BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori
keperawatan. Teori Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset
dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama.
Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan
dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan
riset keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang
memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan dan mampu digunakan sebagai dasar
teori dalam melakukan riset adalah A Theory of Caring yang diperkenalkan oleh Kristen
Swanson.
Lingkungan
kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perawat harus
terus meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi, salah satunya dengan terus melatih perilaku caring. Caring adalah tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu, caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring
juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka
berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka
konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan
Umum
Mampu memahami middle range theory Kristen M Swanson.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mampu memahami maksud middle range theory.
b. Mampu memahami konsep caring Swanson.
c. Mampu mengidentifikasi dan memahami ruang
lingkup teori Swanson.
d. Mampu mengidentifikasi dan memahami isi dari
teori Swanson
e. Mampu memahami dan menganalisa context teori Swanson.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI MIDDLE RANGE THEORIES
Middle range theories dapat
didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan
berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan
Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa
konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu model.
Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset
untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada
disiplin ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan
abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan
petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup
fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range
theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat
diuji dalam pemikiran empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan
praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting
dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa
mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal
yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat
bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara
ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan,
inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel
terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa
mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak
mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin
ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori,
middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang berberperan dalam
pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang
minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan
mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
a. ruang lingkupnya lebih sempit
b. lebih konkrit, fenomena yang
disajikan lebih spesifik
c. terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih
sedikit
d. merepresentasikan bidang
keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. lebih dapat diuji secara empiris
f. lebih dapat diaplikasikan secara langsung
dalam tatanan praktik
2.2 BIOGRAFI KRISTEN M
SWANSON
Kristen M. Swanson, R.N.,Ph.D.,FAAN., lahir
pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh
gelar sarjananya (magna cum laude) dari University of Rhode Island College of
Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse
pada University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima
gelar Magister Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun
sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of
Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di
University of Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial
keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan
interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).
2.3
KONSEP TEORI CARING SWANSON
Swanson
mengembangkan teori caring dari awal karir keperawatan, pendidikan, dan
pengalaman klinis membuat kesadarannya
untuk menemukan perbedaan caring dalam hidup seseorang. Teori caring-swanson
diperoleh melalu proses investigasi fenomena.
Swanson
mengakui Fawcett pada dasar koseptual praktik keperawatan, yang membimbing
swanson untuk mengerti perbedaan antara
tujuan keperawatan dan disiplin
kesehatan lainnya, dan untuk menyadari bahwa caring untuk orang lain selalu ada
sepanjang hidup manusia dalam masa
transisi sehat, sakit, penyembuhan, dan kematian yang sejalan dengan
nilai-nilai hidup. Swanson memilih Dr. Jean Watson sebagai mentor selama
pendidikan doctoral. Penelitian swanson pada caring dan miscariege bukan
aplikasi dari teori Human Caring dari Watson. Swanson mengakui Dr. Kathryn E. Barnard untuk meyakinkan
transisi nya dari interpretasi ke paradigma empiric dan untuk mengubah
pengetahuan caring dari investigasi fenomena ke riset intervensi dan praktik klinik
pada perempuan yang mengalami keguguran.
Watching patients move into a space of total dependency and come out
the other side restored was like witnessing miracles unfold. Sitting with
spouses in the waiting room while they entrusted the heart (and lives) of their
partner to the surgical team was awe inspiring. It was encouraging to observe
the inner reserves family members could call upon in order to hand over that
which they could not control. It warmed my heart to be so privileged as to be
invited into the spaces that patients and families created in order to endure
their transitions through illness, recovery, and, in some instances, death
(Swanson, 2001, p. 412)
Asal
teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang
dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak
di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah
melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter
et al. 2005).
Melalui
wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara
keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang
diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting
yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen
bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah,
melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di
tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan
dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien
ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut.
Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak
hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam
membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori caring
Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses
karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring
yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam
hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain
sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan
jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan
seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991)
menjelaskan middle range theory of caring.Caring didefinisikan
sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels
a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari
definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada
klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
Menurut Swanson (1991 dalam Martha and
Alligood, 2014) ada lima asumsi yang mendasari konsep caring. 5 konsep
tersebut adalah :
1.
Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan
keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi
dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan
orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil
hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa
pun. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu
menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam
praktek keperawatan.
Subdimensi:
a. Believing in : Perawat
menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi
pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b. Offering a hope-filled attitude : Menunjukkan perilaku bahwa perawat
sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak
mata dan intonasi bicara perawat.
c. Maintaining realistic optimism : Menjaga dan menunjukan optimisme
perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha
mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
d. Helping to find meaning : Membantu klien menemukan makna akan
masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
e. Going the distance (menjaga jarak) :Semakin
jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan
sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan
klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total
oleh perawat kepada klien.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk
memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan
kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah
memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat
mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail,
sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan
keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi
asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowingadalah
penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a. Avoiding assumptions : Menghindari
asumsi-asumsi
b. Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian
menyeluruh meliputi bio psikososial spitual dan kultural
c. Seeking clue: Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
d. Centering on the one cared for: Perawat
berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e. Engaging the self of both : Melibatkan
diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi
juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan
maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan,
pemantauan dan
mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a. Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan
klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan
b. Convering availability
Menunjukan kesediaan
perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c. Enduring with
Bersama-sama berkomitmen
dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien
d. Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama
klien yang berkaitan denganusaha peningkatan kesehatan klien.
Dengan “Being with”
perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara,
mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan
perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.
4. Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu
tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan,
kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
a. Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan
keperawatan dilakukan denganmemberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.
b. Performing competently ( menunjukkan
ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi
dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c. Preserving dignity (menjaga martabat
klien)
Menjaga martabat klien
sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d. Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat
dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan
keluarga
e. Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien
dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis
5. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien,
memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan
melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan
memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan,
berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah
sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan
yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi
perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
a. Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan
yang telah dilakukan
b. Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi yang
berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien
dan keluarga klien.
c. Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada
klien dalam mencapaikesejahteraan
/ well being sesuai
kapasitas sebagai perawat
d. Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik
terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
e. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus
dan membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan
terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan
keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
2.4 PARADIGMA
KEPERAWATAN MENURUT SWANSON
1.
Nursing
Swanson
(1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan
untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan
dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika,
kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan
social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
2. Manusia
Asumsi
Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985)
bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran,
perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh
warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.
Perawat ditugaskan untuk berperan sebagai pemimpin dalam memperjuangkan hak-hak
manusia (pasien), memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
3. Kesehatan
Perawat
tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat
membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali
tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat
berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang
diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi
seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat
berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk
dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki
arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya
pengertian integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi
seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas,
pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine, maskulin dan
seksualitas (Swanson, 1993).
4. Lingkungan
Lingkungan
didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam
keperawatan sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi
atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk
budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual.
Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada
baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang
membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
2.5 APLIKASI
TEORI CARING-SWANSON DALAM KEPERAWATAN
1.
PELAYANAN
Teori
Caring-Swanson telah banyak digunakan di dunia praktik sebagai kerangka kerja
untuk praktek keperawatan professional di United States, Canada, dan Sweden.
Sebagai contoh di sekolah keperawatan Universitas Dalhousie di Halifax, Canada,
yang memilih teori caring-swanson sebagai pedoman untuk pengembangan generasi keperawatan
di masa depan sebagai caring
professionals. Sejak tahun 1998, dewan praktisi Keperawatan di IWK (Isaac
Walton Killam) menggunakan teori caring-swanson sebagai kerangka kerja mereka
untuk praktek professional keperawatan. Caring keperawatan dimanifestasikan
dalam cara yang berbeda sesuai dengan konteks perawatan. Misalkan pada ibu post
partum, melakukan demonstrasi tentang cara memandikan bayi kepada orang tua
baru dengan menggunakan lima proses caring yang telah dijelaskan diatas,
sehingga perawat mampu menciptakan lingkungan yang optimal untuk proses
pembelajaran pada orang tua baru tersebut untuk membuat keputusan tentang
perawatan bayi.
2.
PENDIDIKAN
Teori
caring-swanson menawarkan perawat pendidik sebuah cara perkenalan sederhana
mahasiswa baru ke dalam profesi dengan menanamkan kepada mereka tentang caring
dalam upaya mengembalikan dan mempertahankan kesehatan optimal pada individu.
3.
RISET
Teori
caring-swanson telah banyak dilakukan penelitian, tercatat terdapat 160
database yang dipublikasi di MEDLINE, CINAHL, dan Digital Dissertasi. Contoh
aplikasi teori caring-swanson di riset klinis yaitu “Petunjuk kerangka kerja
perawat pada pasien multiple sclerosis” (Yorkston, Klasner, & Swanson,
2001); “Pengkajian dampak caring dalam bekerja pada populasi yang beresiko”
(Kavanaugh, Moro, Savage, et al., 2006); “Pentingnya menciptakan lingkungan
caring pada lansia” (Sikma, 2006; Wojnar, 20007), dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1.
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan
dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada
dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai
hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan
proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu
klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
2.
Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan
5 proses caring menjadi lebih praktis, yaitu Komponen Mempertahankan
Keyakinan, Komponen Pengetahuan, Komponen Kebersamaan, Komponen Tindakan yang
Dilakukan, Komponen Memungkinkan.
3.
Teori Caring dari Swanson dapat di aplikasikan di
dunia praktik atau pelayanan, pendidikan, dan riset.
3.2 Saran
Aplikasi teori caring-swanson
di dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien baik dalam keperawatan jiwa,
KMB, anak, maternitas, gerontik perlu untuk ditingkatkan demi tercapainya
keperawatan yang berkualitas. Penggunaan Teori caring-Swanson di dunia
pendidikan sebagai landasan perilaku caring juga perlu ditingkatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alligood,
Martha Raile. 2010. Nursing Theory :
Utilization and Application. The United States of America: Mosby Elsevier
Alligood,
Martha Raile. 2014. Nursing Theorists and
Their Work. USA: Mosby.
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New
York: Routledge.
Parker,Marilyn
E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing
practice. 3rd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson,Sandra
J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to
Nursing Research.Second edition. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Sieloff,
Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory
Development Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing
Company .
Smith,Mary
Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing.
2nd ed. New York: Springer Publishing Company.
Tomey,
Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition.
Toronto: The CV Mosby Company St. Louis
Patricia
A, Potter, Anne G. Perry. 2009. Fundamental
of Nursing, Seventh edition, St. Louis. Missouri : Mosby Elsevier
Tidak ada komentar:
Posting Komentar