BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan
sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi dengan dasar
keilmuan keperawatan yang kokoh. Berfikir krtitis
harus dilakukan pada setiap situasi pasien, antara lain dengan menggunakan
model-model keperawatan dalam proses keperawatan. Setiap model keperawatan
dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Langkah-langkah yang harus
dilakukan perawat dalam memilih model keperawatan yang tepat untuk kasus
spesifik adalah mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien,
umur, pola hidup dan aktivitas sehari-hari untuk memahami dan mengidentifikasi
keunikan pasien, kemudian perawat mempertimbangkan model keperawatan yang tepat
dengan menganalisa asumsi yang melandasi, dan defisini konsep.
Dari beberapa model konsep ,
salah satu diantaranya adalah model self care yang diperkenalkan oleh Dorothea
E. Orem. Orem mengembangkan model konsep keperawatan ini pada tahun 1971 dimana
dia mempublikasikannya dengan judul “Nursing Concept of Practice Self Care”.
Model ini pada awalnya berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980
dikembangkan pada multi personal unit (keluarga, kelompok, dan komunitas).
Teori ini merupakan teori keperawatan yang sangat penting ketika klien tidak
dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan atau social.
Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana awal mula muncul teori Self Care
menurut Dorothea Orem, aplikasinya dalam praktik keperawatan, serta hubungannya
dengan falsafah dan paradigma keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi pengembangan empiris teori atau
model konseptual keperawatan menurut Dorothea Orem
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Mampu memahami makna dari
konsep Dorothea Orem.
b.
Mampu memahami macam-macam
teori self care.
c.
Mampu memahami hubungan teori
self care dengan falsafah dan paradigma keperawatan.
d.
Mampu memahami dan menganalisa
pengembangan empirik teori self care dan aplikasinya dalam praktik keperawatan.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 BIOGRAFI DOROTHEA
OREM
Orem
lahir pada tahun 1914 di Baltimore dan lulus dari Providence Hospital School of
Nursing pada 1930. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar
Bachelor of science (BSc) dalam bidang pendidikan keperawatan pada 1939, serta
gelar Master of Science bidang pendidikan keperawatan tahun 1945 dari
universitas katholik Amerika. Orem bekerja di universitas katholik di Amerika
sebagai staff perawat hingga menajdi assisten direktur, terakhir ia mendapatkan
gelar doctor kehormatan dari Georgetown University di Washington, D.C. pada
tahun 1976. Dengan latar belakang pendidikan tinggi tersebut, orem disebut
sebagai ners theorist pada tahun 1980. (Alligood, 2010)
2.2
MODEL KONSEPTUAL OREM
Ada beberapa model konseptual
keperawatan yang telah dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Self
Care Defisit oleh Dorothea Orem. Menurut Orem, DE (1971), Fokus utama dari model konseptualnya adalah kemampuan seseorang
untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk
mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Orem juga mengatakan mandirikan
klien sesuai tingkat ketergantungannya, jangan tempatkan klien dalam posisi
dependent (seperti
dikutip Orem, DE, 2001). Teori Orem ini dapat dijadikan
sebagai landasan bagi perawat dalam memandirikan klien sesuai tingkat ketergantungannya.
Selama
tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang konsultan pada bagian pendidikan
Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam
suatu proyek pelatihan peningkatan praktek perawat (vokasional). Pekerjaan ini
menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan : “Kondisi apa dan kapan
seseorang membutuhkan pelayanann keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide
bahwa seorang perawat itu adalah “Diri sendiri”. Ide inilah yang kemudian
dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”. Pada tahun 1959 konsep
keperawatn Orem ini pertama sekali dipublikasikan. Tahun 1965 Orem bekerjasama
dengan beberapa anggota fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk
suatu Comite Model Keperawatan (Nursing Model Commitee).
Tahun
1968 bagian dari Nursing Model Commitee termasuk Orem melanjutkan pekerjaan
mereka melalui Nursing Development Conference Group (NDCG). Kelompok ini
kemudian dibentuk untuk menghasilkan suatu kerangka kerja konseptual dari
keperawatan dan menetapkan disiplin keperawatan. Orem Kemudian mengembangkan
konsep keperawatanya “self care” dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing;
Concepts of Practice. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu, sedangkan
edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit
(keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan
General Theory Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem memberikan
penekanan yang lebih besar terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat.
Orem
mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu :
1). Self Care, 2). Self care defisit dan 3) nursing system. Ketiga teori
tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self care, self care
agency, kebutuhan self care therapeutik, self care defisit, nursing agency, dan
nursing system, serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor
(faktor kondisi dasar). Postulat self care teori mengatakan bahwa self care
tergantung dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan
membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya.
(Alligood, 2010)
2.2.1. Teori Self Care
Untuk
memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self
care, self care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care
therapeutik. Self care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk
berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut
akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan erat
kaitannya dengan perkembangan manusia. Self care agency adalah kemampuan
manusia atau kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk
melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti; umur,
jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya,
sistem perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem
keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan
self care therapeutik (Therapeutic self acre demand) adalah merupakan totalitas
dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
self care dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan dengan tindakan
yang akan dilakukan. Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah
self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite
:
a. Universal meliputi; udara,
air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup,
kesejahteraan dan peningkatan fungsi
manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal
dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan
proses pengembangan siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan
rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health
Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk
melakukan self care akibat suatu
penyakit atau injury.
2.2.2 Teori
Self Care Deficit
Merupakan
hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini
keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan)
tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau
adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan
dalam membantu self care:
a. Tindakan untuk atau dilakukan
orang lain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan
psychologis.
d. Memberikan dan memelihara
lingkungan yang mendukung pengembangan personal.
e. Pendidikan.
Perawat
dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care. Orem
menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah dikemukakannya.
Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan pelayanan keperawatan
dapat digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan
lima area aktifitas keperawatan yaitu:
a. Masuk kedalam dan memelihara
hubungan perawat klien dengan individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat
melegitimasi perencanaan keperawatan.
b. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat
dibantu melalui keperawatan.
c. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien,
keinginan dan kebutuhan untuk kontak
dan dibantu perawat.
d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien
secara langsung dalam bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasikan dan
mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari- hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta
pelayanan sosial dan edukasional
yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
2.2.3 Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat
didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care.
Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency adalah suatu
properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik
dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang
lain untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan
dan pengembangan self care agency Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi
nursing system yaitu:
a. Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu
tidak dapat melakukan tindakan self care, dan menerima self care secara
langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau
adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang termasuk dalam
kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan tindakan self care misalnya koma,
dapat membuat keputusan, observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak
dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan
yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara
perawat dan klien melakukan perawatan atau tindakan lain dan perawat atau
pasien mempunyai peran yang besar untuk mengukur kemampuan melakukan self care.
c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat
membentuk atau dapat belajar membentuk internal atau external self care tetapi
tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan supportive
developmental system.
2.3 HUBUNGAN TEORI OREM
DENGAN PARADIGMA KEPERAWATAN
Bila kita
hubungkan teori Orem dalam paradigma keperawatan, maka seorang perawat sebaiknya
dapat menerapkan konsep Self Care Defisit
pada masing-masing paradigma keperawatan. Menurut Pearson
A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005), paradigma keperawatan adalah suatu
pandangan secara umum yang di anut oleh mayoritas kelompok keperawatan atau
hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan dan mengatur hubungan
diantara teori tersebut guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan
sebargai kerangka kerja keperawatan. Paradigma keperawatan itu antara lain; 1)
Manusia, 2) Kesehatan, 3) Lingkungan, 4) Keperawatan.
1.
Manusia
Manusia merupakan
mahkluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan tuhan, yang mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Tetapi walaupun berbeda manusia tetap memiliki
kebutuhan dasar yang sama. Dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari hubungan interaksi dan ketergantungan dengan
manusia yang lain. Orem
melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang
terdiri atas suatu yang bersifat fisik, psikologis dan sosial, dengan derajat
kemampuan mengasuh diri sendiri (self
care ability) yang berbeda-beda. Menurut Orem, DE (1971), Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung
dari prilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri
untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Hubungannya dengan manusia, Renpenning, KM. (2003) mengatakan Teori Self Care Deficit merupakan hal utama dari teori
general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika
seorang dewasa atau pada kasus ketergantungan tidak mampu atau terbatas dalam
melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem, DE (1971), mengidentifikasikan lima metode yang dapat digunakan dalam
membantu self care, antara lain; 1) Bertindak untuk orang lain, 2)
Memberikan petunjuk dan pengarahan, 3) Memberikan dukungan fisik dan
psychologis, 4) Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal, 5) Pendidikan (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau
semua metode tersebut dalam memenuhi self
care klien. Kondisi yang sering dijumpai di lapangan adalah belum adanya
penerapan yang optimal tentang konsep self care, dimana perawat
sepertinya lebih senang memberikan bantuan kepada klien yang seharusnya sudah
mampu dilakukan secara mandiri baik oleh klien maupun keluarganya, seperti;
memandikan klien ditempat tidur, membantu pemberian makanan, eliminasi dan
personal hygiene lainnya. Keadaaan ini kemungkinan dikarenakan belum adanya
standar yang baku dalam memandirikan klien dan masih kurangnya kemampuan serta
rendahnya tingkat pendidikan tenaga keperawatan.
2.
Kesehatan
Kesehatan menurut Orem, DE (1971), merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan makhluk hidup
bebas dari gangguan baik struktural, fungsional, mekanisme fisiologis,
pengendalian reaksi emosional, dan fungsi mental tubuh(seperti dikutip Orem, DE, 2001). Jadi kesehatan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh
manusia dalam kehidupannya. Kesehatan akan dicapai bila semua unsur paradigma
keperawatan terpenuhi.
3.
Lingkungan
Orem, DE (1971)
menyatakan bahwa manusia dan lingkungan terlihat
seperti sistem komunikasi yang konstan, manusia beradaptasi dengan lingkungan
dan menggunakan tehnologi untuk mengontrolnya. Perawat dibutuhkan untuk
mengendalikan lingkungan klien baik fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya.
(seperti dikutip Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. 2005). Teori self care
Orem yang berhubungan dengan
lingkungan adalah self care requisite. Orem, DE (1971), mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite, yaitu : 1) Universal meliputi;
udara, air, makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan interaksi
sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi
manusia. 2) Developmental; lebih khusus dari universal dihubungkan dengan
kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti;
pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut. 3) Perubahan
kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya
perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan
self care akibat suatu penyakit atau injury (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Orem, DE (1971),
mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu; 1) Totally Compensatory System; Suatu
situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan menerima
self care secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan
dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tiga kondisi yang
termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan tindakan self care
misalnya koma, dapat membuat keputusan / pilihan tentang self care tetapi tidak
dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat
keputusan yang tepat tentang self carenya. 2) Partially Compensatory Nursing System; suatu situasi dimana perawat
dibutuhkan dalam melayani beberapa aktivitas pemenuhan perawatan diri klien,
walaupun sebenarnya klien dapat memenuhi beberapa kebutuhan atau kebutuhan lain
yang bermakna. Misalnya orang tua yang tinggal di rumah mungkin dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan perawatan diri mereka, namun mungkin akan mendapat
perawatan yang bergantung dari keluarga mereka. 3) Supportive / Educative Nursing System; dalam sistem ini, klien berpotensi
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan aktivitas perawat berkaitan dengan
pengajaran dan dukungan mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri. Sebagai alternatif perawat dapat memberikan perawatan
pada orang yang membutuhkan. Misalnya, pendekatan ini berlaku untuk pasien
paska operasi kolostomi yang secara fisik mampu mengatasi peralatan stoma namun
masih memerlukan perawat dalam perubahan gaya hidup (seperti
dikutip Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005).
4.
Keperawatan
Keperawatan yang merupakan bentuk
layanan profesional yang dalam pekerjaannya mempunyai hak dalam memberikan
layanan mandiri baik kelompok maupun perseorangan. Orem, DE (1971), mengatakan bahwa jika
kebutuhan lebih banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Orem
mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu; 1) Masuk kedalam dan
memelihara hubungan perawat klien dengan individu, keluarga, kelompok sampai
pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan. 2) Menentukan jika dan
bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan. 3) Bertanggung jawab
terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu
perawat. 4) Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam
bentuk keperawatan. 5) Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan
serta pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
Bagian
teori Self Care Defisite Orem yang
berkaitan dengan keperawatan adalah
Teory Nursing System. Menurut Orem, DE (1971), Nursing system didesain oleh perawat
didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self
care. Jika ada self care defisit, self care agency dan
kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Orem
juga mengatakan bahwa Nursing agency adalah suatu properti atau atribut
yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah dididik dan dilatih sebagai
perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan
pengembangan self care agency (seperti dikutip Orem, DE, 2001).
2.4 APLIKASI TEORI OREM DALAM KEPERAWATAN
a. Area Keperawatan Maternitas
Konsep self-care untuk Normalcy
yang diyakini Orem ini telah banyak dibuktikan dan dikembangkan dalam dunia
keperawatan, seperti yang dikemukakan oleh Wong, et al (2015). Pada penelitian ini, dia meneliti tentang aplikasi Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT)
pada wanita yang mengalami dysmenorrhea,
wanita yang diteliti adalah yang usianya diatas 3 tahun, kemudian mereka diminta untuk
mengisi kuseioner menggunakan Adolescent
Dysmenorrhic Self-Care Scale, hasilnya menunjukan bahwa SCDNT berpengaruh
baik pada wanita yang mengalami dysmenorrhea.
b. Area KMB
Penelitian Kumar (2007) juga
menunjukan bahwa SCDNT berpengaruh positif pada pasien dengan diabetes, dalam
penelitian Kumar meneliti tentang aplikasi teori Orem pada wanita yang mengalami
diabetes, self-care terbukti dari
bagaimana kadar gula darah pasien terkontrol, mampu memilih makanan yang tidak
meningkatkan kadar gula darah serta mampu berkomunkiasi lebih efektif dengan
petugas yang merawatnya.
c. Area Komunitas / Gerontik
Hosseini, et al. ( 2013 ) melakukan
penelitian tentang pengaruh program kunjungan rumah pada penduduk lanjut usia
di beberapa desa di provinsi Falavarjan, Iran.
Pertumbuhan penduduk lanjut usia di negara ini berkembang pesat dalam
dua dekade terakhir sehingga berpengaruh terhadap sumber daya kesehatan dan
pelayanan medis di negara ini. Penelitian ini dilakukan pada 33 orang lansia
yang dipilih secara acak dari di wilayah tersebut, dengan salah satunya
menggunakan pendekatan Self-Care Deficit
Nursing Theory (SCDNT) terkait tentang bagaimana asupan nutrisi, aktifitas
fisik, kesejahteraan dan praktek kesehatan yang bertanggungjawab. Didapatkan
hasil terjadi peningkatan nilai rata – rata dari perilaku lansia terkait 4
komponen tersebut setelah dilakukan program kunjungan rumah, terjadi perubahan
perilaku positif perawatan kesehatan diri pada lansia – lansia tersebut. Hal
ini diharapkan akan menurunkan angka kunjungan berobat lansia ke fasilitas
kesehatan. Penelitian ini memperlihatkan bahwa SCDNT yang diterapkan dalam program
kunjungan rumah memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kemandirian
merawat diri pada orang tua lanjut usia.
d. Area Keperawatan Anak
Pada area keperawatan anak,
disebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan kemampuan merawat diri dikalangan
remaja dengan asma ( Buston & Wood, 2000 ; Couriel, 2003). Setelah beberapa
waktu kemudian, penelitian yang
dilakukan oleh Altay & Cavusoglu ( 2013 ) menunjukkan bahwa pendekatan
dengan menggunakan Self-Care Deficit
Nursing Theory (SCDNT) bisa menurunkan dan menghilangkan kondisi defisit
perawatan diri pada remaja dengan penyakit asma. Penerapan SCDNT dalam
intervensi keperawatan dengan melakukan bimbingan, dukungan dan latihan bisa
mengembangkan ketrampilan perawatan diri remaja dengan asma, mereka memiliki
kemandirian dalam merawat dirinya sendiri terkait apa yang harus dilakukan jika
terjadi serangan, menjaga jadwal harian, mengenali faktor – faktor pemicu
serangan dan penggunaan obat – obatan
asma. Dari penelitian ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa SCDNT sangat efektif meningkatkan kualitas hidup
remaja dengan penyakit asma.
e. Area Keperawatan Jiwa
Penelitian Merino, et al. ( 2014 )
tentang pengembangan dan validasi instrumen baru di spanyol yaitu Self-Care Requisites Scale ( in Spanish,
Escala de Requisitos de Autocuidado,
ERA ) yang di rancang untuk mengukur kebutuhan perawatan diri pasien
skizofrenia berdasarkan teori keperawatan Orem. Instrumen ini terdiri dari 35
item dengan cara wawancara, dengan lima kemungkinan respon spesifik dari 1 (
tidak defisit ) sampai 5 ( defisit total ). Dari penelitian ini didapatkan
bahwa ERA adalah instrumen yang valid yang dapat digunakan untuk mengukur
kebutuhan perawatan diri pada pasien dengan skizoprenia yang dirawat di
masyarakat. Adanya instrumen seperti ini tentunya sangat bermanfaat untuk
digunakan dalam praktek klinis dan mendorong profesi perawat untuk bisa
mengembangkan dan lebih mengefektifkan
rencana keperawatan yang paling sesuai untuk setiap pasien yang
ditangani.
f. Pendidikan keperawatan
Berbiglia (2011) menjelaskan bahwa
Bevis pada Tahun 1978 mengindikasikan model konsep harus menjadi kurikulum
dilihat dari catatan National League of Nursing tahun 1974, berlanjut pada
tahun 1960-an dan 1970-an bahwa model konsep semakin jelas menjadi sebuah
kurikulum sehingga perawat lebih jelas mengintegrasikan model keperawatan dalam
praktik, sampai pada akhirnya muncul The Self-Care
Deficit Nursing Theory (SCDNT) sebagai kurikulum resmi di Amerika pada
program pendidikan sarjana. Orem menyatakan ilmu keperawatan mengacu pada 7
pengetahuan tentang dimensi keperawatan sosial terhadap perubahan sosial,
budaya, ekonomi dan politik, profesi pekerjaan, hokum keperawatan, sejarah
keperawatan, etik keperawatan, ekonomi keperawatan, ilmu keperawatan praktik dan
aplikasi. Adapun kampus yang menerapkan SCDNT sebagai kurikulum adalah Anderson
University School of Nursing, Sothern University Baton Rouge School of Nursing
dan University of Tenessee Chattanooga School of Nursing.
Anderson University School of Nursing,
di Universitas ini telah ada Bachelor Science of Nursing dengan gelar BSN dan
Master Science of Nursing dengan gelar MSN, sedangkan Sothern University Baton
Rouge School of Nursing selain meliliki BSN dan MSN, Universitas ini punya
program doctoral yaitu Doctor of Philoshopy dengan gelar PhD, dan University of
Tenessee Chattanooga School of Nursing, selain BSN dan MSN, gelar doctoral di
Universitas ini adalah Doctor of Nursing Practice atau DNP (Berbiglia, 2011).
Selain diarea keperawatan, menurut Peterson (2016), pekerja sosial bahkan telah
menerapkan self-care dalam kurikulum
pendidikan.
Berikut ini tabel perawat dalam kurikulum Orem
Level 1
|
Level 2
|
Level 3
|
Level 4
MSN
|
|
Caring
|
Feeling Needs
|
Helping-Trusting
Environtment
Critical Thinking
|
Interpersonal
Teaching-learning
Exsistensial-
Spiritual
|
Holistic
|
Self-Care Agency
|
Individuals
|
Groups
Families
|
Community
|
Family as a unit
|
Self-Care Requisite
|
Universal
|
Developmental
Health Deviations
|
Health Deviations
|
Health Strenght
|
Health
|
Primary
|
Secondary
|
Tertiary
|
Primary
|
Nurse Agency
|
Learner
Communicator
Teacher
|
Health-care
Provider
Counselor
Client Advocate
|
Change Agent
Leader
|
Researcher
Facilitator
Family Advocate
|
Nursing System
|
Supportive-
Educative
|
Partly
Compensatory
|
Wholly
Compensatory
|
Supportive-
Educative
|
Nursing Process
|
Assesement
Diagnosis
|
Planning
Intervention
|
Evaluation
|
Evaluation
Critical Analysis
|
BAB
III
PEMBAHASAN
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa konsep self-care yang dicetuskan oleh Orem
mampu diterapkan di bidang keperawatan, baik pada maternitas, KMB, anak,
komunitas maupun jiwa. Konsep self-care mampu
mempengaruhi individu dalam menjalani kehidupan normal, setelah dia dinyatakan
menderita suatu penyakit, dengan self-care,
pasien dengan dukungan perawat akan mampu memahami kondisinya dan secara
maksimal dapat menerima dirinya sendiri kemudian mampu mandiri dengan
keterbatasannya.
Hartweg, et al
(2016) menjelaskan bahwa Orem meyakini konsep Normalcy yaitu keyakinan bahwa setiap manusia mampu normal dengan
cara manusia memahami konsep self-care.
Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang secara mandiri manusia dapat
memenuhinya sendiri, yaitu kebutuhan akan air, udara, makanan, eliminasi,
keseimbangan aktifitas dan istirahat, interaksi sosial, fungsi hidup dan hidup
sehat, serta kehidupan bermasyarakat. Saat manusia menyadari ada kelainan yang
diderita, maka manusia akan melalui tahapan:
1.
Mencari dan meminta pertolongan
akan kelainan yang diderita,
2.
Menyadari dan mengetahui akan
efek dan hasil dari kelainan yang ia derita,
3.
Mengobati diagnosa yang
didapat, menyembuhkan dan melakukan rehabilitasi,
4.
Menyadari ketidaknyamanan
proses atau efek samping suatu pengobatan,
5.
Memodifikasi konsep diri dan
citra tubuh untuk menerima kondisinya,
6.
Mempelajari bagaimana hidup
dengan efek kelainan serta pengobatan dari penyakit yang dideritanya.
Proses manusia mempelajari bagaimana dia dapat hidup
normal dengan penyakitnya ini dalam teori self-care
sendiri akan melalui tahapan self-care,
tahapan self-care ini yang
ditelaah oleh Hartweg, et al (2016)
melalui studi literatur, dimana 6 penelitian kualitatif dijadikan sebagai
pembuktian akan tahapan self-care. Tahapan
self-care sendiri, antara lain:
1.
Mengembangkan dan memelihara
konsep ideal diri
Terbukti dari kalimat yang diutarakan oleh penderita yang menjadi
sampel mengatakan bahwa “menjaga kebersihan” maupun “menjaga pakaian tetap
bersih” merupakan hal dasar yang harus pasien pertahankan.
2.
Melakukan aksi membantu akan
perkembangan kehidupan yang spesifik
Terbukti dari pasien yang menunjukan aktifitas yang spesifik dalam
upaya pengobatannya serta pasien dapat memperlihatkan dan menunjukan bagaimana
mereka melakukannya.
3.
Menajaga dan melakukan fungsi
dan struktur kehidupan
Terbukti dari pasien yang mengatakan bahwa “menjaga kesehatan misal
olahraga agar sehat dan control agar tetap mengetahui kondisi kesehatan”.
4. Mengidentifikasi dan
memahami akan kelainan tetap dapat normal
Terbukti dari pasien yang dapat menceritakan bagaimana tanda dan
gejala saat penyakitnya kambuh dan hal apa yang harus pasien lakukan saat tenda
gejala itu muncul.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Menurut Orem, Fokus utama dari
model konseptualnya adalah kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri
secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraannya. Orem juga mengatakan mandirikan klien sesuai tingkat
ketergantungannya, jangan tempatkan klien dalam posisi dependent.
2. Orem
mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu :
Self Care, Self care defisit dan Nursing system.
4.2 Saran
Aplikasi teori atau model konsep
keperawatan di dalam memberikan asuhan keperawatan ke pasien baik dalam
keperawatan jiwa, KMB, anak, maternitas, gerontik perlu untuk ditingkatkan demi
tercapainya keperawatan yang berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Alligood, Martha Raile.
2010. Nursing Theory : Utilization and
Application. The United States of America: Mosby Elsevier
Alligood, Martha Raile. 2014. Nursing Theorists and Their Work. USA:
Mosby.
Altay, Naime and Cavusoglu, Hicran. (
2013 ). Using Orem’s self-caare model for asthmatic adolescents, Journal for Specialists in Pediatric Nursing,
18 , 233-242.
Berbiglia, V. A. (2011). The
Self-Care Deficit Nursing Theory as a Curriculum Conceptual Framework in Baccalaureate Education, Journals
of Nursing Science 24(2) 137-145 (1). https://doi.org/10.1177/0894318411399452
Buston,
K. M., & Wood, S.F. ( 2000). Non – compliance amongst adolescent with asthma
: Listening to what they tell us about self- management. Family Practice,17, 134-138.
Couriel, J. ( 2003 ). Asthma in
adolescence. Paediatric Respiratory
Reviews, 4, 47 – 54.
Hartweg, D. L. (2016). A Concept
Analysis of Normalcy within Orem ’ s Self-Care Deficit
Nursing Theory, journal of Nursing Vol 22 No. 1: 4–14.
Hosseini, H., Torkani, S., Tavakol, K. ( 2013). The effect of
community health nurse home visit on self-care self-efficacy of the elderly living
in selected Falavarjan villages in Iran in 2010, Iranian Jurnal Nursing midwifery Res, 18, 47-53
Kumar, C. P. (2007). Standardized
Nursing Languages in a Case Study of a Woman with
Diabetes. Journal of Nursing Terminologis and Classifications 18(3).
Merino, J.R., Canut,T.L., Alcaina, M.M., San Juan, A. F.,
Abad,J.M.H. ( 2014 ). Psychometric Evaluation of a New Instrument in Spanish to
Measure Self-Care requisites in Patient With Schizophrenia, Perspectives in Psychiatric Care , 50,
93-101.
Orem, DE. (2001). Nursing Consept Of Practice Sixth Edition. The C.V. Mosby Company.
St Louis; London.
Pearson A, Vaughan B, FitzGerald M,. (2005). Nursing Models For Practice Third Edition.
Butterworth-Heinemann; New York.
Peterson, H. (2016). Self-care
Curriculum in College Social Work Programs.St. Catherine University. http://sophia.stkate.edu/msw_pappers
Renpenning, KM. (2003). Self-Care Theory in Nursing, Selected Papers
of Dorothea Orem. Springer Publishing Company; New York.
Wong, C. L., Ip, W. Y., Choi, K. C., & Lam, L. W. (2015). Examining Self-Care Behaviors and Their Associated Factors Among Adolescent Girls With Dysmenorrhea : An Application of Orem ’ s
Self-Care Deficit Nursing Theory. Journal
of Scholarship 47:3, 219-227.https://doi.org/10.1111/jnu.12134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar