BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kothari (2004) menyebutkan desain
penelitian adalah pengaturan kondisi pengumpulan dan analisis data dengan suatu cara yang bertujuan untuk menggabungkan
relevansi dengan tujuan penelitian dalam prosedur penelitian. Desain
penelitian adalah struktur konseptual di mana penelitian dilakukan, hal itu merupakan blue print untuk pengumpulan, pengukuran dan
analisis data. Dengan demikian desain penelitian merupakan garis besar apa yang akan dilakukan peneliti
dan bagaimana implikasinya terhadap analisis data akhir. Dalam memilih desain
penelitian harus memperhatikan beberapa hal, yaitu ruang lingkup penelitian,
tujuan penelitian, tempat penelitian, data yang dibutuhkan, waktu penelitian,
sample, teknik pengumpulan data, dan bagaimana analisis data yang akan dilakukan.
Desain
penelitian akan
mempermudah penelitian, membuat
penelitian efisien dan dapat
menghasilkan informasi maksimal dengan pengeluaran tenaga, waktu, dan biaya yang minimal.
Seorang peneliti memerlukan
desain penelitian dalam pengumpulan data dan analisis untuk proyek penelitian.
Desain penelitian merupakan perencanaan
awal penelitian, yang mencakup metode
yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data yang relevan dan teknik yang akan digunakan dalam analisis,
dengan tetap memperhatikan tujuan penelitian dan ketersediaan tenaga, waktu,
dan biaya. Pemilihan desain penelitian harus
dilakukan dengan sangat hati-hati karena kesalahan di dalamnya dapat mengganggu
keseluruhan proyek (Kothari,
2004).
Salah satu desain penelitian yang dapat digunakan adalah kohort.
Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep desain
penelitian kohort sampai aplikasi desain tersebut.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Menjelaskan
desain penelitian kohort
2. Tujuan
Khusus
a. Menjelaskan
konsep desain penelitian kohort
b. Menjelaskan
kelebihan desain penelitian kohort
c. Menjelaskan
kekurangan desain penelitian kohort
d. Memaparkan
contoh aplikasi atau penelitian desain kohort dalam bidang keperawatan atau
kesehatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Desain Penelitian Kohort
1. Definisi
Istilah “kohort” berasal dari
bahasa Romawi kuno yang berarti sekelompok tentara yang berbaris maju ke medan
perang. Kohort merupakan penelitian non eksperimental yang mengkaji variabel
independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek atau kejadian suatu
penyakit). Desain penelitian kohort menggunakan pendekatan waktu secara
longitudinal atau time period approach (Nursalam,
2008).
Studi kohort adalah studi yang mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan),
dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko, kemudian mengikuti
sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek dalam
masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan. Tujuan studi kohort
adalah untuk menghubungkan paparan (variabel independen atau sebab) dengan hasil (variabel dependen atau efek). Studi
kohort dapat menentukan kualitas penyakit dengan
cara menghubungkan paparan (variabel independen) dengan penyakit yang
diteliti. Studi kohort merupakan studi observasional
tanpa ada intervensi. Studi kohort dapat juga bersifat retrospektif
yaitu dengan cara melihat
ke masa lalu dan mencoba mengumpulkan data tentang pemaparan (penyebab penyakit
yang potensial) dan menghubungkannya dengan hasil (Kothari, 2004).
Selain itu, Denis dan Cheryl (2003)
mengungkapkan desain penelitian kohort adalah sebuah studi di mana data dikumpulkan
selama periode waktu yang
panjang dengan menggunakan desain
longitudinal, di
mana sampel diperiksa dari waktu
ke waktu
2. Karakteritik
studi kohort (Arikunto, 2006)
a. Studi kohort bersifat observasional
b. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
c. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
d. Terdapat kelompok kontrol
e. Terdapat hipotesis spesifik
f. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
g. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data
sekunder
3. Langkah-langkah
studi kohort (Sastroasmoro, 2014)
Pada studi
kohort tahapan kegiatan dilakukan sebagai berikut:
a. Merumuskan
pertanyaan penelitian dan hipotesis
b. Menetapkan
kohort
Peneliti menentukan
populasi dan sampel penelitian yang akan dilakukan. Ciri utama kohort, yaitu
tersedianya kelompok subjek tanpa efek tertentu pada awal studi. Syarat umum
agar seseorang dapat dimasukkan dalam studi kohort dengan pembanding internal
atau kelompok kontrol adalah subjek tidak menderita efek yang diteliti dan
belum terpajan faktor risiko yang diteliti
c. Memilih
kelompok kontrol
Pada studi kohort
prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol terjadi secara alamiah
yaitu bagian dari kohort yang selama follow
up tidak terpajan faktor risiko yang dipelajari.
d. Menentukan
variabel penelitian
Pada penelitian kohort,
faktor risiko dapat berupa faktor internal, yaitu faktor yang menyebabkan
predisposisi timbulnya penyakit atau efek tertentu. Faktor risiko eksternal
yaitu faktor lingkungan yang memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu.
Penyakit atau efek yang terjadi selalu variable dependen. Jenis variable lain
yang tidak diteliti juga harus diidentifikasi, yaitu variable perancu.
e. Mengamati
terjadinya efek
Kedua kelompok subjek
diobservasi dalam periode tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk pengamatan
tergantung dari karakteristik efek yang diteliti, yang dapat ditentukan dengan
pemahaman yang baik tentang efek yang akan diteliti tersebut.
f. Menganalisis
hasil
Analisis hasil dari
penelitian kohort sederhana, menilai besaran efek yang menggambarkan insiden
kejadian pada masing masing kelompok yang dianalisis.Skema rancangan pengamatan
studi kohort dijelaskan pada uraian berikut:
Sel
a : subyek dengan faktor resiko,
mengalami efek
Sel
b : subyek dengan faktor resiko, tidak
mengalami efek
Sel
c : Subyek tanpa faktor resiko,
mengalami efek
Sel
d : Subyek tanpa faktor resiko, tidak
mengalami efek
Resiko
relatif (RR): a/(a+b):c/(c+d)
4. Sampling
Sampel
yang dipilih untuk studi kohort ditentukan oleh pertanyaan yang diajukan oleh
penelitian ini. Sampel biasanya
merupakan suatu kelompok yang akan diobservasi dalam jangka waktu tertentu
untuk melihat paparan dan efek yang muncul dari paparan tersebut. kelompok
pembanding yang diambil biasanya mempunyai karakteristik yang sama namun tidak
terpapar dengan faktor resiko (Ellis, 2010).
5. Metode
Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam studi kohort adalah
kuesioner. Kuesioner yang digunakan diisi
langsung oleh sampel. Kuesioner digunakan karena sampel penelitian dalam jumlah
yang besar dan penelitian
berlangsung dalam
jangka waktu yang panjang sehingga kunjungan individu, atau pengumpulan data
oleh peneliti tidak memungkinkan. (Ellis, 2010).
6. Macam-macam
Desain Penelitian Kohort
a. Desain
Kohort Prospektif
Desain kohort termasuk
dalam desain penelitian observasional analitik. Peneliti memulai penelitian
dengan memilih sampel penelitian yang tidak memiliki faktor resiko dan efek
yang ingin diteliti. Kemudian secara alamiah sampel akan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok yang memiliki faktor resiko dan kelompok tanpa faktor
resiko. Selanjutnya responden pada kedua kelompok diikuti sampai kurun waktu
tertentu yang telah ditetapkan untuk melihat efek (variable dependen).
Penentuan waktu didasarkan pada pertimbangan teoritis atau hasil penelitian
terdahulu (Dharma, 2011).
b. Desain
Kohort Berganda
Merupakan modifikasi
dari desain kohort prospektif. Modifikasi dilakukan saat menentukan kelompok
faktor resiko. Pada desain kohort prospektif penelitian dimulai dengan memilih
sampel secara umum dari populasi tanpa mengetahui apakah sampel memiliki faktor
resiko atau tidak, pembagian kelompok dilakukan setelah penelitian berjalan
sesuai dengan yang terjadi alamiah pada sampel. Sedangkan pada desain kohort
berganda, peneliti langsung mengidentifikasi atau mencari sampel dengan faktor
resiko (+) dan faktor resiko (-), sehingga langsung terbentuk kelompok sampel
di awal penelitian. Kedua kelompok kemudian diikuti secara prospektif sampai
dengan kurun waktu tertentu untuk melihat efek yang ditimbulkan seperti halnya
pada desain kohort prospektif (Dharma, 2011).
c. Desain
kohort retrospektif
Desain kohort
retrospektif adalah modifikasi dari desain kohort. Desain ini digunakan untuk
mengetahui antara variable independen dengan variable dependen berdasarkan perjalanan waktu dimulai
dari identifikasi faktor resiko sampai terjadinya outcome, namun seluruh
kejadian terjadi dimasa lalu. Peneliti memulai penelitian dengan
mengidentifikasi faktor resiko yang terjadi pada responden di masa lalu,
kemudian membagi responden menjadi kelompok dengan faktor resiko dan kelompok
tanpa faktor resiko. Peneliti kemudian mengidentifikasi variable dependen pada
kedua kelompok berdasarkan perjalanan waktu yang terjadi dimasa lalu (Dharma, 2011).
A.
Kelebihan
Desain Penelitian Kohort
Terdapat beberapa kelebihan dari desain
penelitian kohort, antara lain:
1. Kejelasan urutan temporal. Studi kohort lebih jelas menunjukkan urutan
temporal antara paparan dan hasil, karena dalam sebuah studi kohort, subjek
diketahui bebas penyakit pada awal periode pengamatan ketika mereka status
pemaparan ditetapkan (La Morte,
2016).
2. Karena studi kohort mengukur penyebab potensial sebelum
hasilnya telah tercapai sehingga penelitian bisa menunjukkan bahwa
"penyebab" mendahului hasilnya, sehingga menghindari perdebatan
mengenai penyebab dan efek (La Morte,
2016).
3. Keuntungan lebih jauh adalah studi tunggal bisa diperiksa
berbagai variabel hasil. Misalnya, studi kohort perokok secara bersamaan bisa
melihat kematian akibat paru-paru, kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular
(La Morte,
2016).
- Studi retrospektif jauh lebih murah karena datanya sudah terkumpul (CJ, 2003).
5. Dapat
mengetahui hubungan sebab dan akibat atau hubungan kausalitas berdasarkan
perjalanan waktu secara alamiah (Dharma, 2011).
6. Dapat
digunakan untuk menentukan lebih dari satu variable dependen (efek) dalam satu
penelitian (Dharma, 2011).
B.
Kekurangan
Desain Penelitian Kohort
1. Prospective study
a.
Harus mengikuti
subyek yang besar dalam waktu yang lama (La Morte,
2016).
b.
Sangat mahal dan
menghabiskan banyak waktu (La Morte,
2016).
c.
Tidak cocok untuk
penyakit yang jarang terjadi (La Morte,
2016).
d.
Tidak cocok untuk
penyakit dengan latensi atau perkembangan yang lama
(La Morte,
2016).
e.
Tindak lanjut yang
berbeda dapat menimbulkan bias (La Morte,
2016).
f.
Seringkali sulit
untuk mempertahankan subyek studi agar tetap dalam penelitian, terutama bila
pengamatan dilakukan berulang – ulang dan membutuhkan waktu yang lama karena
penderita menjadi bosan (Kasjono, 2009).
g.
Penggunaan kohort
seringkali menggunakan percobaan terkontrol secara acak yang
mungkin tidak etis; Misalnya, Anda tidak bisa secara
sengaja mengekspos orang merokok (CJ, 2003).
2. Retrospective study
a. Sama pada Prospektif, hal ini tidak cocok pada penyakit
yang jarang terjadi (La Morte,
2016).
b. Jika seseorang menggunakan catatan yang tidak sesuai
dengan desain kita, maka kualitas data akan rendah
(La Morte,
2016).
c. Sering tidak adanya data pembaur (confounding) fakor potensial jika data tercatat di masa lalu
(La Morte,
2016).
d. Sulit untuk mengidentifikasi yang terpapar dan pembanding
yang sesuai (La Morte,
2016)
e. Memerlukan
biaya yang cukup besar dan waktu penelitian yang relative lama sehingga
memerlukan ketelitian dan motivasi
yang tinggi (Dharma, 2011).
f. Resiko
drop out dan loss of follow up sample cukup besar karena waktu penelitian yang
relatif lama (Dharma, 2011).
g. Bias
hasil penelitian cukup tinggi apabila peneliti tidak mengidentifikasi dan
mengendalikan variable perancu yang
dapat mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan variable dependen
(Dharma, 2011).
BAB
III
PEMBAHASAN
Desain penelitian kohort dapat
diaplikasikan pada beberapa kasus keperawatan atau kesehatan, antara lain:
A. Penelitian
dalam Bidang Kesehatan Jiwa
1. Kohort prospektif
Salah
satu contoh penelitian yang menggunakan desain kohort dalam bidang keperawatan jiwa adalah penelitian yang dilakukan selama 20 tahun oleh
Egger pada tahun 1988 sampai 2008 yang berjudul Suicide in HIV-infected Individuals and the General Population in
Switzherland, 1988-2008. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat trend
waktu dan prediktor bunuh diri sebelum pengenalan awal terapi ARV aktif
(pre-HAART), dengan masa terapi aktif ARV (HAART) pada pasien yang didiagnosa
HIV dan populasi umum di Switzherland. Hasilnya tingkat bunuh diri menurun
secara signifikan pada masa aktif pemberian ARV (HAART) namun masih tetap lebih
tinggi dibandingkan populasi umum yang melakukan bunuuh diri. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulkan pasien dengan HIV tetap menjadi kellompok
sasaran penting untuk pencegahan bunuh diri.
2. Kohort retrospektif
Desain kohort juga dapat dilakukan deengan cara
retrospektif. Salah satu contoh penggunaan desain
penelitian di kohort retrospektif pada
keperawatan jiwa yaitu penelitian yang dilakukan selama 5 tahun oleh Wheeler. A et al pada tahun
2000-2005 dengan judul Five-year follow-up of an acute psychiatric
admission cohort in Auckland, New Zealand. Dalam penelitian ini
Wheeler et all menggunakan desain
kohort retrospektif pada rekam medik pasien untuk mengetahui kepatuhan kontrol
pasien didiagnosa skizofrenia
atau skizoafektif,
bipolar disorder, depresi atau gangguan kesehatan jiwa lainnya. Hasil
penelitian ini menunjukan dalam waktu 5 tahun masa penelitian kohort sepertiga
dari 924 pasien tidak pernah melakukan kontrol ke rumah sakit.
B. Penelitian
dalam Bidang Keperawatan Maternitas
Salah satu contoh
penelitian yang menggunakan desain kohort dalam bidang keperawatan maternitas,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Susan Garthus Niegel dll pada tahun 2014
yang berjudul The influence of women’s
preferences and actual mode of delivery on post-traumatic stress symptoms
following childbirth: a population-based, longitudinal study. Penelitian
tersebut merupakan penelitian prospektif mengikuti ibu hamil dengan usia
kehamilan 17 minggu sampai delapan minggu post-partum yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ketidaksesuaian antara cara melahirkan yang diinginkan dengan
yang dianjurkan dapat meningkatkan risiko munculnya stress post-partum. Penelitian
tersebut dilakukan di Akershus University Hospital dari November 2008 sampai
April 2010 dengan rata-rata 4.200 wanita per tahun melahirkan di rumah sakit tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan stress post-partum pada
wanita yang menginginkan melahirkan dengan cara sectio cesarean namun
kenyataannya melahirkan secara normal atau sebaliknya dibandingkan dengan
wanita yang melahirkan sesuai dengan cara yang diinginkan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain
penelitian kohort memiliki sifat observasional,
dimana pengamatannya dilakukan dari sebab ke akibat. Studi kohort sering
disebut sebagai studi insidens. Di dalamnya terdapat kelompok kontrol serta
memiliki hipotesis yang spesifik. Studi kohort dapat bersifat prospektif
ataupun retrospektif, dimana untuk kohort retrospektif, sumber datanya
menggunakan data sekunder.
B.
Saran
Peneliti
dalam melakukan penelitian dapat memilih desain penelitian sesuai dengan jenis
dan batasan-batasan penelitian yang akan dilakukan. Memilih desain penelitian
sebaiknya dapat memperhatikan ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian, tempat penelitian, data yang dibutuhkan, waktu penelitian, sample,
teknik pengumpulan data, dan bagaimana analisis data yang akan dilakukan. Peneliti yang memilih
desain kohort dalam penenlitiannya dapat memperhatikan kelebihan dan kekurangan
desain tersebut. Peneliti harus memahami benar tentang konsekuensi dan
kemungkinan-kemungkinan buruk dalam menerapkan desain kohort.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.
CJ, M. (2003).
Observational research methods . Research design II : Emerg Med, 20,
54–61.
Dharma, Kelana Kusuma.
(2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Ellis, Peter. (2010). Understanding
Research for Nursing Students. Southernhay East: Learning Matters.
Egger, M. (2010). Suicide
in HIV-infected Individuals and the General Population in Switzherland,
1988-2008. The American Journal of Psychiatry.
Garthus-Niegel, S., von Soest, T.,
Knoph, C., Simonsen, T. B., Torgersen, L., & Eberhard-Gran, M. (2014). The
influence of women's preferences and actual mode of delivery on post-traumatic
stress symptoms following childbirth: a population-based, longitudinal study.
BMC Pregnancy And Childbirth, 14191. doi:10.1186/1471-2393-14-191
Kasjono, H. S. dan Y.
(2009). Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan (1st ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kothari. (2004).
Research Methodology, Methods and Techniques. New Delhi: New Age International
(P) Limited Publishers
La Morte, W. W. (2016).
Advantage and Disadvantage of Cohorts Studies. Retrieved from http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPH-Modules/EP/EP713_CohortStudies/EP713_CohortStudies-TOC.html
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Polit, Denise F., Beck, Cheryl Tatano.
(2003). Nursing Research: Principles and Methods. 7th edition.
Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sastroasmoro, Sudigdo. (2014).
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Wheeler, A. at al. (2011). Five-year
follow-up of an acute psychiatric admission cohort in Auckland, New Zealand. Journal of the New Zealend Medical Association.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar