PENGEMBANGAN EMPIRIS TEORI/MODEL KEPERAWATAN MENURUT DOROTHEA OREM



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi dengan dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Berfikir krtitis harus dilakukan pada setiap situasi pasien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan. Setiap model keperawatan dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan. 
Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan yang tepat untuk kasus spesifik adalah mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan aktivitas sehari-hari untuk memahami dan mengidentifikasi keunikan pasien, kemudian perawat mempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang melandasi, dan defisini konsep.
Dari beberapa model konsep , salah satu diantaranya adalah model self care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Concept of Practice Self Care”. Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi personal unit (keluarga, kelompok, dan komunitas). Teori ini merupakan teori keperawatan yang sangat penting ketika klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan atau social.
Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana awal mula muncul teori Self Care menurut Dorothea Orem, aplikasinya dalam praktik keperawatan, serta hubungannya dengan falsafah dan paradigma keperawatan.

1.2  Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi pengembangan empiris teori atau model konseptual keperawatan menurut Dorothea Orem

1.2.2   Tujuan Khusus
a.    Mampu memahami makna dari konsep Dorothea Orem.
b.    Mampu memahami macam-macam teori self care.
c.    Mampu memahami hubungan teori self care dengan falsafah dan paradigma keperawatan.
d.   Mampu memahami dan menganalisa pengembangan empirik teori self care dan aplikasinya dalam praktik keperawatan.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOGRAFI DOROTHEA OREM
Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore dan lulus dari Providence Hospital School of Nursing pada 1930. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar Bachelor of science (BSc) dalam bidang pendidikan keperawatan pada 1939, serta gelar Master of Science bidang pendidikan keperawatan tahun 1945 dari universitas katholik Amerika. Orem bekerja di universitas katholik di Amerika sebagai staff perawat hingga menajdi assisten direktur, terakhir ia mendapatkan gelar doctor kehormatan dari Georgetown University di Washington, D.C. pada tahun 1976. Dengan latar belakang pendidikan tinggi tersebut, orem disebut sebagai ners theorist pada tahun 1980. (Alligood, 2010)

2.2 MODEL KONSEPTUAL OREM
Ada beberapa model konseptual keperawatan yang telah dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Self Care Defisit oleh Dorothea Orem. Menurut Orem, DE (1971), Fokus utama dari model konseptualnya adalah kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Orem juga mengatakan mandirikan klien sesuai tingkat ketergantungannya, jangan tempatkan klien dalam posisi dependent (seperti dikutip Orem, DE, 2001). Teori Orem ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi perawat dalam memandirikan klien sesuai tingkat ketergantungannya.
Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang konsultan pada bagian pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam suatu proyek pelatihan peningkatan praktek perawat (vokasional). Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan : “Kondisi apa dan kapan seseorang membutuhkan pelayanann keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide bahwa seorang perawat itu adalah “Diri sendiri”. Ide inilah yang kemudian dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”. Pada tahun 1959 konsep keperawatn Orem ini pertama sekali dipublikasikan. Tahun 1965 Orem bekerjasama dengan beberapa anggota fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk suatu Comite Model Keperawatan (Nursing Model Commitee).
Tahun 1968 bagian dari Nursing Model Commitee termasuk Orem melanjutkan pekerjaan mereka melalui Nursing Development Conference Group (NDCG). Kelompok ini kemudian dibentuk untuk menghasilkan suatu kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan menetapkan disiplin keperawatan. Orem Kemudian mengembangkan konsep keperawatanya “self care” dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of Practice. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu, sedangkan edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit (keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan General Theory Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem memberikan penekanan yang lebih besar terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat.
Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu : 1). Self Care, 2). Self care defisit dan 3) nursing system. Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care therapeutik, self care defisit, nursing agency, dan nursing system, serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi dasar). Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya. (Alligood, 2010)

2.2.1. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self care, self care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan perkembangan manusia. Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self acre demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite :
a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat,        solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b.  Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru,    perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self    care akibat suatu penyakit atau injury.

2.2.2 Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self care:
a. Tindakan untuk atau dilakukan orang lain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan                     personal.
e. Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa          atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care. Orem menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah dikemukakannya.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu:
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu,                       keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.
b.  Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
c.  Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk            kontak dan dibantu perawat.
d.  Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-   hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

2.2.3 Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care agency Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:
a. Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan menerima self care secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan, observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk mengukur kemampuan melakukan self care.
 c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk internal atau external self care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan supportive developmental system.

2.3 HUBUNGAN TEORI OREM DENGAN PARADIGMA KEPERAWATAN
Bila kita hubungkan teori Orem dalam paradigma keperawatan, maka seorang perawat sebaiknya dapat menerapkan konsep Self Care Defisit pada masing-masing paradigma keperawatan. Menurut Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005), paradigma keperawatan adalah suatu pandangan secara umum yang di anut oleh mayoritas kelompok keperawatan atau hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan dan mengatur hubungan diantara teori tersebut guna mengembangkan model  konseptual dan teori-teori keperawatan sebargai kerangka kerja keperawatan. Paradigma keperawatan itu antara lain; 1) Manusia, 2) Kesehatan, 3) Lingkungan, 4) Keperawatan.

1.      Manusia
Manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan tuhan,  yang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Tetapi walaupun berbeda manusia tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama. Dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari  hubungan interaksi dan ketergantungan dengan manusia yang lain. Orem melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang terdiri atas suatu yang bersifat fisik, psikologis dan sosial, dengan derajat kemampuan mengasuh diri sendiri (self care ability) yang berbeda-beda. Menurut Orem, DE (1971), Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Hubungannya dengan manusia, Renpenning, KM. (2003) mengatakan Teori Self Care Deficit merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa atau pada kasus ketergantungan tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem, DE (1971), mengidentifikasikan lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self care, antara lain; 1) Bertindak untuk orang lain, 2) Memberikan petunjuk dan pengarahan, 3) Memberikan dukungan fisik dan psychologis, 4) Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan personal, 5) Pendidikan (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care klien. Kondisi yang sering dijumpai di lapangan adalah belum adanya penerapan yang optimal tentang konsep self care, dimana perawat sepertinya lebih senang memberikan bantuan kepada klien yang seharusnya sudah mampu dilakukan secara mandiri baik oleh klien maupun keluarganya, seperti; memandikan klien ditempat tidur, membantu pemberian makanan, eliminasi dan personal hygiene lainnya. Keadaaan ini kemungkinan dikarenakan belum adanya standar yang baku dalam memandirikan klien dan masih kurangnya kemampuan serta rendahnya tingkat pendidikan tenaga keperawatan.

2.      Kesehatan
Kesehatan menurut Orem, DE (1971), merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan makhluk hidup bebas dari gangguan baik struktural, fungsional, mekanisme fisiologis, pengendalian reaksi emosional, dan fungsi mental tubuh(seperti dikutip Orem, DE, 2001). Jadi kesehatan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Kesehatan akan dicapai bila semua unsur paradigma keperawatan terpenuhi.

3.      Lingkungan
Orem, DE (1971) menyatakan bahwa manusia dan lingkungan terlihat seperti sistem komunikasi yang konstan, manusia beradaptasi dengan lingkungan dan menggunakan tehnologi untuk mengontrolnya. Perawat dibutuhkan untuk mengendalikan lingkungan klien baik fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya. (seperti dikutip Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. 2005). Teori self care Orem yang berhubungan dengan lingkungan adalah self care requisite. Orem, DE (1971), mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite, yaitu : 1) Universal meliputi; udara, air, makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia. 2) Developmental; lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut. 3) Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Orem, DE (1971), mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu; 1) Totally Compensatory System; Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan menerima self care secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan / pilihan tentang self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya. 2) Partially Compensatory Nursing System; suatu situasi dimana perawat dibutuhkan dalam melayani beberapa aktivitas pemenuhan perawatan diri klien, walaupun sebenarnya klien dapat memenuhi beberapa kebutuhan atau kebutuhan lain yang bermakna. Misalnya orang tua yang tinggal di rumah mungkin dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan perawatan diri mereka, namun mungkin akan mendapat perawatan yang bergantung dari keluarga mereka. 3) Supportive / Educative Nursing System; dalam sistem ini, klien berpotensi untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan aktivitas perawat berkaitan dengan pengajaran dan dukungan mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. Sebagai alternatif perawat dapat memberikan perawatan pada orang yang membutuhkan. Misalnya, pendekatan ini berlaku untuk pasien paska operasi kolostomi yang secara fisik mampu mengatasi peralatan stoma namun masih memerlukan perawat dalam perubahan gaya hidup (seperti dikutip Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005).

4.      Keperawatan
Keperawatan yang merupakan bentuk layanan profesional yang dalam pekerjaannya mempunyai hak dalam memberikan layanan mandiri baik kelompok maupun perseorangan. Orem, DE (1971), mengatakan bahwa jika kebutuhan lebih banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Orem mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu; 1) Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan. 2) Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan. 3) Bertanggung jawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat. 4) Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk keperawatan. 5) Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Bagian teori Self Care Defisite Orem yang berkaitan dengan keperawatan adalah Teory Nursing System. Menurut Orem, DE (1971), Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Orem juga mengatakan bahwa Nursing agency adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah dididik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care agency (seperti dikutip Orem, DE, 2001).

2.4  APLIKASI TEORI OREM DALAM KEPERAWATAN
a. Area Keperawatan Maternitas
Konsep self-care untuk Normalcy yang diyakini Orem ini telah banyak dibuktikan dan dikembangkan dalam dunia keperawatan, seperti yang dikemukakan oleh Wong, et al (2015). Pada penelitian ini, dia meneliti tentang aplikasi Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) pada wanita yang mengalami dysmenorrhea, wanita yang diteliti adalah yang usianya diatas 3 tahun, kemudian mereka diminta untuk mengisi kuseioner menggunakan Adolescent Dysmenorrhic Self-Care Scale, hasilnya menunjukan bahwa SCDNT berpengaruh baik pada wanita yang mengalami dysmenorrhea.

b. Area KMB
Penelitian Kumar (2007) juga menunjukan bahwa SCDNT berpengaruh positif pada pasien dengan diabetes, dalam penelitian Kumar meneliti tentang aplikasi teori Orem pada wanita yang mengalami diabetes, self-care terbukti dari bagaimana kadar gula darah pasien terkontrol, mampu memilih makanan yang tidak meningkatkan kadar gula darah serta mampu berkomunkiasi lebih efektif dengan petugas yang merawatnya.

c. Area Komunitas / Gerontik
Hosseini, et al. ( 2013 ) melakukan penelitian tentang pengaruh program kunjungan rumah pada penduduk lanjut usia di beberapa desa di provinsi Falavarjan, Iran.  Pertumbuhan penduduk lanjut usia di negara ini berkembang pesat dalam dua dekade terakhir sehingga berpengaruh terhadap sumber daya kesehatan dan pelayanan medis di negara ini. Penelitian ini dilakukan pada 33 orang lansia yang dipilih secara acak dari di wilayah tersebut, dengan salah satunya menggunakan pendekatan Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) terkait tentang bagaimana asupan nutrisi, aktifitas fisik, kesejahteraan dan praktek kesehatan yang bertanggungjawab. Didapatkan hasil terjadi peningkatan nilai rata – rata dari perilaku lansia terkait 4 komponen tersebut setelah dilakukan program kunjungan rumah, terjadi perubahan perilaku positif perawatan kesehatan diri pada lansia – lansia tersebut. Hal ini diharapkan akan menurunkan angka kunjungan berobat lansia ke fasilitas kesehatan. Penelitian ini memperlihatkan bahwa SCDNT yang diterapkan dalam program kunjungan rumah memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kemandirian merawat diri pada orang tua lanjut usia.

d. Area Keperawatan Anak
Pada area keperawatan anak, disebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan kemampuan merawat diri dikalangan remaja dengan asma ( Buston & Wood, 2000 ; Couriel, 2003). Setelah beberapa waktu  kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Altay & Cavusoglu ( 2013 ) menunjukkan bahwa pendekatan dengan menggunakan Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) bisa menurunkan dan menghilangkan kondisi defisit perawatan diri pada remaja dengan penyakit asma. Penerapan SCDNT dalam intervensi keperawatan dengan melakukan bimbingan, dukungan dan latihan bisa mengembangkan ketrampilan perawatan diri remaja dengan asma, mereka memiliki kemandirian dalam merawat dirinya sendiri terkait apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan, menjaga jadwal harian, mengenali faktor – faktor pemicu serangan dan  penggunaan obat – obatan asma. Dari penelitian ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa SCDNT  sangat efektif meningkatkan kualitas hidup remaja dengan penyakit asma.


e. Area Keperawatan Jiwa
Penelitian Merino, et al. ( 2014 ) tentang pengembangan dan validasi instrumen baru di spanyol yaitu Self-Care Requisites Scale ( in Spanish, Escala de Requisitos de Autocuidado, ERA ) yang di rancang untuk mengukur kebutuhan perawatan diri pasien skizofrenia berdasarkan teori keperawatan Orem. Instrumen ini terdiri dari 35 item dengan cara wawancara, dengan lima kemungkinan respon spesifik dari 1 ( tidak defisit ) sampai 5 ( defisit total ). Dari penelitian ini didapatkan bahwa ERA adalah instrumen yang valid yang dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan perawatan diri pada pasien dengan skizoprenia yang dirawat di masyarakat. Adanya instrumen seperti ini tentunya sangat bermanfaat untuk digunakan dalam praktek klinis dan mendorong profesi perawat untuk bisa mengembangkan dan lebih mengefektifkan  rencana keperawatan yang paling sesuai untuk setiap pasien yang ditangani.

f. Pendidikan keperawatan
Berbiglia (2011) menjelaskan bahwa Bevis pada Tahun 1978 mengindikasikan model konsep harus menjadi kurikulum dilihat dari catatan National League of Nursing tahun 1974, berlanjut pada tahun 1960-an dan 1970-an bahwa model konsep semakin jelas menjadi sebuah kurikulum sehingga perawat lebih jelas mengintegrasikan model keperawatan dalam praktik, sampai pada akhirnya muncul The Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) sebagai kurikulum resmi di Amerika pada program pendidikan sarjana. Orem menyatakan ilmu keperawatan mengacu pada 7 pengetahuan tentang dimensi keperawatan sosial terhadap perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik, profesi pekerjaan, hokum keperawatan, sejarah keperawatan, etik keperawatan, ekonomi keperawatan, ilmu keperawatan praktik dan aplikasi. Adapun kampus yang menerapkan SCDNT sebagai kurikulum adalah Anderson University School of Nursing, Sothern University Baton Rouge School of Nursing dan University of Tenessee Chattanooga School of Nursing.
Anderson University School of Nursing, di Universitas ini telah ada Bachelor Science of Nursing dengan gelar BSN dan Master Science of Nursing dengan gelar MSN, sedangkan Sothern University Baton Rouge School of Nursing selain meliliki BSN dan MSN, Universitas ini punya program doctoral yaitu Doctor of Philoshopy dengan gelar PhD, dan University of Tenessee Chattanooga School of Nursing, selain BSN dan MSN, gelar doctoral di Universitas ini adalah Doctor of Nursing Practice atau DNP (Berbiglia, 2011). Selain diarea keperawatan, menurut Peterson (2016), pekerja sosial bahkan telah menerapkan self-care dalam kurikulum pendidikan. 

Berikut ini tabel perawat dalam kurikulum Orem
Level 1

Level 2
Level 3
Level 4
MSN
Caring
Feeling Needs
Helping-Trusting
Environtment
Critical Thinking
Interpersonal
Teaching-learning
Exsistensial-
Spiritual
Holistic
Self-Care Agency
Individuals
Groups
Families
Community
Family as a unit
Self-Care Requisite
Universal
Developmental
Health Deviations
Health Deviations
Health Strenght
Health
Primary
Secondary
Tertiary
Primary
Nurse Agency
Learner
Communicator
Teacher
Health-care
Provider
Counselor
Client Advocate
Change Agent
Leader
Researcher
Facilitator
Family Advocate
Nursing System
Supportive-
Educative
Partly
Compensatory
Wholly
Compensatory
Supportive-
Educative
Nursing Process
Assesement
Diagnosis
Planning
Intervention
Evaluation
Evaluation
Critical Analysis


 
BAB III
        PEMBAHASAN

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa konsep self-care yang dicetuskan oleh Orem mampu diterapkan di bidang keperawatan, baik pada maternitas, KMB, anak, komunitas maupun jiwa. Konsep self-care mampu mempengaruhi individu dalam menjalani kehidupan normal, setelah dia dinyatakan menderita suatu penyakit, dengan self-care, pasien dengan dukungan perawat akan mampu memahami kondisinya dan secara maksimal dapat menerima dirinya sendiri kemudian mampu mandiri dengan keterbatasannya.
Hartweg, et al (2016) menjelaskan bahwa Orem meyakini konsep Normalcy yaitu keyakinan bahwa setiap manusia mampu normal dengan cara manusia memahami konsep self-care. Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang secara mandiri manusia dapat memenuhinya sendiri, yaitu kebutuhan akan air, udara, makanan, eliminasi, keseimbangan aktifitas dan istirahat, interaksi sosial, fungsi hidup dan hidup sehat, serta kehidupan bermasyarakat. Saat manusia menyadari ada kelainan yang diderita, maka manusia akan melalui tahapan:
1.      Mencari dan meminta pertolongan akan kelainan yang diderita,
2.      Menyadari dan mengetahui akan efek dan hasil dari kelainan yang ia derita,
3.      Mengobati diagnosa yang didapat, menyembuhkan dan melakukan rehabilitasi,
4.      Menyadari ketidaknyamanan proses atau efek samping suatu pengobatan,
5.      Memodifikasi konsep diri dan citra tubuh untuk menerima kondisinya,
6.      Mempelajari bagaimana hidup dengan efek kelainan serta pengobatan dari penyakit yang dideritanya.
Proses manusia mempelajari bagaimana dia dapat hidup normal dengan penyakitnya ini dalam teori self-care sendiri akan melalui tahapan self-care, tahapan self-care ini yang ditelaah oleh Hartweg, et al (2016) melalui studi literatur, dimana 6 penelitian kualitatif dijadikan sebagai pembuktian akan tahapan self-care. Tahapan self-care sendiri, antara lain:
1.      Mengembangkan dan memelihara konsep ideal diri
Terbukti dari kalimat yang diutarakan oleh penderita yang menjadi sampel mengatakan bahwa “menjaga kebersihan” maupun “menjaga pakaian tetap bersih” merupakan hal dasar yang harus pasien pertahankan.
2.      Melakukan aksi membantu akan perkembangan kehidupan yang spesifik
Terbukti dari pasien yang menunjukan aktifitas yang spesifik dalam upaya pengobatannya serta pasien dapat memperlihatkan dan menunjukan bagaimana mereka melakukannya.
3.      Menajaga dan melakukan fungsi dan struktur kehidupan
Terbukti dari pasien yang mengatakan bahwa “menjaga kesehatan misal olahraga agar sehat dan control agar tetap mengetahui kondisi kesehatan”.
4. Mengidentifikasi dan memahami akan kelainan tetap dapat normal
Terbukti dari pasien yang dapat menceritakan bagaimana tanda dan gejala saat penyakitnya kambuh dan hal apa yang harus pasien lakukan saat tenda gejala itu muncul.



BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
1. Menurut Orem, Fokus utama dari model konseptualnya adalah kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Orem juga mengatakan mandirikan klien sesuai tingkat ketergantungannya, jangan tempatkan klien dalam posisi dependent.
2. Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu : Self Care, Self care defisit dan Nursing system.

4.2 Saran
Aplikasi teori atau model konsep keperawatan di dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien baik dalam keperawatan jiwa, KMB, anak, maternitas, gerontik perlu untuk ditingkatkan demi tercapainya keperawatan yang berkualitas.



DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2010. Nursing Theory : Utilization and Application. The United States of America: Mosby Elsevier

Alligood, Martha Raile. 2014. Nursing Theorists and Their Work. USA: Mosby.

Altay, Naime and Cavusoglu, Hicran. ( 2013 ). Using Orem’s self-caare model for asthmatic adolescents, Journal for Specialists in Pediatric Nursing, 18 , 233-242.

Berbiglia, V. A. (2011). The Self-Care Deficit Nursing Theory as a Curriculum       Conceptual Framework in Baccalaureate Education, Journals of Nursing           Science            24(2) 137-145 (1). https://doi.org/10.1177/0894318411399452

Buston, K. M., & Wood, S.F. ( 2000). Non – compliance amongst adolescent with asthma : Listening to what they tell us about self- management. Family Practice,17, 134-138.

Couriel, J. ( 2003 ). Asthma in adolescence. Paediatric Respiratory Reviews, 4, 47 – 54.

Hartweg, D. L. (2016). A Concept Analysis of Normalcy within Orem ’ s Self-Care             Deficit Nursing Theory, journal of Nursing Vol 22 No. 1: 4–14.

Hosseini, H., Torkani, S., Tavakol, K. ( 2013). The effect of community health nurse home visit on self-care self-efficacy of the elderly living in selected Falavarjan villages in Iran in 2010, Iranian Jurnal Nursing midwifery Res, 18, 47-53

Kumar, C. P. (2007). Standardized Nursing Languages in a Case Study of a Woman           with Diabetes. Journal of Nursing Terminologis and Classifications 18(3).

Merino, J.R., Canut,T.L., Alcaina, M.M., San Juan, A. F., Abad,J.M.H. ( 2014 ). Psychometric Evaluation of a New Instrument in Spanish to Measure Self-Care requisites in Patient With Schizophrenia, Perspectives in Psychiatric Care , 50, 93-101.

Orem, DE. (2001). Nursing Consept Of Practice Sixth Edition. The C.V. Mosby Company. St Louis; London.

Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005). Nursing Models For Practice Third Edition. Butterworth-Heinemann; New York.

Peterson, H. (2016). Self-care Curriculum in College Social Work Programs.St.     Catherine University. http://sophia.stkate.edu/msw_pappers

Renpenning, KM. (2003). Self-Care Theory in Nursing, Selected Papers of Dorothea Orem. Springer Publishing Company; New York.

Wong, C. L., Ip, W. Y., Choi, K. C., & Lam, L. W. (2015). Examining Self-Care   Behaviors and Their Associated Factors Among Adolescent Girls With      Dysmenorrhea : An Application of Orem ’ s Self-Care Deficit Nursing Theory.           Journal of Scholarship 47:3, 219-227.https://doi.org/10.1111/jnu.12134

Tidak ada komentar: