Desain penelitian case control study dalam riset keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hakikatnya manusia memiliki keingintahuan terkait fenomena atau masalah yang terjadi di sekelilingnya. Hal ini lah yang mendorong manusia untuk mangkaji dan meneliti, sehingga akan memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan (Darma, 2011). Dalam perkembangan ilmu kesehatan, upaya peningkatan layanan kesehatan merupakan langkah awal untuk meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan tenaga kesehatan. Seiring dengan tuntutan perkembangan ilmu kesehatan, penelitian merupakan komponen yang berkaitan erat dalam upaya  dan proses perkembangan tersebut.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang dilaksanakan melalui langkah sistematis yang bertujuan untuk menjawab kesenjangan yang terjadi. Dalam pendapat lain, penelitian diartikan sebagai penyelidikan yang menggunakan metode sistematis untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah-masalah, yang bertujuan untuk mengembangkan, menemukan atau memperluas suatu kesatuan ilmu pengetahuan (Polit and Beck 2010).
Dalam suatu penelitian terdapat desain penelitian yang digunakan peneliti sebagai metode dalam memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan. Adanya fenomena suatu kasus atau kejadian dimasa sekarang yang belum terungkap penyebab dan kaitan serta hubungan dengan faktor resiko dimasa lampau, menjadi suatu tantangan dalam  sebuah penelitian. Desain penelitian case control merupakan metode yang paling tepat digunakan dalam menjawab tantangan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Desain  case control  merupakan desain penelitian yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antar variabel independent (faktor resiko) dengan variabel dependent (suatu kejadian/kasus) berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif (melihat kearah masa lampau) melalui kelompok kasus yaitu subjek yang mengalami masalah kesehatan dan kelompok kontrol yaitu subjek tanpa masalah kesehatan (Darma, 2011).
Menurut Swarjana (2012), desain penelitian ini merupakan metode yang sangat tepat digunakan dalam penelitian terutama bidang epidemologi, mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kasus penyakit yang memiliki periode terpapar panjang dimasa lalu, atau pada kasus-kasus yang jarang terjadi (KLB).
Dalam melakukan seuatu penelitian tidak terlepas oleh  pendekatan desain case control saja, bisa juga dengan pendekatan desain lain dan tentunya akan mendapatkan kekurangan dan kelebihan masing-masing desain penelitian yang digunakan dalam menjalankannya.  Sehingga hal ini melatarbelakangi dari pembuatan makalah yang diharapkan outcome dari makalah ini dapat dijadikan gambaran untuk menentukan atau memilih desain yang tepat dalam sebuah desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti nantinya.

1.2  Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah memberikan penjelasan tentang gambaran desain penelitian case control study. 
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1.      Agar mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang penjelasan defenisi desain penelitian case control study.
2.      Agar mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang penjelasan kelebihan dan kelemahan desain penelitian case control study.
3.      Agar mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang penjelasan contoh desain penelitian case control study di dalam penelitian keperawatan.


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Case Control
Penelitian case-control adalah penelitian analitik observasional yang banyak digunakan terutama pada bidang epidemiologi. Desain ini terutama digunakan untuk mengetahui penyebab penyakit dengan menginvestigasi hubungan antar faktor resiko (risk factor) dengan kejadian penyakit (occurance of desease). Desain ini relative simple, menggunakan pendekatan backward looking (retrospective) berdasarkan eksposure histories of case and controls (WHO, 2001 dalam Swarjana, 2015). Studi retrospective digunakan untuk mengaitkan fenomena yang ada saat ini dengan fenomena yang terjadi di masa lalu, sebelum penelitian dimulai. Ini berarti, peneliti tertarik dengan hasil dan usaha/ kejadian saat ini dikaitkan dengan menentukan faktor pendahulu yang menyebabkannya (Polit & Beck, 2003).
Menurut Maltby dkk (2010) desain case-control adalah desain penelitian yang digunakan peneliti untuk mengidentifikasi atau mempelajari kemungkinan variabel yang dapat berkontribusi terhadap berbagai faktor kesehatan. Sebagai contoh, jika peneliti melihat kemungkinan pengaruh pada perkembangan penyakit jantung, mereka akan membandingkan kehidupan sekelompok pasien yang berpenyakit jantung dengan sekelompok pasien yang tidak memiliki penyakit jantung. Oleh karena itu dalam desain case-control, peneliti melihat kebelakang tentang riwayat klinis, pengobatan dan gaya hidup individu dan membandingkan antara kelompok yang memiliki penyakit dengan yang tidak.
Dalam penelitian case control, investigator bekerja kebelakang (backward). Mereka memulai studi dengan memilih sampel dari populasi dengan outcome (cases) dan yang lain dari populasi tanpa outcome yang dinamakan kontrol. Selanjutnya mereka membandingkan predictor variable didalam dua kelompok sample untuk melihat yang mana berasosiasi dengan cause the outcome (Hulley, 2007). Untuk kasus atau penyakit yang jarang terjadi ataupun yang long latent periods antara exposure and disease, maka case-control study jauh lebih efisien dibandingkan dengan desain yang lain. Pendekatan retrospectif case control study dapat menguji banyak variabel. Desain ini banyak digunakan untuk penelitian atau studi tentang outbreak atau kejadian luar biasa (KLB) (Gordis, 2009).

2.2  Kelebihan dan Kekurangan
1.   Kelebihan
a.       Simpel à  karena tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi atau studi terhadap variabel-variabel kemungkinan yang berkontribusi terhadap faktor-faktor  kesehatan.
b.      Cepat à karena  penelitian dilakukan  secara retrospektif dan pelaksanannya pada waktu yang bersamaan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
c.       Murah à penelitian bersifat observasi dan dengan penggunaan waktu penelitian  yang cepat tentunya penelitian ini tidak membutuhkan dana yang besar
d.      Adanya pambatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penilitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
e.       Sangat tepat untuk menyelidiki wabah, dan mempelajari penyakit atau hasil yang langka.
f.       Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
2.   Kekurangan
a.       Objektifitas dan reliabilitasnya kurang karena pengukuran variabel yang retrospektif sehingga subjek penelitian harus mengingat kembali fakto-faktor resikonya.
b.      Subjek  bias, ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat paparan yang dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahun-tahun.
c.       Sulit dilakukan jika pencatatan tidak memadai dan  tidak dapat diandalkan.
d.      Kesulitan dalam memilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
e.       Tidak dapat menghitung  angka insidensi.
(Lewallen, S. & Courtright, P . (1998);  Naseh, S. (1993); Hidayat, A. (2012))
2.3  Analisa Jurnal
Judul penelitian : hubungan Faktor Resiko Jatuh pada anak yang dirawat di rumah sakit dengan Pengasuh
Peneliti : Habip Almis, MD, Ibrahim Hakan Bucak, MD, Capan Konca, MD, Mehmen Turgut, MD, Tahun 2016.
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan faktor resiko jatuh pada anak yg dirawat di RS dengan Pengasuh
Metode penelitian : Menggunakan case control study. Anak anak yang termasuk dalam penelitian ini, berada di RS Adiyaman, Turkey  antara bulan Juni 2014 dan Juni 2015.  Di RS tersebut  terdapat 600 tempat tidur. Total bed di klinik pediatrik berkapasistas 118 yang terdiri dari bangsal anak : 65 bed, ICU Anak : 11, ICU neonatus : 25, UGD : 17)
Sampel penelitian : anak yng jatuh antara bulan juni 2014 dan juni 2015, Definisi Jatuh pada penelitian ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada  seseorang  yang tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah, atau tempat yang lebih rendah (WHO, 2008). Kriteria inklusi :
1.      Pasien dan pengasuh tidak mempunyai penyakit kronik
2.      Pasien dan pengasuh tidak menggunakan obat-obatnya yang menyebabkan cemas , meningkatkan stress atau kurang tidur atau gelisah
3.      Perawat tidak mengetahui gangguan psikiatri
Terdapat 39 pasien yang mempunyai pengalaman jatuh dan pengasuhnya telah terdaftar dalam penelitian ini. Kelompok kontrol dipilih secara acak dari klinik pediatrik dan 78 pasien “tidak jatuh” disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin  untuk pasien dan pengasuh merupakan kelompok non control. Kelompok peneilian dan kontrol dipilih dalam satu periode yang sama.
Prosedur : Persetujuan dari Instutional Review Board (IRB)  Universitas Adiyaman sudah diterima pada penelitian ini.  Oral Consent sudah diperoleh dari orang tua dan setelah peneliti menjelasakan tujuan dan prosedur penelitian secara detail, orang tua menandatangani format informed consent. Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan setelah pasien mengalami kejadian jatuh . data dikumpulkan dengan kuisioner dimana bertanya tentang kebiasaan  (merokok) dan tingkat pendidikan pengasuh dan data pasien terkait karakteristik  demografik, jumlah saudara kandung, lamanya dirawat dan riwayat jatuh sebelumnya.
Analisa Data : analisa menggunakkan statistik deskriptif. Dengan hasil yang ditampilkan berupa persentasi, mean, dan standar deviasi. Selanjutnya data kuantitatif dari kelompok yang di gabung menggunakan Chi square test , independent test dan Whitney U test.
Hasil Penelitian : Data dari 117 pasien di evaluasi, 39 pasien dengan jatuh sudah terjadi dan 78 pasien yang tidak mengalami jatuh. usia rata-rata untuk kelompok Jatuh adalah 1471 ± 9,36 dan 15,62 ± 10,65 bulan, masing-masing. usia rata-rata untuk pengasuh kelompok jatuh adalah 29,33 ± 5,89 dan 29,53 ± 5,56 tahun.Ada perbedaan yang signifikan pada hubungan resiko jatuh terhadap tingkat pendidikan pengasuh (p<0 dan="" kebiasaan="" merokok="" p="" perawat="" span="" style="mso-spacerun: yes;">  Analisa dari hubungan faktor resiko dengan pengasuh terhadap kejadian jatuh anak yang dirawat inap, oleh multivariat regresi logistik, menunjukkan pendidikan pengasuh yang rendah (OR = 0,361; CI= 0,196 -0665; P< 0,01) kebiasaan merokok perawat  (OR= 4.863; CI=1.058 – 22.358) dan peningkatan lamanya dirawat pada anak  (OR=1.994;CI = 1.475-2.696; p <0 span="" style="mso-spacerun: yes;">  
yang dilakukan meningkatkan resiko jatuh pada anak yang dirawat inap. Keterbatasan Penelitian :
1.      terletak pada data yang diperoleh hanya dari satu rumah sakit.
2.       Keterbatasn yang pelaing  menjadi perhatian pada penelitian ini adalah data tesebut diperoleh setelah jatuh terjadi.
3.      Tidak memeriksa karakteristik personal dari pengasuh (beberapa pengasuh depresi, cemas, perfeksionis, neurotic, social phobic,  emosi yang tidak stabil, apatis, tidak sensitif , ebberapa tidak percaya diri)  dan tidak mengukur tingkat stess dan kecemasannya.
Kesimpulan : Banyak alat pengkajian utuk resiko jatuh yang digunakan untuk pasien pediatrik,walaupun beberapa tidak cukup layak sensitivitasnya atau ketegasannya yang tinggi. Penelitian ini menyediakan data penting dalam mengidentifikasi faktor resiko terhadap jatuh yang terjadi karena pengasuh di ruang rapat inap anak. Karena penelitian ini mempercayai bahwa skala penilaian resiko jatuh layak digunakandi masa mendatang  pada pasien anak dimana harus mempertimbangkan tingkat pendidikan, kebiasaan, penyakit dan obat2 yang digunakan perawat . Analisa Jurnal terkait dengan konsep case control study:
Berdasarkan pada BAB Sebelumnya yang menjelasakan konsep case contro studyl, Penelitian yang berjudul Risk Factor Related to Caregivers in Hospitalized Children Falls yang diteliti oleh Habip Almis, MD, Ibrahim Hakan Bucak, MD, Capan Konca, MD, Mehmen Turgut, MD, merupakan penelitian yang menggunakan desain case control study yang  ini dilakukan pada  Tahun 2016 di RS Adimayan, Turki. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan faktor resiko jatuh dengan pengasuh pada anak yang dirawat inap. Terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok case dan kelompok kontrol. Kelompok case adalah 39 pasien yang mengalami jatuh saat dirawat di rumah sakit sedangkan kelompok kontrol adalah 78 pasien yang tidak mengalami jatuh saat dirawat di rumah sakit. Penelitian dan kelompok kontrol dipilih dalam satu periode yang sama.


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1  Pembahsan
Jenis-jenis metoda penelitian digunakan sesuai dengan kondisi objek yang akan diteliti. Penelitian untuk mencari efek dari suatu variabel yang tidak dapat dimanipulasi, maka dapat digunakan desain yang mempelajari hubungan diantara dua variabel tanpa melakukan intervensi apapun terhadap objek yang diteliti, disebut juga sebagai corelational design. Syarat dilakukannya penelitian ini adalah harus ada hubungan empiris antar variabel, dimana variabel independen diprediksi menghasilkan perubahan pada variabel dependen.  Studi korelasional dengan desain retrospektif adalah yang di mana fenomena yang diamati pada saat ini terkait dengan fenomena yang terjadi di masa lalu.
Metoda penelitian dengan desain retrospektif (melihat kebelakang) salah satuya adalah case-control study. Jenis penelitian ini banyak digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi sesuatu yang sudah terjadi pada sekelompok orang yang diteliti dengan karakteristik yang sama dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Metoda ini cocok digunakan untuk meneliti kasus yang jarang terjadi dan membutuhkan waktu yang cukup panjang bagi beberapa variabel untuk mempengaruhi variabel lainnya.
Jika memperhatikan metoda dan teknik yang digunakan serta kelebihan dan kekurangannya maka case control study dapat digunakan di hampir semua area keperawatan, asalkan tersedia data riwayat kejadian dari variabel yang diteliti.
Dari analisis jurnal terkait tentang case control yang dilakukan di RS Adiyaman Turki untuk mengevaluasi hubungan faktor resiko jatuh pada anak yang dirawat di RS dengan pengasuh menunjukkan bahwa metode case control ini tepat dilakukan pada penelitian ini. sesuai dengan yang dikemukan Mandrekar dan Sumithra (2008) bahwa studi case control merupakan alternatif sempurna  untuk uji coba terkontrol secara acak seperti dalam kasus, karena menggunakan data dari pasien yang sudah memiliki penyakit atau kondisi yang terkait dan melihat kembali apakah ada karakteristik pasien yang berbeda dari mereka yang tidak memiliki penyakit atau kondisi terkait.
Aspek penting dari penelitian case control adalah bagaimana konsep dalam menyesuaikan antara kontrol dengan kasus yang dapat membantu mengatasi masalah ketidakseimbangan distribusi  pada kasus dan kontrol pada tahap perancangan, namun, penyesuaian  merupakan konsekuensi dari paparan yang  tidak tepat. Pencocokan bisa dilakukan dengan dua cara yang berbeda. Pencocokan grup atau frekuensi yang  memastikan bahwa ada jumlah kontrol yang sama seperti kasus di setiap tingkat perancu. Meskipun hal ini membantu mengurangi bias, hal itu tidak lantas menghilangkannya. Tingkat pencocokan yang lebih baik dicapai dengan mencocokkan setiap kasus dengan satu atau lebih kontrol (Mandrekar dan Sumithra, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa pada studi case control hal yang sulit adalah menetapkan kelompok kontrol yang sesuai dengan kasus dimana aspek ini bisa menimbulkan bias dalam penelitian sehingga perlu dilakukan pencocokan yang tepat untuk hasil penelitian yang lebih akurat.




BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan
a.       Desain case control adalah penelitian yang di gunakan untuk mengidentifikasi atau studi terhadap variabel-variabel kemungkinan yang berkontribusi terhadap faktor-faktor  kesehatan. Penelitian ini mencari hubungan antar variabel yang dilakukan melalui observasi terhadap satu kasus penyakit terhadap variabel-variabel yang mempengaruhinya.
b.      Desain case control mempunyai kelebihan yaitu: simple, cepat, murahserta hasil penilitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional karena aanya pambatasan atau pengendalian faktor resiko. Namun, memiliki kelemahan yaitu: objektifitas dan reliabilitasnya kurang, subjek  bias, dan tidak dapat menghitung  angka insidensi.
4.2  Saran
a.       Peneliti harus memastikan data-data sudah memadai sebelum menggunakan desain case control dalam penelitian.
b.      Untuk menghindari subjek yang bias, peneliti dapat menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi.



DAFTAR PUSATAKA

Almis, H., Bucak, I. H., Konca, C., & Turgut, M. (2017). Risk Factors Related to Caregivers in Hospitalized Children’s Falls. Journal of Pediatric Nursing, 32, 3–7. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2016.10.006.
Dharma, Kelana Kusuma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Tans Info Media.
Gordis, L. (2009). Epidemiology. 4th ed. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data
Hidayat, A. (2012). Desain studi cross sectional, case control dan cohort dalam epidemiologi. https://www.statistikian.com/2012/08/perbedaan-cross-sectional-case-control-cohort.html
Hulley, S. B., Cummings, S. R., Browner, W. S., Grady, D. G., & Newman, T. B. (2007). Designing Clinical Research. Optometry Vision Science (Vol. 78). https://doi.org/10.1097/00006982-199010000-00024
Lewallen, S. & Courtright, P . (1998).  Epidemiology in practice, case control studi. Community Eye Health Vol 11 No. 28 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1706071/pdf/jceh_11_28_057.pdf
Maltby, J.,Williams, G.A., McGarry, J., & Day, L. (2010). Research Methods for Nursing and Healthcare. Great Britain: Library of Congress Cataloging in Publication Data
Naseh, S. (1993). Media Litbangkes : Keunggulan dan keterbatasan beberapa metode penelitian kesehatan, https://media.neliti.com/media/publications/157177-ID-keunggulan-dan-keterbatasan-beberapa-met.pdf
Mandrekar, J. N. dan Sumithra J. M. (2008). Case Control Study Design. What, When, and Why. Journal of Thoracic Oncology. Vol. 3-12
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2003). Nursing Research: Principles and Methods. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Polit & Beck. (2010). Essentials of Nursing Research. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins
Swarjana, I.K (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. 2nd ed. Yogyakarta: ANDI.

Tidak ada komentar: