BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rancangan penelitian merupakan suatu
proses pengumpulan data dan analisa dengan cara ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan
teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul,
dan pelaporan hasil penelitian. Desain penelitian adalah suatu model
atau metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian yang
memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma, 2011). Tujuan dari adanya
desain penelitian adalah ntuk melakukan kontrol yang ketat dan meningkatkan
validitas studi dalam menguji masalah penelitian .
Penelitian kuantitatif menggunakan
desain penelitian yang dapat dibagi menjadi eksperimental dan observasional. Desain
penelitian eksperimental kuantitatif adalah penelitian dimana peneliti ingin
mengetahui pengaruh apa yang terjadi pada semua atau beberapa sampel
penelitian, sedangkan desai penelitian observasional adalah peneliti
mengumpulkan
informasi tentang karakteristik, atribut dari suatu sampel penelitian dan tidak memanipulasi mereka dengan cara apapun. Ada beberapa tipe yang berbeda dari desain penelitian observasional kuantitatif seperti case-control, cohort, controlled before dan controlled after studies (Healy, P. & Devane, D., 2011). Makalah ini akan membahas salah satu dari desain penelitian kuantitatif observasional yaitu desain penelitian cohort.
informasi tentang karakteristik, atribut dari suatu sampel penelitian dan tidak memanipulasi mereka dengan cara apapun. Ada beberapa tipe yang berbeda dari desain penelitian observasional kuantitatif seperti case-control, cohort, controlled before dan controlled after studies (Healy, P. & Devane, D., 2011). Makalah ini akan membahas salah satu dari desain penelitian kuantitatif observasional yaitu desain penelitian cohort.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Menganalisa tentang desain
penelitian cohort
1.2.2
Tujuan
Khusus
· Menganalisa
definisi desain penelitian cohort
· Menganalisa
kelebihan dan kekurangan desain penelitian cohort
·
Menganalisa contoh desain penelitian cohort dengan jurnal internasional
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 DEFINISI DESAIN PENELITIAN KOHORT
Istilah
kohort berasal dari Romawi kuno “cohort” yang berarti sekelompok tentara
yang maju ke medan perang (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Studi kohort
merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang mengkaji antara
variable independen (faktor risiko) dan variable dependen (efek/kejadian
penyakit). Desain penelitian kohort menggunakan
pendekatan waktu secara longitudinal atau time
period approach (Nursalam, 2008; Sastroasmoro & Ismael, 2014). Faktor
risiko diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subjek diikuti sampai periode
waktu tertentu untuk melihat efek atau penyakit yang diteliti pada kelompok
dengan faktor risiko dan kelompok tanpa faktor risiko (Sastroasmoro & Ismaiel, 2014). Maksudnya
adalah penelitian ini mengobservasi faktor resikonya terlebih dahulu dengan
mengikuti waktunya dan prosesnya tanpa diberikan pengaruh atau intervensi
apapun, sampai memberikan efek atau pengaruh dari faktor tersebut.
Jenis penelitian ini mempunyai beberapa nama lain
yakni Prospektif, Studi Follow Up, Studi Longitudinal, Studi insidensi. Disebut
dengan istilah seperti hal tersebut diatas dikarenakan arah penelitain ini
mengikuti ke kedepan atau ke masa yang akan yang akan di follow up sepanjang
masa, dan karena kejadian kasusnya adalah kasus baru terjadi maka studi ini
disebut dengan studi insiden.
Langkah- langkah penelitiannya yaitu menetapkan
pertanyaan penelitian beserta hipotesis penelitian, mendeskripsikan variabel
penelitian efek dan faktor resiko, menentuka populasi dan sample yang tidak
memiliki efek dan juga memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi, pengukuran
variable penelitian, mengamati timbulnya efek, dan melakukan analisis. Berikut
gambaran besar rancangan studi kohort:
Kohort memiliki 2 jenis skema penelitian yaitu
prosfektif dan retrospektif yaitu:
2.1.1. Studi kohort prosfektif
Studi kohort prosfektif
ini dilakukan untuk membandingkan kelompok terpajan dengan kelompok tak
terpajan berdasarkan status penyakit. Rancangan penelitian kohort prosfektif
sebagai berikut:
Penelitian dimulai dari mengidentifikasi status
pajanan faktor resiko. Pada saat mengidentifikasi faktor resiko semua kelompok
penelitian (kelompok terpajan faktor resiko dan yg tidak harus bebas dari
penyakit atau efek yang diteliti, kemudian subyek-subyek dengan atau tanpa
pajanan faktor resiko diikuti terus secara prosfektif sampai timbul efek
/penyakit tertentu. Secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
2.1.2
Studi Kohort Restrospektif
Pada studi kohort retrospektif faktor resiko dan
efek sudah terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian sehingga
variabel dapat diukur melalui catatan historis, untuk proses sama denga kohot
prospektif namun pengamatan dimulai pada saat efek sudah terjadi, yang
terpenting populasi masih memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati
adalah faktor resiko masa lalu yang datanya diperoleh dari pencatatan data yang
lengkap. Oleh karena itu jenis penelitian ini dapat dilakukan apabila
pencatatan faktor resiko baik sejak terjadi paparan pada populasi yang sama
pada efek yang ditemukan pada awal pengamatan. Rancangan penelitia kohort
restropektif sebagai berikut:
2.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DESAIN
PENELITIAN KOHORT
2.2.1
Kelebihan
Studi
penelitian kohort memiliki kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaannya baik
dilakukan secara prosfektif ataupun retrospektif. Kelebihan dari penelitian
kohort yaitu merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti, dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek
sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu, baik dalam menerangkan hubungan
antara faktor-faktor resiko dengan efek secara temporal, memungkinkan peneliti mempelajari
sejumlah efek atau penyakit secara serentak sebuah paparan. Misalnya, apabila
kita telah mengidentifikasi kohort berdasarkan pemakaian kontrasepsi oral (pil
KB), maka dengan studi kohort dapat diketahui sejumlah kemungkinan efek
kontrasepsi oral pada sejumlah penyakit, seperti infark miokardium, kanker
payudara, dan kanker ovarium.
Studi
kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progesif
selain itu, karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi
kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan
yang makin meningkat, dapat membandingkan dua kelompok,
yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan subyek dari kelompok
control sejak awal penelitian,
secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu, adanya keseragaman
observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Pada awal penelitian kohort, sudah
ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari penyakit, kemudian diikuti sepanjang
periode waktu tertentu sampai timbulnya penyakit yang diteliti, sehingga
sekuens waktu antara faktor risiko dan penyakit atau efek dapat diketahui
secara pasti, dapat menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami
populasi, dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit,
karena penelitian dimulai dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit, dapat
meneliti paparan yang langka, dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti
penyakit yang terjadi, bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status
paparan kecil
2.3
Kekurangan/
Kelemahan sudi kohort
Studi
kohort memiliki beberapa kelemahan ketika dilakukan penelitian dengan desain
ini yaitu memerlukan waktu yang lama, kurang efisien segi waktu maupun biaya
untuk meneliti kasus yang jarang terjadi, hanya cocok digunakan untuk penyakit-penyakit yang
relatif umum saja, eksposur
dapat berubah sepanjang masa studi membuat temuan-temuan menjadi tidak relevan,
terancam terjadinya drop out
atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko dapat
mengganggu analisis hasil, dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti
membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan
subyek, memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data
yang lebih rumit,
pada studi prospektif akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan membutuhkan
banyak waktu.
Pada studi retrospektif, membutuhkan
ketersediaan catatan yang lengkap dan akurat, memerlukan jumlah sampel yang
cukup besar, maka penelitian ini sangat mahal dan tidak efisien. Salah satu
contoh penelitian kohor dapat dilihat pada "The Lancet" tanggal 26
Desember 1987 dengan judul "Cannabis and Shizophrenia, a Longitudinal
Study of Swedish Conscripts" Oleh Andreasson dkk. Hasil penelitian ini
menunjukkan Bahwa risiko Pecandu mariyuana untuk terkena
"schizophrenia" 6 kali lipat dibanding yang bukan pecandu. Penelitian
itu menggunakan 45.570 sampel yang diikuti perkembangannya selama 15 tahun.
2.3 CONTOH PENELITIAN DALAM
KEPERAWATAN/KESEHATAN DALAM JURNAL INTERNASIONAL
2.3.1
Studi Kohort Prosfektif
The feasibility of matching on a propensity score for
acupuncture in a prospective cohort study of patients with chronic pain
Eric S. Johnson; John F. Dickerson; William M. Vollmer; Alee M. Rowley;
Cheryl Ritenbaugh; Richard A. Deyo and Lynn DeBar
BMC Medical Research
Methodology (2017) DOI
10.1186/s12874-017-0318-4
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kecocokan nilai dari akupuntur
pada pasien dengan nyeri kronik menggunakan design penelitian prospective
cohort. Kecenderungan nilai dipilih karena lebih efisien secara satistik dan
logistic dalam penggunaannya untuk penelitian jenis prospective cohort
dibandingkan dengan alternative design penelitian yang lain. Peneliti berusaha
untuk mencocokkan Brief Pain Inventory
Score karena ini menunjukkan hasil evaluasi dari perbandingan efektivitas
akupuntur. Brief Pain Inventory Score
hanya dapat dilakukan dengan mewawancarai pasien dan data tidak dikumpulkan
secara sistematis dalam latihan rutin. Penelitian ini dilakukan di Kaiser
Permanente Northwest di Oregon
dan Washington, Negara bagian barat laut di Amerika Serikat. Penelitian cohort ini mencakup kelompok pasien yang
dirujuk untuk akupuntur dan kelompok pasien yang tidak dirujuk untuk akupuntur.
Kriteria ekslusi pasien pada penelitian ini yaitu pasien yang menolak untuk
terlibat dalam penelitian, Brief Pain Inventory bothersomeness score kurang
dari empat (skala 0-10), pasien dengan nyeri yang tidak terus menerus, sudah
memulai terapi akupuntur di KPNW, pernah mendapat terapi akupuntur yang tidak
terdokumentasi (di luar KPNW) selama 6 bulan terakhir, pasien yang hamil,
berencana untuk pindah ke luar kota/Negara. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
pasien yang sesuai dengan criteria penelitian pada kelompok pasien yang dirujuk
untuk akupuntur berjumlah 173 orang dan untuk pasien yang tidak dirujuk untuk
akupuntur berjumlah 350 orang. Karakteristik mayoritas yang termasuk dalam propensity score menunjukkan perbedaan antara dua kelompok pasien.
Banyak dari karakteristik yang tidak termasuk dalam propensity score juga tidak seimbang antara pasien yang memulai
akupuntur dan yang tidak. Nyeri punggung atau nyeri leher dan fibromyalgia (atau
nyeri miofasial lainnya) lebih sering muncul pada pasien yang memulai
akupuntur. Beberapa jenis nyeri lebih sering muncul pada pasien yang memulai
akupuntur (81,1% vs 60,6%). Opioid lebih sering digunakan pada pasien yang
memulai akupuntur (19,9% vs 11,8%). Keseluruhan penggunaan obat-obatan nyeri
pada pasien yang dirujuk untuk akupuntur sebesar 57,8% dan pada pasien yang
tidak dirujuk untuk akupuntur sebesar 56%.
Untuk
contoh menentukan RR maka dapat dilihat dari perhitungan table 2x2 sebagai
berikut ini:
Untuk
pasien dengan nyeri punggung dan leher:
Nyeri Punggung dan Leher
|
|||||
+
|
-
|
Jumlah
|
Resiko
|
||
Akupuntur
|
+
|
123
|
50
|
173
|
0,71
|
-
|
212
|
138
|
350
|
0,60
|
|
Jumlah
|
335
|
188
|
523
|
Jadi RR = = 1,18
Jadi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien
yang dirujuk untuk akupuntur mempunyai resiko 1,18 kali lebih besar mengalami
nyeri punggung dan leher jika dibandingkan dengan pasien yang tidak dirujuk
untuk akupuntur.
Untuk
pasien dengan Nyeri Sendi (Termasuk Osteoartritis)
Nyeri Sendi (Termasuk Osteoartritis)
|
|||||
+
|
-
|
Jumlah
|
Resiko
|
||
Akupuntur
|
+
|
115
|
58
|
173
|
0,66
|
-
|
248
|
102
|
350
|
0,71
|
|
Jumlah
|
363
|
160
|
523
|
Jadi RR = = 0,93
Jadi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pasien yang dirujuk untuk akupuntur mempunyai resiko 0,93 kali lebih besar
mengalami nyeri sendi jika dibandingkan dengan pasien yang tidak dirujuk untuk
akupuntur.
Untuk pasien dengan Fibromyalgia atau
nyeri myofascial lainnya
Fibromyalgia atau nyeri
myofascial lainnya
|
|||||
+
|
-
|
Jumlah
|
Resiko
|
||
Akupuntur
|
+
|
53
|
120
|
173
|
0,30
|
-
|
59
|
291
|
350
|
0,17
|
|
Jumlah
|
112
|
411
|
523
|
30.6% 16.9%
Jadi RR = = 1,76
Jadi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pasien yang dirujuk untuk akupuntur mempunyai resiko 1,76 kali lebih besar
mengalami Fibromyalgia atau nyeri myofascial lainnya jika dibandingkan dengan pasien yang tidak dirujuk untuk
akupuntur.
2.3.2 Studi Kohort Retrosfektif
Jurnal: Role
of nurse practitioners in reducing cardiovascular risk factors: a retrospective
cohort study yang dilakukan oleh Klemenc-Ketis, Terbovc, Gomiscek, & Kersnik pada
tahun 2015 dalam Journal of Clinical Nursing bertujuan mengetahui pengaruh konseling
dari praktisi perawat untuk mengurangi faktor risiko kardiovaskular pada pasien
yang berpartisipasi dalam Check-up pencegahan
rutin penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini bermula adanya model baru pada
praktik keluarga yang diperkenalkan di Slovenia sebagai proyek percontohan pada
tahun 2011, di mana praktisi perawat disertakan dalam sebuah tim untuk
melakukan kegiatan pencegahan dan penanganan pasien dengan penyakit kronis yang
stabil.
Penelitian
ini menggunakan desain penelitian retrospective
cohort yang dilakukan pada 16 praktik pengobatan kedokteran keluarga di
salah satu pusat perawatan kesehatan publik primer terbesar di Slovenia yang
bernama Kranj Health Center. Peneliti
memilih sampel penelitian terdiri dari 8 praktek pengobatan keluarga yang sudah
diperbaharui dan 8 praktek pengobatan keluarga yang regular. Pada praktek
pengobatan keluarga yang sudah diperbaharui peneliti memilih sampel secara
sistematis dari pasien yang terdaftar. Pasien kemudian dikelompokkan pada
kelompok uji. Pada praktek pengobatan keluarga yang regular, peneliti memilih
sampel dari pasien yang terdaftar sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Pasien
kemudian dikelompokkan pada kelompok kntrol. Kriteria inklusi pada kedua sampel
kelompok penelitian sama yaitu partisipasi pada awal check up pencegahan kardiovaskuler yang dilakukan praktisi perawat
atau dokter keluarga; berpartisipasi pada
follow-up pemeriksaan pencegahan kardiovaskular sampai lima tahun
kemudian; berusia 45-60 tahun; tidak memiliki riwayat penyakit kronis
kardiovaskuler yang akan menuntut pengelolaan perawatan kronis; dan tidak
mendapat terapi obat seperti biasanya untuk penyakit kardiovaskuler.
Data
didapatkan dari data rutin yang digunakan oleh dokter keluarga pada praktik pengobatan
keluarga regular dan yang digunakan praktisi perawat pada praktik pengobatan
keluarga yang sudah diperbaharui saat melakukan check-up pencegahan penyakit kardiovaskuler. Bentuknya terdiri dari
pertanyaan tentang jenis kelamin, usia, tekanan darah, kolesterol, gula darah,
merokok (ya/tidak), tingkat aktivitas fisik (berapa kali per minggu) dan risiko
penyakit kardiovaskular (berdasarkan tabel Framingham: <5 11-20="" 21-40="" 6-10="">40%). Data yang sama seperti sebelumnya dikumpulkan kembali pada saat
follow-up check up pencegahan
penyakit kardiovaskuler yang berlangsung setidaknya satu tahun dan tidak lebih
dari lima tahun setelah check up awal.5>
Intervensi
penelitian dilakukan pada kedua kelompok praktek pengobatan keluarga. Prosedur
intervensi yaitu pasien hadir pada pemeriksaan awal check-up pencegahan penyakit kardiovaskuler yang terdiri dari
pemeriksaan riwayat penyakit, pemeriksaan klinis yang berfokus pada sistem kardiovaskuler,
pemeriksaan EKG, serta konseling modifikasi kesehatan dan gaya hidup. Kemudian,
diskusi dengan pasien tentang faktor resiko pasien dan pentingnya mengetahui
faktor resiko tersebut terhadap kesejahteraan hidup pasien kedepannya. Bila
perlu, pasien diberi tahu tentang gaya hidup sehat, ditawarkan workshop
pencegahan secara gratis, dan diberi informasi bagaimana menghindari faktor
resiko penyakit kardiovaskuler. Pada kelompok uji, prosedur intervensi tersebut
dilakukan oleh praktisi perawat sedangkan pada kelompok control dilakukan oleh
dokter keluarga.
Analisis
data dilakukan dengan menguji variable independen (jenis kelamin dan usia
pasien) terhadap variable dependen (tekanan darah, kolesterol, gula darah,
merokok (ya / tidak), tingkat aktivitas fisik (kali per minggu) dan risiko
kardiovaskular) antara kelompok uji (dengan praktisi perawat) dengan kelompok
control (tanpa perawat atau dilakukan oleh dokter) pada saat kunjungan awal.
Peneliti juga juga menggunakan tes ini untuk mendeteksi perbedaan antara hasil
dari kelompok uji dengan kelompok kontrol pada kunjungan tindak lanjut.
Peneliti menetapkan batas signifikansi statistic pada p < 0,05.
Hasil
penelitian ini terdapat 128 pasien pada kelompok uji dan 129 pasien pada
kelompok kontrol. Perbedaan demografi ditemukan pada kedua kelompok tetapi
secara statistik perbedaan tidak signifikan dalam hal jenis kelamin, tetapi
pasien dalam kelompok kontrol secara signifikan lebih tua dari pasien dalam
kelompok uji, usia rata-rata kelompok kontrol adalah 1- 2 tahun lebih tinggi
dari kelompok uji. Pasien pada kelompok uji memiliki tekanan darah diastolik
yang lebih tinggi 2-8 mmHg dan memiliki kadar glukosa darah lebih tinggi 0-9
mmol/l daripada pasien dalam kelompok kontrol. Setelah diintervensi, parameter
klinis yang diamati hasilnya sama atau lebih baik pada kedua kelompok. Namun,
pasien dalam kelompok uji memiliki tingkat tekanan darah sistolik yang jauh
lebih rendah sebesar 4-8 mmHg dan kadar kolesterol lebih rendah 0-3 mmol/l
serta pasien dalam kelompok uji lebih sering menjalankan aktivitas fisik secara
teratur daripada pasien di kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan
pada 128 pasien pada kelompok uji (dengan praktisi perawat) dan 129 pasien pada
kelompok kontrol (tanpa perawat atau dilakukan oleh dokter) pada saat kunjungan
awal. Hasil penelitian terdapat Faktor resiko terjadi penyakit kardiovaskular
< 20% yaitu 69 pada kelompok uji dan 74 orang pada kelompok kontrol, serta
faktor resiko kardiovaskular > 20% yaitu 43 orang pada kelompok uji dan 43
orang pada kelompok kontrol. Berdasarkan data tersebut maka Relative Risk (RR)
dari faktor resiko kardiovaskular < 20% yaitu:
|
Cardiovascular risk
|
Jumlah
|
Resiko
|
|
+
|
-
|
|||
Kelompok uji
|
69
|
59
|
128
|
0,539
|
Kelompok kontrol
|
74
|
55
|
129
|
0,574
|
Jumlah
|
143
|
114
|
257
|
|
Resiko Relatif
(RR) dari faktor resiko kardiovaskular < 20% yaitu 0,539/0,574 = 0,939 yang
berarti resiko pada kelompok uji lebih besar 0,939 kali dari pada kelompok
kontrol. Sedangkan dari faktor resiko kardiovaskular > 20% yaitu:
|
Cardiovascular risk
|
Jumlah
|
Resiko
|
|
+
|
-
|
|||
Kelompok uji
|
43
|
85
|
128
|
0,336
|
Kelompok kontrol
|
43
|
86
|
129
|
0,333
|
Jumlah
|
89
|
171
|
257
|
|
Resiko Relatif (RR)
dari faktor resiko kardiovaskular > 20% yaitu 0,336/0,333 = 1,009 yang
berarti resiko pada kelompok uji lebih besar 1,009 kali dari pada kelompok
kontrol. Dengan menggunakan rumus RR yang sama yaitu:
Penelitian ini dilakukan
pada 128 pasien pada kelompok uji (dengan praktisi perawat) dan 129 pasien pada
kelompok kontrol (tanpa perawat atau dilakukan oleh dokter) after study. Hasil penelitian terdapat
Faktor resiko terjadi penyakit kardiovaskular < 20% yaitu 87 pada kelompok
uji dan 74 orang pada kelompok kontrol, serta faktor resiko kardiovaskular >
20% yaitu 29 orang pada kelompok uji dan 42 orang pada kelompok kontrol.
Berdasarkan data tersebut maka Relative Risk (RR) dari faktor resiko
kardiovaskular < 20% yaitu:
|
Cardiovascular risk
|
Jumlah
|
Resiko
|
|
+
|
-
|
|||
Kelompok uji
|
87
|
41
|
128
|
0,680
|
Kelompok kontrol
|
74
|
55
|
129
|
0,574
|
Jumlah
|
161
|
96
|
257
|
|
Resiko Relatif
(RR) dari faktor resiko kardiovaskular < 20% yaitu 0,680/0,574 = 1,185 yang
berarti resiko pada kelompok uji lebih besar 1,185 kali dari pada kelompok
kontrol. Sedangkan dari faktor resiko kardiovaskular > 20% yaitu:
|
Cardiovascular risk
|
Jumlah
|
Resiko
|
|
+
|
-
|
|||
Kelompok uji
|
29
|
99
|
128
|
0,227
|
Kelompok kontrol
|
42
|
87
|
129
|
0,326
|
Jumlah
|
71
|
186
|
257
|
|
Resiko
Relatif (RR) dari faktor resiko kardiovaskular > 20% yaitu 0,227/0,326 =
0,696 yang berarti resiko pada kelompok uji lebih besar 0,696 kali dari pada
kelompok kontrol.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jenis design penelitian kohort
adalah jenis penelitian yang tidak memberikan intervensi apapun kepada kelompok
yang diteliti dan secara alamiah akan terbagi kelompok yang memiliki resiko dan
tidak beresiko sehingga dapat mengobservasi efek yang terjadi variabel yang
memiliki faktor resiko dengan mengikuti waktunya. Terbagi atas dua, yaitu
restrospective dan prospektif. Ada banyak keuntungan dan kerugian yang bisa
terjadi, jika menggunakan design penelitian ini. Salah satu kelebihannya adalah
penelitian ini mengobservasi faktor – faktor yang menyebabkan efek tertentu
pada variabel, sehingga banyak hal yang bisa ditemukan dalam penelitian jenis
ini. Kemudian penelitian jenis ini, akan sangat kuat hasilnya karena
berlangsung dalam waktu yang lama dan mengikuti proses sampai akhirnya timbul
efek pada variabel yang diteliti. Kekurangan penelitian ini adalah karena waktu
yang lama, maka akan mengeluarkan biaya yang banyak, waktu yang banyak, dan pengolahan
data yang dilakukan akan menjadi. Design penelitian ini, sangat baik untuk
kasus – kasus yang bersifat fatal dan progesif.
3.2
Saran
Untuk menggunakan design penelitian
ini, lebih baik mencari tau dulu jenis penyakit nya yang fatal dan progresif
seperti apa, kemudian harus siap dengan resiko-resiko jika memilih design
penelitian ini, yaitu masalah waktu dan biaya. Design penelitian ini tidak
cocok jika penelitian yang diinginkan berlangsung dengan cepat. Perlu lebih
banyak lagi penelitian – penelitian menggunakan design penelitian ini, agar
bisa ditemukan hal – hal baru, terkait dari faktor – faktir yang mempengaruhi
variabel – varial yang diteliti.
DAFTAR
PUSTAKA
Dharma, K.K..
(2011). Metodologi penelitian keperawatan.
Jakarta: Trans Info Media.
Healy, P. &
Devane, D. (2011). Methodological considerations
in cohort study designs. Nurse Researcher. 18, 3, 32-36. National University of
Ireland, Galway Diambil dari http://web.a.ebscohost.com/abstract?direct=true&profile=ehost&scope=site&authtype=crawler&jrnl=13515578&AN=60081056&h=qwg9Ji9N%2fbgXL4KsewgjM5rxiXEiRnuTrmjt1dqMraFCfxAVcr6SAJuYILH98RQ04MTk8BzMlP4%2fLOUgJI2yEA%3d%3d&crl=f&resultNs=AdminWebAuth&resultLocal=ErrCrlNotAuth&crlhashurl=login.aspx%3fdirect%3dtrue%26profile%3dehost%26scope%3dsite%26authtype%3dcrawler%26jrnl%3d13515578%26AN%3d60081056.
Klemenc-Ketis, Terbovc, Gomiscek, & Kersnik. (2015). Role of nurse practitioners in reducing
cardiovascular risk factors: a retrospective cohort study. Journal of
Clinical Nursing, 24, 3077–3083.
Livshiz-Riven, Nativ, Borer, Kanat-Maymon, &
Anson. (2014). Nursing students’ intentions to comply with
standard precautions: An exploratory prospective cohort study
Morton, R.F., Hebel, J.R., & McCarter R.J. (2001).
A study guide to epidemiology and
biostatistics. 5th Ed. London: Jones and Bartlett Publishers,
Inc.
Naseh,
S. (1993). Artikel keunggulan dan keterbatasan
beberapa metode penelitian kesehatan. Diambil dari https://media.neliti.com/media/publications/157177-ID-keunggulan-dan-keterbatasan-beberapa-met.pdf
Nur, N. (2007). Epidemiologi. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan
– pedoman
skripsi,
tesis,
dan instrumen
penelitian
keperawatan.
(Edisi 2). Jakarta : Salemba Medika.
Peat, J., Mellis, C.,
William, K., et al. (2002). Health
science research: a handbook of quantitative methods. London: Sage
Publications.
Sastroasmoro, S & Ismael,
S. (2014). Dasar-dasar metodologi
penelitian
klinis. Jakarta : Sagung
Seto
Slamet
Ryadi, S. & Wijayanti. (2011). Dasar-dasar
epidemiologi. Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar