ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA


 A.    Pengertian
      Menurut Smeltzer & Suzanne C  dalam Teguh 2009, Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001)
Menurut Zul dalam Rafiq 2008, Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat.
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak

B.    Etiologi

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
Y Bakteri
 Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
Y Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.

Y Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
Y Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

C.    Manifestasi klinis

Y Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-         Rinitis ringan
-         Anoreksia
-         Gelisah
Berlanjut sampai :
-         Demam
-         Malaise
-         Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
-         Ekspirasi bebunyi
-         Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
-         Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
-         Leukositosis
-         Foto thorak pneumonia lobar
Y Pneumonia virus
Gejala awal :
-         Batuk
-         Rinitis
Berkembang sampai
-         Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
-         Emfisema obstruktif
-         Ronkhi basah
-         Penurunan leukosit
Y Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-         Demam
-         Mengigil
-         Sakit kepala
-         Anoreksia
-         Mialgia
          Berkembang menjadi :
-         Rinitis
-         Sakit tenggorokan
-         Batuk kering berdarah
-         Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

D.    Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)

E.    Pemeriksaan diagnostik

1. Foto polos        : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
     virus


F.      Penatalaksanaan medis

§  Pengobatan supportive bila virus pneumonia
§  Bila kondisi berat harus dirawat
§  Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
§  Antibiotik sesuai dengan program
§  Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

G.    Penatalaksanaan perawatan

1. Pengkajian
a.       Aktivitas / istirahat
Gejala  : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda   : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b.         Sirkulasi
Gejala  : riwayat gagal jantung kronis
Tanda   : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
c.        Integritas Ego
Gejala  : banyak stressor, masalah finansial
d.      Makanan / Cairan
Gejala  : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda   : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
e.   Neurosensori
Gejala  : sakit kepala dengan frontal
Tanda   : perubahan mental
f.     Nyeri / Kenyamanan
Gejala  : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
g.       Pernafasan
Gejala  : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda   : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi  pleural
Bunyi nafas  : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna  : pucat atau sianosis bibir / kuku
h.      Keamanan
Gejala  : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda  : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela
i.      Penyuluhan
Gejala       : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

2. Diagnosa keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
2.      Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
3.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
4.      Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
5.      Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
6.      Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang

3. Perencanaan ( Intervensi)
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan  sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih
Kriteria:
-    Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
-    Sekret di jalan nafas bersih
-    Cuping hidung tidak ada
-    Tidak ada sianosis
Intervensi:
-    Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit
-    Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas
-    Posisikan kepala lebih tinggi
-    Lakukan postural drainage
-    Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada
-    Jaga humidifasi oksigen yang masuk
-    Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir
2.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam alveoli adekuat.
Kriteria:
-    Akral hangat
-    Tidak ada tanda sianosis
-    Tidak ada hipoksia jaringan
-    Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
-    Pertahankan kepatenan jalan nafas
-    Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas
-    Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit
-    Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
-    Awasi tingkat kesadaran klien

3.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
-       Tidak ada tanda dehidrasi
-       Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
-       Kelopak mata tidak cekung
-       Turgor kulit baik
-       Akral hangat
Intervensi:
-       Kaji adanya tanda dehidrasi
-       Jaga kelancaran aliran infus
-       Periksa adanya tromboplebitis
-       Pantau tanda vital tiap 6 jam
-       Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
-       Pantau balance cairan
-       Berikan nutrisi sesuai diit
-       Awasi turgor kulit
4.      Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi akibat pemasangan infus.
Kriteria hasil:
-    Aliran infus lancar
-    Tidak ada tanda infeksi pada tempat pemasangan infus
-    Suhu tubuh dalam batas normal
-    Tidak ada tromboplebitis
Intervensi:
-    Awasi adanya tanda- tanda infeksi pada tempat pemasangan infus
-    Jaga kelancaran aliran infus
-    Jaga kenbersihan tempat pemasangan infus
-    Jaga tempat pemasangan infus tetap kering
-    Tutup tempat pemasangan infus dengankasa betadin
-    Ganti lokasi pemasangan infus tiap 3 x 24 jam

5.      Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
Tujuan: seletah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
-    Tidak terdapat luka dekubitus pda lokasi yang tertekan
-    Warna kulit daerah tertekan tidak hipoksia, kemerahan
Intervensi:
-    Lakukan massage pada kulit tertekan
-    Monitor adanya luka dekubitus
-    Jaga kulit tetap kering
-    Berikan kamfer spiritus pada punggung  dan daerah tertekan
-    Jaga kebersihan dan kekencangan linen

6.      Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi injuri akibat kejang
Kriteria hasil:
-       Tidak ada injuri pada bagian tubuh jika terjadi kejang
-       Orang tua selalu mengawasi disamping anaknya
-       Orang tua melapor jika terjadi kejang
-       Tempat tidur terpasang pengaman
Intervensi:
-       Pasang pengaman di sisi tempat tidur
-       Anjurkan orang tua untuk melapor jika terjadi kejang
-       Siapkan sudip lidah/ pasang pada mulut pasien
-       Kolaborasi berikan anti kejang luminal dan diazepam
-       Berikan obat sesuai program
-       Awasi adanya kejang tiap 15 menit sekali


Daftar Pustaka
 Ahmad, Rafiq. (2008). Asuhan Keperawatan bronkopneumonia. diakses Tanggal 05 Juli 2011. https://rofiqahmad.wordpress.com/2008/12/22/asuhan-keperawatan-bron kopneumonia/
Betz & Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC
Subianto, Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan bronkopneumonia. diakses Tanggal 05 Juli 2011.http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/08/asuhan-keperawatan-bronchopneumonia.html