APLIKASI MIDDLE RANGE THEORY: KRISTEN M. SWANSON DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan dan mampu digunakan sebagai dasar teori dalam melakukan riset adalah A Theory of Caring yang diperkenalkan oleh Kristen Swanson.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perawat harus terus meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi, salah satunya dengan terus melatih perilaku caring.  Caring adalah tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan.


1.2  Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
 Mampu menganalisis dan menerapkan middle range theory Kristen M Swanson dalam memberikan asuhan keperawatan.
1.2.2   Tujuan Khusus
a.    Mampu memahami dan menganalisis maksud middle range theory.
b.    Mampu memahami dan menganalisis konsep caring Swanson.
c.    Mampu mengidentifikasi dan menganalisis ruang lingkup teori Swanson.
d.   Mampu mengidentifikasi dan menganalisis isi dari teori Swanson
e.    Mampu memahami dan menganalisa context teori Swanson.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Middle Range Theories
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008). Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu model.  Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung. Merton (1968) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang berperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
1.         ruang lingkupnya lebih sempit
2.                                                   lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
3.                                                   terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
4.                                                   merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
5.                                                   lebih dapat diuji secara empiris
6.                                                   lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

2.2 Biografi Kristen M. Swanson
Kristen M. Swanson, R.N.,Ph.D.,FAAN., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi Rhode Island.  Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).

2.3 Konsep Teori Caring Swanson
Swanson mengembangkan teori caring dari awal karir keperawatan, pendidikan, dan pengalaman klinis membuat  kesadarannya untuk menemukan perbedaan caring dalam hidup seseorang. Teori caring-swanson diperoleh melalu proses investigasi fenomena. Swanson mengakui Fawcett pada dasar koseptual praktik keperawatan, yang membimbing swanson untuk mengerti  perbedaan antara tujuan keperawatan  dan disiplin kesehatan lainnya, dan untuk menyadari bahwa caring untuk orang lain selalu ada sepanjang hidup  manusia dalam masa transisi sehat, sakit, penyembuhan, dan kematian yang sejalan dengan nilai-nilai hidup. Swanson memilih Dr. Jean Watson sebagai mentor selama pendidikan doctoral. Penelitian swanson pada caring dan miscariege bukan aplikasi dari teori Human Caring dari Watson. Swanson mengakui  Dr. Kathryn E. Barnard untuk meyakinkan transisi nya dari interpretasi ke paradigma empiric dan untuk mengubah pengetahuan caring dari investigasi fenomena ke riset intervensi dan praktik klinik pada perempuan yang mengalami keguguran. Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring.Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
ada lima asumsi yang mendasari konsep caring. 5 konsep tersebut adalah  (Martha and Alligood, 2014):
1.                                                                                                   Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan.
Subdimensi
a.      Believing in : Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b.      Offering a hope-filled attitude : Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
c.       Maintaining realistic optimism : Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan   harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
d.      Helping to find meaning : Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
e.       Going the distance (menjaga jarak) :Semakin jauh  menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.
2.                                                                                                   Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a.       Avoiding assumptions : Menghindari asumsi-asumsi
b.      Assessing thoroughl: Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psikososial spitual dan kultural
c.       Seeking clue: Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
d.      Centering on the one cared for: Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e.       Engaging the self of both : Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
3.                                                                                                   Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a.  Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan
b.      Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c.       Enduring with
Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien
d.      Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan denganusaha peningkatan kesehatan klien.
4.                                                                                                   Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
 Subdimensi:
a.       Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.

b.      Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c.       Preserving dignity (menjaga martabat klien)
Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d.      Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam  melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga
e.       Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien dalam  memberikan  asuhan keperawatan dan tindakan medis
5.                                                                                                   Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa  transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
a.       Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
b.      Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
c.       Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapaikesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat
d.      Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
e.       Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan  maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
2.4 Paradigma Keperawatan Menurut Swanson
1.                                                Nursing
Swanson mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
2.                                                Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985) dalam Alligood (2014) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya. Perawat ditugaskan untuk berperan sebagai pemimpin dalam memperjuangkan hak-hak manusia (pasien), memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
3.                                                Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).
4.                                                Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan  sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Swanson, 1993).

2.5  Aplikasi Teori Caring-Swanson Dalam Keperawatan
1.                                                                           Pelayanan
Teori Caring-Swanson telah banyak digunakan di dunia praktik sebagai kerangka kerja untuk praktek keperawatan professional di United States, Canada, dan Sweden. Sebagai contoh di sekolah keperawatan Universitas Dalhousie di Halifax, Canada, yang memilih teori caring-swanson sebagai pedoman untuk pengembangan generasi keperawatan di masa depan sebagai caring professionals. Sejak tahun 1998, dewan praktisi Keperawatan di IWK (Isaac Walton Killam) menggunakan teori caring-swanson sebagai kerangka kerja mereka untuk praktek professional keperawatan. Caring keperawatan dimanifestasikan dalam cara yang berbeda sesuai dengan konteks perawatan. Misalkan pada ibu post partum, melakukan demonstrasi tentang cara memandikan bayi kepada orang tua baru dengan menggunakan lima proses caring yang telah dijelaskan diatas, sehingga perawat mampu menciptakan lingkungan yang optimal untuk proses pembelajaran pada orang tua baru tersebut untuk membuat keputusan tentang perawatan bayi.
2.                                                                           Pendidikan
Teori caring-swanson menawarkan perawat pendidik sebuah cara perkenalan sederhana mahasiswa baru ke dalam profesi dengan menanamkan kepada mereka tentang caring dalam upaya mengembalikan dan mempertahankan kesehatan optimal pada individu.
3.                                                                           Riset
Teori caring-swanson telah banyak dilakukan penelitian, tercatat terdapat 160 database yang dipublikasi di MEDLINE, CINAHL, dan Digital Dissertasi. Contoh aplikasi teori caring-swanson di riset klinis yaitu “Petunjuk kerangka kerja perawat pada pasien multiple sclerosis” (Yorkston, Klasner, & Swanson, 2001); “Pengkajian dampak caring dalam bekerja pada populasi yang beresiko” (Kavanaugh, Moro, Savage, et al., 2006); “Pentingnya menciptakan lingkungan caring pada lansia” (Sikma, 2006; Wojnar, 20007), dan lain-lain.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus
Klien Ny. A (38Th) datang ke RSPI Suliyanti Soeroso bersama suami Tn. M (45Th) pada tanggal 3 November 2017. Didapatkan data:  Klien mengatakan bahwa saat ini klien sedang mengandung anak keempat, sebelumnya klien sudah mengalami 3 x keguguran dan semua terjadi pada trimester I. Pada kehamilan ini klien sudah dalam trimester III, jadi kehamilan ini merupakan kehamilan emas dalam keluarga. Saat ANC terakhir pada tanggal 25 Oktober 2017, klien sudah dijelaskan bahwa usia kehamilan 39 minggu dan taksiran persalinan sesuai hasil USG kandungan pada tanggal 25 Oktober 2017 jatuh pada tanggal 30 Oktober 2017. Bidan X sudah menjelaskan bahwa apabila sampai dengan tanggal taksiran klien belum merasakan tanda-tanda persalinan, maka klien akan direncanakan operasi SC. Namun klien berkeyakinan sesuai saran orang tua bahwa tidak perlu operasi, nanti akan lahir normal juga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Klien mengatakan bahwa janin dalam kandungannya tidak bergerak sejak 1 hari yang lalu. Klien belum merasakan adanya tanda-tanda persalinan. Kesadaran compos mentis, Pemeriksaan tanda-tanda vital jam 11.00 WIB didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 98 x/menit, Suhu 36,90C, pernafasan 20 x/menit. Pemeriksaan kehamilan: Perkiraan BB janin 3800 gr, didapatkan hasil tinggi fundus uteri 37 cm, teraba punggung bayi sebelah kanan, presentasi kepala belum masuk panggul, hasil USG kandungan dari poli kebidanan didapatkan bahwa janin sudah meninggal. Dokter kandungan menjelaskan ke klien dan suami agar klien dilakukan operasi SC. Klien dirawat di ruang A dalam persiapan operasi SC yang akan direncanakan jam 14.00 WIB. Klien terlihat depresi bahkan klien tidak menjawab semua pertanyaan perawat. Setiap pertanyaan perawat selalu yang menjawab suami klien. Menjelang jam dilakukannya operasi klien dan suami masih terlihat sedih yang mendalam. Klien mengatakan bahwa meninggalnya janin dalam kandungan adalah kesalahannya.

3.2 Analisa Kasus
Implementasi keperawatan dalam kondisi tersebut diberikan kepada istri yang mengalami kehamilan IUFD dan suami. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan focus pada konsep caring sesuai tahapan yang telah dijelaskan dalam teori swanson dengan tujuan untuk mencapai kesehatan optimal pasien dalam kondisi kehilangan.

Berdasarkan telaah jurnal mengenai ibu yang mengalami keguguran, kebanyakan mereka mengalami perasaan kehilangan, cemas, dan depresi. Dalam kondisi tersebut intervensi keperawatan yang perlu dikembangkan adalah pendekatan psikologis ke pasien dan keluarga, pendekatan tersebut dapat memberikan hasil emosi atau perasaan penerimaan yang lebih baik pada pasien dan keluarga (Johnson & Langford, 2015)

Kehilangan janin pada trimester awal maupun trimester akhir merupakan kejadian penting yang harus dikenali dalam kehidupan seorang wanita. Dukungan emosi harus selalu diberikan dan ibu yang mengalami keguguran tersebut harus tetap dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang kehilangan (Gergett & Gillen, 2014)

Rekomendasi untuk pengembangan praktik caring dalam penatalaksanaan kehilangan pada ibu yang mengalami keguguran adalah dengan menerapkan prinsip caring sesuai tahapan dalam teori swanson. Dalam jurnal ini dikatakan bahwa penerapan teori caring dengan pendekatan psikologis pasien dapat membantu pasien beradaptasi terhadap kehilangan setelah mengalami keguguran. Dalam jurnal inipun dikatakan bahwa dukungan emosi harus terus diberikan kepada ibu yang mengalami keguguran, baik oleh keluarga maupun oleh seseorang yang dirasa mampu membantu ibu beradaptasi terhadap kehilangan hingga mencapai tahap acceptance. (Johnson & Langford, 2015)

Sikap empati dan kemampuan caring perawat kepada ibu yang mengalami kehilangan janin memiliki peran yang sangat penting dalam pemulihan emosi jangka panjang bagi pasien, dan dapat membantu mencegah terjadinya masalah psikologis pada pasien. Sebagian besar perawat telah menerapkan prinsip caring dengan baik, namun terdapat beberapa factor yang mungkin menjadi perhatian khusus bagi perawat dalam memberikan caring pada pasien seperti kondisi ekonomi, pengaruh lingkungan, sikap teman atau keluarga, dan kurang pengetahuan. Proses caring yang penting dilakukan pada ibu dalam massa kehilangan yaitu mendengarkan keluhan pasien, bersikap empati, dan menghabiskan waktu bersama pasien (Evans, 2012).

Banyak penelitian yang menggunakan proses caring dari teori swanson dalam memberikan intervensi kepada pasien yang mengalami keguguran maupun kehilangan janin di usia kehamilan akhir, dan dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil implementasi keperawatan yang baik serta dapat mencapai tujuan keperawatan yang dapat mengoptimalkan kondisi fisik dan psikologis pasien (Evans, 2012., Kristen, 1999., Huffman & Swanson, 2014., Gergett & Gillen, 2014., Johnson & Langford, 2015)

Dalam kasus diatas proses caring yang dapat diberikan kepada pasien sesuai teori swanson sebagai berikut:
1)      Knowing
Perawat diharapkan dapat memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien bahwa kehamilan saat ini merupakan kehamilan emas, kehamilan yang sangat ditunggu oleh pasien dan keluarga, kehamilan yang sangat diharapkan kehadirannya dengan mengesampingkan asumsi perawat tentang kondisi klien. Dalam role play telah tergambar bagaimana cara perawat dalam memaknai kondisi pasien saat ini tanpa melihat asumsi perawat, dan perawat seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh pasien dan keluarga. Perawat juga terlihat mampu menggali/menyelami informasi klien secara detail dan melakukan pengkajian secara menyeluruh meliputi biopsikososial spiritual dan kultural, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, serta fokus kepada satu tujuan keperawatan.

2)      Being With
Perawat hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.


3)      Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dalam role play tampak bahwa perawat memberikan apa yang pasien perlukan sesuai kebutuhan dan kemampuan pasien saat itu, meskipun pasien tidak memberikan respon atau tidak memberikan feedback positif tetapi perawat tetap berusaha menyediakan lingkungan yang nyaman, dan memenuhi kebutuhan pasien dengan baik.

4)      Enabling 
Perawat diharapkan mampu memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa  sedih dalam hidupnya dan melewati peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah, sehingga klien menyetujui tentang rencana operasi SC yang akan dilakukan.

5)      Maintaining Belief
Perawat diharapkan mampu menumbuhkan keyakinan klien dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari peristiwa ini. Pada tahap ini kehadiran perawat sangat diperlukan untuk memungkinkan klien terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan.

Peneltitan yang dilakukan oleh (Kristen, 1999) menghasilkan bahwa meskipun perasaan kehilangan janin akan sembuh oleh waktu, tetapi intervensi awal dan sesegera mungkin dapat menurunkan keseluruhan ganggugan emosi, rasa kesal, marah, dan depresi di tahun pertama setelah kehilangan janin. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan penerapan prinsip caring sesuai dengan tahapannya, yaitu dalam memulai teori caring perawat mencoba memahami cerita pasien, meskipun perawat mungkin tidak bisa membantu menyelesaikan masalah pasien tetapi perawat merespon secara perasaan (knowing), perawat merasa bahwa  apa yang terjadi pada pasien sungguh benar-benar terjadi pada perawat, perawat mendengarkan cerita pasien, terkadang perawat membantu pasien mengungkapkan atau menyampaikan apa yang sulit disampaikan oleh pasien (being with), ketika perawat merasa pasien sulit untuk mengungkapkan perasaannya maka perawat membantu memfasilitasi, memberikan privasi pasien, menghilangkan pikiran-pikiran negative dari pasien (doing for), setelah itu perawat memberikan informasi yang relevant kepada pasien, memberikan motivasi kepada pasien untuk hidup lebih baik kedepannya (Enabling), dan meyakinkan pasien bahwa pasien mampu melewati massa ini engan baik dan memiliki kesempatan hidup yang lebih baik lagi kedepannya (Maintaining belief).


DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2010. Nursing Theory : Utilization and Application. The United States of America: Mosby Elsevier
Alligood, Martha Raile. 2014. Nursing Theorists and Their Work. USA: Mosby.
Evans, R. (2012). Emotional care for women who experience miscarriage, 26(42), 35–42.
Gergett, B., & Gillen, P. (2014). Early pregnancy loss : perceptions of healthcare professionals, 12, 29–34.
Huffman, C. S., & Swanson, K. (2014). Measuring the Meaning of Miscarriage: Revision of the Impact of Miscarriage Scale, 22(1), 29–46.
Johnson, O. P., & Langford, R. W. (2015). R ESEARCH A Randomized Trial of a Bereavement Intervention for Pregnancy Loss, 492–499. https://doi.org/10.1111/1552-6909.12659
Kristen, M. (1999). Research-based practice with women who have had miscarriages.
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Merton, Robert K. 1968. Social Theory and Social Structure. New York: Free Pers.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice.  3rd ed. Philadelphia:  F. A. Davis Company.
Patricia A, Potter, Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing, Seventh edition, St. Louis. Missouri : Mosby Elsevier
Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to Nursing Research.Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed.  New York: Springer Publishing Company.
Swanson. 1993. Nursing as Informed Caring for the Well Being of Others. IMAGE: Journal of Nursing Scholarship. Retrieved from http://www.son.washington.edu/
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby Company St. Louis

Tidak ada komentar: