             Hidung kemasukan benda asing
Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda asing disini biasanya berupa  biji – bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic – manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil dan lainnya. Mula – mula benda teresebut berada pada dilubang hidung senelah luar kemudian terdorong kearah dalam ketika tarik nafas dalam dan menyebabkan sesak nafas.

4.             Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit infeksi yang mengenai sinus paranasal, yaitu berada disekitar hidung. Sinusitis terjadi akibat komplikasi dari penyakit jalan napas atas. Jalan napas atas terdiri dari hidung, tenggorokan, dan telinga serta jalan nafas bawah adalah paru – paru. Sinusitis melatarbelakangi  penyakit – penyakit lain seperti congek, sesak nafas atau bronchitis kronis, serta infeksi lambung kronis atau gastritis kronis.

b.      Etiologi
1.      Trauma atau benturan benda tumpul
2.      Benda asing seperti biji – bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic – manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil dan lainnya
3.      Peningkatan suhu tubuh
4.      Peningkatan tekanan pada hidung, DBD, Campak dan terlalu lam berjemur dibawah sinar matahari
5.      Infeksi virus dan bakteri
c.       Manifestasi Klinis
1.      Trauma Hidung
i.            Hidung bengkak, terkadang disertai perdarahan dibawah kulit atau hematoma
ii.          Sekitar mata dan hidung bengkak, terjadi perdarahan dibawah kulit ( brilla hematoma )
iii.        Bentuk hidung berubah bengkok
iv.        Hidung berdarah
2.      Kemasukan benda asing pada hidung
i.                    Hidung tersumbat sebelah
ii.                  Rasa pedas dan sakit dalam hidung
iii.                Hidung sampai berdarah
iv.                Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya.
3.      Mimisan atau epistaksis
i.                    Darah keluar dari hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras
ii.                  Darh dapat juga keluar lewat lubang bagian belakang yang terus menerus mengalir pada mulut dapat seperti muntahan sarah
iii.                Adanya tanda – tanda penyebab diatas
4.      Sinusitis
Gejalanya hampir sama dengan flu seperti batuk pilek, dahak yang seperti susu dan kental, sulit mengeluarkannya, dan flu yang menahun  atau tidak dapat sembuh.
d.      Penatalaksanaan
a.       Trauma hidung
1.      Kompreslah  daerah hidung dan sekitarnya dengan es dan sedikit si tekan
2.      Bersihkan lubang hidung dari gumpalan darah
3.      Sumbatlah liang hidung yang berdarah dengan lintingan daun sirihyang sudah diremas atau lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu sebelum dimasukkan kedalam liang hidung dengan minyak paraffin atau minyak kelapa atau boorzalf, vasselin agar besok tidak lengket bila dicabut.
4.      Bawa segera kerumah sakit
b.      Kemasukan benda asing
1.      Bila yang masuk tidak teralu dalam dan masih bias terlihat, bias diambil dengan sebatang pinset. Secara perlahan pinset tersebut dimasukkan kedalam hidung tarik benda tersebut dengan perlahan keluar dengan hati – hati.
2.      Bisa juga dilakukan dengan menutup liang hidung yang tidak tersumbat tarik nafas dengan mulut  lalu  buang  hembuskan kuat – kuat udara hingga benda asing itu keluar
3.      Bila gagal letakkan anak atau korban dalam posisi sedikit menunduk condong kedepan coba lah benda asing dikait kearahh keluar dengan pengait yang ujungnya tumpul agar tidak melukai
4.      Bila gagal lagi, bawa segera kerumah sakit atau ahli THT
5.       Apabila benda itu lintah maka jepit dengan kuat lintah tersebut, hidung yang tersumbat ditetesi dengan air perasan tembakau sambil menarik jepitan tersebut.  Perdarahan disumbat seperti diatas.  
c.       Mimisan atau epistaksis
1.      Pencetlah kedua sisi hidung selama 20 menit
2.      Kompreslah hidung dan kening dengan es
3.      Carilah benda asing  penyebabnya
4.      Adakah tanda – tanda darah tinggi, DHF, dan sebagainya
5.      Korban ditidurkan bersandar dan tenanganlah
6.      Jangan boleh mengeluarkan ingus atau bersin
7.      Bila gagal, masukkan lentingan daun sirih yang telah diremas kedalam lubang hidung
8.      lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu sebelum dimasukkan kedalam liang hidung dengan minyak paraffin atau minyak kelapa atau boorzalf, vasselin agar besok tidak lengket bila dicabut. Lalu hidung diplester dengan diberikan sedikit tekanan
9.      Bawa segera kerumah sakit atau ahli THT

d.      Sinusitis
Dengan pemberian antibiotic dan cari penyebabnya serta lakukan pemeriksaan darah lengkap dan urine, rontgen, dan lakukan chec up foto dada dan rekam jantung.
2.      Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Inspeksi
1.      Adanya hematoma pada hidung dan sekitarnya
2.      Adanya perubahan bentuk hidung yang abnormal
3.      Terjadinya perdarahan dari  hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras bahkan mengalir kebagian belakang kearah mulut.
4.      Adanya nyeri pada hidung
5.      Hidung tersumbat dan sulit bernapas
6.      Pilek menahun dan berbau busuk pada hidung
7.      Sputum timbul seperti susu bahkan terkadang terjadi komplikasi berlanjut seperti congek atau OMK bahkan lebih lanjutnya timbul tanda – tanda meningitis.
b.      Pemeriksaan diagnostic
Terkadang ditemukan kekurangan volume darah, terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama dalam rongga hidung terjadi peningkatan jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama. Dan kehilangan sensasi bau pada penderita.
2.      Diagnosa yang mungkin muncul
1.      Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
2.      Nyeri akut bd agen cidera fisik
3.      Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
4.      Ansietas bd stress, ancaman kematian, terpaparnya racun
5.      Pola napas tidak efektif bd nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas
6.      Risiko kekurangan volume cairan bd kehilangan aktif : perdarahan masif
3.      Intervensi
a.       Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
1.      Kaji seberapa besar kehilangan sensasi bau pada klien
2.      Kenalkan pasien dengan berbagai sensasi bau seperti aroma makanan, parfum dll
3.      Jelaskan pada pasien tentang keadaannya dan mekanisme bau sehingga pasien jelas dengan keadaannya
4.      Kolaborasikan pemeriksaan selanjutnya dan terapi

b.      Nyeri akut bd agen cidera fisik
1.      Pastikan durasi atau episode masalah sehingga dapat dikonsulkan obat dan terapi yang akan digunakan
2.      Teliti keluhan nyeri, cata intensitas, karakteristik, lokasinya, factor yang memperburuk
3.      Catat kemungkinan patofisiologi yang khas seperti infeksi sinus,
4.      Observasi adanya tanda – tanda non verbal seperti ekspresi wajah
5.      Berikan kompres es pada hidung dan dahi
6.      Gunakan sentuhan terapeutik
c.       Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
1.      Kaji tanda – tanda vital dengan sering. Catat adanya penurunan TD, Nadi, RR, dan peningkatan Suhu
2.      Catat adanya perubahan kesadaran
3.      Pertahankan teknik aseptik pada penghentian perdarahan dan penggantian balutan
4.      Kolaborasikan : ambil hapusan sputum, darah, dan berikan antibiotic
 
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC
 Sutawijaya, bagus risang. 2009. Gawat darurat  Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.  Yogyakarta : Aulia Publishing
NANDA, 2005 – 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan klasifikasi. Prima medika

Tidak ada komentar: