Penelitian dalam keperawatan menguji jenis fenomena yang
luas dan membutuhkan ketersediaan alat – alat ukur yang luas pula. Validitas
dan reabilitas alat untuk mengukur fenomena sudah berkembang sejak 1980.
Ilmu pengetahuan tentang metode pengukuran sangat
penting dalam pengembangan riset keperawatan, karena suatu penelitian
membutuhkan kritikan dari orang lain yang tidak hanya mempunyai ilmu tentang
teori pengukuran tapi juga pernyataan dalam pengembangan pengukuran untuk
menguji fenomena.
Pendekatan pengukuran yang umum digunakan dalam riset
keperawatan adalah pengukuran secara fisiologis, observasi, wawancara,
kuisioner, dan skala. Metode lainnya adalah Q methodology, skala analog visual,
teknik delphi, teknik proyeksi dan diary.
I. Pengukuran secara fisiologis
Penelitian keperawatan fisiologis sudah mengalami
kemunduran karena untuk melakukan penelitian membutuhkan waktu dan biaya yang
banyak, serta kurangnya informasi yang adekuat untuk masalah praktek
keperawatan dasar yang merupakan studi keperawatan fisiologis. Untuk menentukan
pengukuran dalam penelitian keperawatan fisiologis pun sulit seperti bagaimana
mengukur perubahan dekubitus, apa criteria untuk menentukan cara perawatan
mulut yang efektif. Kreatifitas dan perhatian yang teliti dibutuhkan untuk
pengembangan strategi pengukuran fisiologis. Beberapa pengukuran secara
fisiologis diperoleh melalui self-report, paper, dan skala pensil.
Data pada parameter fisiologis diperoleh menggunakan
observasi koleksi data dan rekaman skala atau indeks. Pengukuran variable
fisiologis dapat langsung maupun tidak langsung, pengukuran langsung lebih
valid. Seperti pengukuran tekanan darah dengan spigmomanometer dan penggunaan
monitoring elektronik yang menggunakan sensor sebagai alat ukur yang
ditempatkan pada tubuh subjek.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pengukuran
secara fisiologis untuk melakukan penelitian adalah:
ü Identifikasi variable yang relevan terhadap penelitian, apakah
variable membutuhkan pengukuran yang continue atau hanya pada waktu itu saja,
apakah pengukuran ulang diperlukan?
ü Membedakan bagaimana pengukuran variable pada penelitian sebelumnya.
Tidak ada buku/artikel yang
menyediakan daftar pengukuran
fisiologis. Sumber yang paling umum digunakan adalah penelitian sebelumnya yang
menggunakan variable tersebut. Review literature atau meta-analisis menyediakan
daftar referensi untuk penelitian yang relevan. Validitas dan reabilitas
pengukuran secara fisiologis harus dievaluasi.
Peneliti harus mempertimbangkan
masalah yang mungkin dialami dalam menggunakan pendekatan pengukuran secara
fisiologis. Factor yang penting adalah sensitivitas pengukuran. Misalnya untuk
mendapatkan data perbandingan dari suatu subjek dengan subjek lainnya, peneliti
harus membedakan apakah aturan yang digunakan relevan untuk populasi penelitian
, apakah aturan untuk kesehatan dewasa relevan pada anak-anak dengan penyakit
kronis, bagaimana pengukurannya?. Beberapa pengukuran berbeda pada tiap
individu dari waktu ke waktu walaupun pada kondisi yang sama.
Aktivitas, emosi, intake makanan,
atau postur bisa mempengaruhi pengukuran secara fisiologis.
Beberapa strategi pengukuran
membutuhkan peralatan khusus yang mungkin telah tersedia ataupun dibeli oleh
peneliti, dan hal ini membutuhkan keahlian dalam mengoperasikannya.
II. Pengukuran secara observasi
Pengukuran secara observasi tidak sesederhana seperti
kedengarannya. Langkah pertama harus menentukan apa yang akan diobservasi dan
kemudian menentukan bagaimana membedakan variable yang diobservasi pada sifat
yang sama dalam setiap kejadian. Observasi bertujuan agar lebih subjektif
daripada pengukuran lain dan merupakan pendekatan yang banyak digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan untuk memperoleh data.
ü Observasi yang tidak terstruktur
Berupa observasi secara spontan
dan merekam apa yang dilihat dengan prioritas perencanaan yang minim. Walaupun
observasi yang tidak terstruktur memberikan kebebasan pada observer, ada resiko
kehilangan objektivitas dan adanya kemungkinan observer tidak bisa mengingat
semua peristiwa yang diobservasi secara detail. Jika mungkin catatan diperlukan
selama observasi dilakukan, jika tidak peneliti perlu merekam kegiatan
observasi atau divideokan yang dapat digunakan untuk pengujian secara
ekstensive di kesempatan lanjut.
Tipe observasi yang tidak
terstruktur adalah kronology., yaitu menggambarkan secara detail tingkah laku
individu dalam lingkungan hidupnya. Prosedur observasi dirancang dalam suatu
kronologi untuk mengurangi efek keberadaan observer dilingkungan yang sedang
diobservasi.
ü Observasi terstruktur
Langkah pertama dalam pengukuran
observasi terstruktur adalah menentukan apa yang akan diobservasi; bagaimana
observasi dibuat, direkam, dan diberi kode.
1.
System kategori
Kategori observasi seharusnya saling menguntungkan, jika
kategori overlap observer akan dihadapkan dengan pembuatan keputusan
sebagaimana kategori seharusnya mengandung setiap tingkah laku yang diobservasi
dan koleksi data mungkin tidak konsisten. Dalam beberapa system kategori hanya
tingkah laku yang menarik untuk direkam. Kebanyakan system kategori
menghendaki kesimpulan oleh observer
dari kejadian yang diobservasi sesuai kategori. Semakin besar derajat kesimpulan
yang diperlukan, semakin sulit system kategori yang digunakan. Jumlah kategori
yang digunakan disesuaikan dengan penelitian, jumlah yang optimal untuk
memudahkan penggunaan dan keefektifan dari observasi adalah 15-20 kategori.
2.
Checklist
Merupakan suatu teknik indikasi apakah tingkah laku
terjadi atau tidak. Tanda checklist biasanya diberikan pada pengumpulan data
dimana setiap saat tingkah laku diobservasi. Tingkah laku selain dari yang
telah ditandai diabaikan. Dalam beberapa penelitian banyak tanda checklist
diberikan pada kategori yang berbeda disaat seseorang sedang melakukan
observasi pada kejadian tertentu.
3.
Rating skala
Lebih cocok digunakan untuk observasi self report.
III. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi verbal
antara peneliti dan subjek, dimana informasi disediakan oleh peneliti.
Wawancara banyak digunakan sebagai strategi pengukuran pada setiap penelitian.
Pertanyaan wawancara harus dirancang secara hati-hati dan memerlukan keahlian.
Banyak buku yang dapat dijadikan referensi untuk petunjuk wawancara.
1.
Wawancara tidak terstruktur
Secara umum digunakan dalam penelitian kualitatif dan
deskriptif. Peneliti harus memahami bagaimana mengatur rencana dan
mengidentifikasi tingkah laku subjek pada topic khusus. Dalam beberapa kasus
tipe wawancara seperti ini banyak digunakan sebagai langkah pengembangan
alat ukur yang lebih tepat pada
penelitian khusus. Wawancara dilakukan tanpa panduan khusus, pertanyaan yang
diajukan peneliti terhadap subjek mulai dari yang bersifat umum dan isu-isu
yang berkembang dalam proses.
2.
Wawancara terstruktur
Tipe wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman wawancara spesifik
dan ada sturkturnya. Pertanyaan wawancara harus sesuai dengan pertanyaan yang
telah dirancang dan pewawancara boleh mengulang pertanyaan jika subjek tidak
mengerti atau menerangkan dengan lebih detail pada subjek.
Pedoman wawancara terstruktur :
ü Merancang pertanyaan wawancara
·
Hampir sama dengan merancang
kuisioner
·
Pertanyaan dikelompokkan
berdasarkan topic.
·
Data seperti umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, dan informasi demografi lainnya dapat diperoleh dari
status
·
Pertanyaan tergantung tingkat
pendidikan subjek
·
Pertanyaan yang diberikan
mungkin ditafsirkan berbeda pada tiap subjek, maka peneliti harus dapat
mengantisipasinya
·
Setelah wawancara harus ada
feedback
ü Pretesting protocol wawancara
·
Ketika protocol yang telah
dikembangkan dengan memuaskan, harus dilakukan test pilot pada subjek, sama
untuk setiap subjek yang akan diteliti. Peneliti diizinkan untuk
mengidentifikasi masalah dalam rancangan pertanyaan atau prosedur perekaman
respon, juga menilai reliability dan validiti instrument wawancara.
ü Training wawancara
·
Pewawancara butuh keahlian
untuk mengantisipasi situasi dan pengembangan strategi wawancara yang baik. Pendekatan
yang baik utnuk melatih keahlian tersebut ialah “roleplay”. Pewawancara harus
belajar menciptakan suasana yang nyaman sehingga menimbulkan respon subjek
terhadap topic yang diberikan. Kosakata pertanyaan, nada suara, kontak mata,
dan posisi tubuh mempengaruhi komunikasi.
ü Persiapan untuk wawancara
·
Jika wawancara diperpanjang
harus berdasarkan persetujuan.
·
Peneliti harus menepati
persetujuan
·
Pemilihan tempat untuk
wawancara harus yang tenang, privasi terjaga dan suasana lingkunagnnya nyaman
·
Instruksi pada subjek
disampaikan secara hati-hati
ü Probing
·
Probing digunakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi yang lebih spesifik. Pewawancara
ü Perekaman data wawancara
·
Data wawancara bisaditulis
tangan atau menggunakan tape recorder
·
Jika menggunakan tape recorder
harus seizin subjek
·
Jika ditulis tangan pewawancara
harus ahli dalam meringkas informasi
·
Pencatatan data harus dilakukan
tanpa gangguan yang dapat mempengaruhi data
Keuntungan wawancara :
·
Lebih fleksibel daripada teknik
lainnya
·
Keterampilan interpersonal
dapat diterapkan dalam teknik wawancara
·
Respon yang diharapkan lebih
tinggi daripada kuesioner
Kerugian wawancara :
·
Wawancara membutuhkan banyak
waktu dan biaya
·
Ukuran sample yang digunakan
biasanya terbatas
·
Wawancara pada anak-anak memerlukan
pengertian khusus untuk menyampaikan pertanyaan
IV. Kuesioner
Kuesioner atau angket paling umum
digunakan dalam metode penelitian survey, saat peneliti mengajukan pertanyaan
atau pernyataan tertulis pada sekelompok subjek. Pertanyaan yang diberikan dibuat
secara konsisten dan dapat mengurangi bias. Ukuran sample biasanya bisa lebih
besar daripada wawancara. Pada sebuah
kuesioner peneliti menyajikan alternatif pilihan atau kategori jawaban
dengan tidak menentukan mana yang salah atau benar. Kuesioner sebagai alat
pengumpul data penelitian dirumuskan dengan criteria tertentu, jika tidak
dirumuskan dengan jelas maka tidak banyak manfaat penelitian dilihat dari
tujuan dan hipotesa yang akan diuji
Kuesioner sebagai alat pengumpul
data disusun oleh peneliti dengan keragaman tertentu.
1)
Jenis pertanyaan dalam
kuesioner
-
Pertanyaan tentang fakta
-
Pertanyaan tentang pendapat
-
Pertanyaan persepsi
-
Pertanyaan informative
2)
Pola sajian kuesioner
-
Dalam bentuk pernyataan
-
Dalam bentuk pertanyaan atau
tidak berstruktur
3)
Urutan pertanyaan
Tujuannya adalah agar memungkinkan peneliti memperoleh
data/keterangan objektif, memudahkan pengolahan data, memudahkan responden
mengisinya
4)
Mengatur pokok-pokok kuesioner
Criteria kuesioner yang baik secara umum adalah :
-
Dirumuskan secara singkat
-
Dapat dicerna isinya
-
Ditata dengan urutan yang logis
-
Jawaban yang diminta tidak
bermakna ganda
-
Jawaban yang diminta tidak
membingungkan
-
Tidak memuat unsur prasangka
atau bias
-
Hanya untuk tujuan data
penelitian
-
Mencakup semua variable
penelitian
V. Skala
Skala lebih cocok digunakan untuk
mengukur suatu fenomena dalam suatu penelitian. Pada umumnya skala digunakan
untuk mengukur variabel – variabel psikososial. Selain itu skala juga bisa
digunakan untuk mengukur variabel – variabel fisiologis seperti nyeri, mual,
kapasitas fungsional dengan menggunakan teknik – teknik tertentu.
Ada beberapa tipe skala yang akan
dijelaskan disini antara lain :
1.
Rating skala
-
Merupakan suatu daftar dari
kategori-kategori suatu variabel
-
Nilai numerik ditetapkan untuk
setiap kategori
-
Rating skala ini biasanya
digunakan oleh publik ( umum )
-
Bisa digunakan untuk mengukur
derajat/tingkat kooperatif pasien
-
Penilaian suatu subjek seperti
interaksi antara perawat dan klien
-
Tipe skala ini digunakan dalam
observasi dalam pengumpulan data
2.
Likert skala
-
Dibuat untuk menunjukkan suatu
opini atau sikap subjek dan juga pernyataan-pernyataan yang akan dimasukkan
dalam skala.
-
Versi dari skala ini terdiri
dari 5 kategori. Nilai ditempatkan pada tiap respon. Nilai 1 untuk respon
positif dan nilai 5 untuk respon negatif
-
Respon dalam likert skala
biasanya berisi persetujuan, evaluasi dan frekuensi.
-
Persetujuan meliputi :
pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
-
Respon evaluasi menanyakan
kepada responden apakah tingkat evaluasi meliputi baik atau buruk : positif –
negatif atau sempurna – buruk sekali
-
Frekuensi : termasuk pernyataan
kadang-kadang, jarang, setiap waktu, biasanya
-
Kadang- kadang pernyataan “
tidak tahu “ atau “ netral” dari responden sering menimbulkan kontroversi apakah
respon responden positif atau negatif, karena penilaian mengarah pada respon
tersebut. Sehingga peneliti kadang – kadang sering menggunakan 4 option saja
untuk menghilangkan respon tidak tahu tersebut.
-
Responden terkadang juga sering
mengosongkan option karena memang tidak mengetahui dan peneliti biasanya
membuat “ forced choice “ yaitu menyediakan jawaban khusus bagi responden di
sebelah kiri bagian yang kosong sebagai pengganti respon :tidak tahu ini.
-
Frekuensi bisa berupa
kepercayaan, kegiatan yang dijawab atau dilakukan responden untuk mengetahui
seberapa sering terjadi.
-
Sebuah instrumen yang
menggunakan skala likert ini biasanya menggunakan 10-20 item.
-
Nilai pada tiap item
dijumlahkan menjadi skor tunggal untuk tiap subjek.
3.
Semantic differential
-
Digunakan untuk mengukur sikap
dan kepercayaan. Terdiri dari 2 sifat yang saling berlawanan
-
Teknik ini bisa digunakan untuk
membedakan tingkat variasi sikap positif atau negatif dari suatu konsep
-
Contoh;
Panas
.
. . .
. . dingin
Manis
. .
. .
. . pahit
Pasif .
. . .
. . aktif
Lemah . . .
. . .
kuat
-
Pada semantik differensial
nilai diberikan untuk tiap jarak dari 1-7 dengan 1 untuk respon negatif dan 7
untuk respon positif
-
Penempatan respon positif atau
negatif di sebelah kiri atau kanan sebaiknya diletakkan secara random atau
acak.
-
Tiap baris terdiri dari satu
skala dan nilai-nilai pada skala dijumlahkan untuk mendapatkan 1 skor untuk
tiap subjek.
-
Skor yang didapat menggambarkan
respon subjek untuk dasar analisa selanjutnya.
VI. Metodologi Q
Metodologi Q adalah suatu teknik
penilaian komparatif ( perbandingan ) yang dilihat secara subjektif.
Penggunaannya dengan menggunakan kartu-kartu pada tiap kategori yang akan
dinilai. Jumlah kartu sebaiknya berkisar antara 40-100 subjek yang dibuat dan
disusun secara berkelompok. Biasanya terdiri dari 7-10 kelompok. Kategori
diurutkan dari yang terpenting sampai yang tidak terlalu penting.
Metode Q ini biasanya digunakan
untuk menentukan prioritas yang terpenting termasuk dalam mengembangkan skala.
Biasanya digunakan untuk analisis data dan faktor. Dapat juga digunakan untuk
penelitian kebudayaan dan menggunakan gambar.
Subjek dibatasi pada jumlah kartu
yang ditempatkan pada tiap kelompok. Sesuai tingkatannya akan didapatkan suatu
pola pada kurva normal. Subjek biasanya diberitahu untuk memilih kartu yang
diinginkan untuk diletakkan pada kategori yang berbeda. Akan terlihat jumlah
kartu terbanyak biasanya pada kategori pertengahan sehingga akan tercapai
kepuasan.
VII. Visual Analoque Scale
Skala ini digunakan untuk mengukur stimulus dalam
penelitian, untuk mengukur mood, kecemasan, perhatian, kualitas tidur,
kemampuan fungsional dan gejala-gejala klinis.
Stimulus yang akan diukur harus benar-benar dapat
dipahami sejelas-jelasnya oleh subjek. Skala dibuat dan digunakan ketika subjek
dalam posisi yang diinginkan dan sama untuk tiap subjek misalnya duduk. Ini
akan berpengaruh pada skala misal jika pasien dalam posisi supine maka persepsi
yang diberikan tidak akan sama jika pasien duduk.
Contoh : pada pengukuran skala nyeri, mulai dari nyeri
sampai tidak nyeri sama sekali ( ada rentang nyeri dalam skala itu )
VIII. Penyeleksian Instrumen
Seleksi
suatu instrumen dalam suatu penelitian untuk mengukur variabel merupakan proses
kritis dalam penelitian tersebut. Metode penelitian harus tertutup sesuai
definisi variabel konseptual. Suatu penelitian dengan literatur yang luas dapat
mengidentifikasi suatu instrumen penelitian.
Reaksi
awal dimulai ketika peneliti tidak memiliki metode pengukuran yang cocok dan
harus mengembangkan peralatan yang ada untuk penelitian. Proses pengembangan
peralatan dengan menggunakan instrumen baru dalam suatu penelitian tanpa
evaluasi awal untuk validitas dan reabilitas suatu penelitian tidak akan
tercapai.
-
Locating Existing Instrumen
Banyak referensi dari buku-buku tentang peralatan
pengukuran tentang beberapa instrumen khusus yang digunakan dalam riset
keperawatan. Sumber informasi lainnya didapatkan dari mulut ke mulut para
peneliti itu sendiri, di mana sering informasi itu didapat sebelum penelitian
itu dipublikasikan, beberapa peneliti
menjaga akses penelitiannya baik melalui surat kabar, korespondensi,
telepon, email dan buletin-buletin yang terdapat di komputer. Peneliti dapat
dengan mudah mengakses data dengan cepat melalui media komunikasi tersebut
untuk validitas informasi yang disediakan oleh Sigma Teta Tau Directory Of
Nurse sehingga alamat dan informasi keperawatan secara lengkap disimpan dalam
daftar peneliti keperawatan.
-
Evaluating Existing Instrument
Diperlukan untuk memeriksa instrumen apa yang paling
cocok dan tepat dalam penelitian. Dalam menyeleksi suatu instrumen perlu
pertimbangan yang hati-hati bagaimana instrumen dikembangkan, cara
mengukur dan bagaimana menggunakannya.
Pertanyaan yang diperlukan ketika memeriksa suatu
instrumen :
- Apakah instrumen ini yang kita inginkan untuk mengukur variabel penelitian Anda?
- Instrumen inikah yang dapat merefleksikan variabel dalam definisi konseptual penelitian Anda?
- Apakah populasi sebelumnya pada penelitian menggunakan instrumen yang sama?
- Instrumen ini dibuat dengan baik?
- Apakah tingkat reabilitasnya cocok dengan penelitian Anda?
- Bagaimana tingkat kesensitifan instrumen dalam mengukur perbedaan yang kecil dalam suatu fenomena yang diukur?
- Proses apa saja yang dilakukan untuk mendapatkan, mengelola dan menilai suatu instrumen?
- Apa kemampuan yang Anda miliki untuk menggunakan instrumen ini?
- Bagaimana intrepretasi penilaian?
- Bagaimana waktu yang digunakan dan ditetapkan untuk mengelola instrumen ini?
- Apa keterangan yang dihubungkan untuk validitas suatu instrumen?
-
Mengkaji Readibilitas Instrumen
Bagaimanapun suatu instrumen tidak akan dapat digunakan dengan
efektif jika subjek tidak dapat mengerti item yang digunakan.
Menghitung reabilitas relatif mudah dan cepat dan bisa dilihat dalam
20 menit. Banyak program untuk memproses kata dan grammar dengan komputerisasi.
IX. Constructing Scales
Untuk membentuk skala merupakan
prosedur yang kompleks. Ini memungkinkan perawat peneliti untuk membawa
prosedur pengembangan instrumen sebagai skala prioritas untuk dikembangkan di
dalam studi.
Ada beberapa teori dalam membentuk
skala :
1)
Classical test theory
Proses yang digunakan dalam membentuk skala:
1.
Definisikan konsep
Suatu skala tidak bisa dibentuk untuk mengukur konsep
sehingga diperlukan definisi konsep yang jelas sehingga item-item yang dibuat
dalam skala lebih mudah ditulis.
2.
Designe the Scale
Tiap item memerlukan penetapan yang jelas dan ringkas
dan memperlihatkan satu ide saja. Jumlah item yang dibuat perlu menjadi
pertimbangan yang lebih luas daripada direncanakan untuk pelengkap instrumen.
3.
Seek Item Review
Item yang dibuat harus dapat dikualifikasikan untuk
direview kembali. umpan balik dalam melihat akurasi atau relevansi untuk tes
yang spesifik akan memperlihatkan “bias” dan reabilitas. Merevisi item
didasarkan juga pada kritik.
4.
Conduct Preliminary Item
Tryouts
Hal ini dapat membantu menguji item dalam jumlah subjek
yang dibatasi secara representetatif dalam populasi target. Melihat reaksi
responden selama dites, tidak ada sikap, merubah jawaban lain yang kebingungan
dengan item tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk melihat
sejauh mana respon responden dan saran-saran untuk perbaikan item.
5.
Perform a field test
Pengaturan seluruh item dalam bentuk konsep terakhir ke
subjek sampel yang luas. Ukuran sampel diperlukan untuk analisa statistik
mengikuti jumlah item. Biasanya digunakan 10 subjek untuk tiap item
6.
Conduct Item Analysis
Tujuan analisa ini untuk mengidentifikasi mana item yang
secara internal sesuai dengan skala dan membuang item-item yang tidak sesuai
dengan kriteria. Menganalisa item dengan program komputer secara statistik
menggunakan analisa SPSS dan SPSS/PC
7.
Select Item to Retain
Berdasarkan jumlah item yang diinginkan pada skala akhir
maka item dengan nilai koefisien yang tinggi dapat dipertahankan. Nilai
kriteria untuk setiap item bisa diset dan nilainya tetap dipakai.
8.
Conduct Validity Studies
Studi ini mengumpulkan data tambahan dari sampel yang
luas. Hipotesa perlu untuk menyamakan variasi-variasi pada kelompok yang
berbeda di nilai skala
9.
Evaluate the Reability of the
Scale
Prosedur statistik perlu dilihat dalam menentukan
reabilitas skala. Analisa ini dapat dilihat menggunakan pengumpulan data untuk
evaluasi validitas.
10.
Compile Norms the Scale
Penentuan norma untuk mengatur skala untuk sampel yang
lebih luas diperoleh untuk macam-macam kelompok yang mungkin. Banyak peneliti
meminta izin pada peneliti lainnya untuk menggunakan skala mereka sesuai dengan
kondisi data
11.
Publish the result of the Scale
Development
Skala sering tidak dipublikasikan jumlah tahun setelah
pengembangan awal karena diperlukan waktu yang panjang untuk validasi suatu
instrumen.
2)
Item Response Theory
Teori ini diharapkan
mendefenisikan konsep dengan baik untuk operasional. Dengan memulai
menganalisis item, proses bertukar. Prosedur statistik digunakan lebih teliti
dan kompleks dibandingkan dengan teori klasik. Setelah menyeleksi model yang
cocok didasarkan pada informasi yang didapat dari analisis parameter item
dihitung. Parameter ini digunakan untuk menyeleksi item pada skala. Ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terselesaikan dengan
teori klasik.
Item bias terjadi ketika responden
dari sub populasi yang berbeda mempunyai jumlah ciri sedikii yang sama , mempunyai
probabilitas respon yang berbeda terhadap item secara positif.
3)
Multi dimentional scaling
Teori ini digunakan jika konsep
operasional bersifat abstrak dan terdiri dari dimensi yang beraneka ragam
jenisnya. Teknik skala yang digunakan memungkinkan peneliti untuk menutupi
“hidden Struktur” dalam pembuatannya. Prosedur
ini digunakan untuk memeriksa perbedaan stimulus yang berbeda pada tiap
orang, contoh perbedaan dalm persepsi cahaya atau nyeri dapat ditentukan dalam
skala ini.
4)
Unfolding theory
Dalam teori
ini subjek diminta untuk merespon item dengan skala rating, kemudian mereka
diminta untuk membuat tingkat variasi respon yang berhubungan dengan pilihan
mereka. Contoh :
Subjek diminta untuk memilih
respon untuk item yang diberikan kemudian mereka akan mengurutkan item sesuai
pilihan mereka dan pilihan subjek akan berbeda hasilnya.
X. Translating Skala Pada Bahasa Lain
4 tipe translate yang bisa digunakan :
1.
Pragmatic translation
Tujuan pragmatic translation adalah untuk mengkomunikasikan secara
akurat bahasa target dan bahasa asal. Biasanya menggunakan instruksi translate
dari komputer.
2.
Aestetik-poetik translation
Tujuan dari aestetic-poetic
translation untuk menimbulkan mood, perasaan dan sikap dari bahasa identik
target untuk ditimbulkan oleh materi asli.
3.
Etnografic translation
Tujuan untuk mempertahankan
arti dan kepuasan dari suatu budaya. Translator harus familiar dengan 2 bahasa
dan budaya. Tipe ini lebih umum digunakan’
4.
Linguistik translation
Linguistik translation berusaha untuk menyediakan bentuk
gramatikal dengan pengertian yang sama.
Salah
satu strategi untuk mentranslate skala adalah translate dari bahasa original ke
bahasa target kemudian kembali diterjemahkan ke bahasa asli. Menggunakan
translater tidak sesulit menstranlet
secara original. Mengikuti prosedur ini pengaturan subjek 2 bahasa dan skor
menggunakan prosedur standar ICCS . Untuk sebuah item dengan 2 bahasa bisa
dibandingkan. Prosedur ini digunakan untuk sampel dengan 2 bahasa. Ini juga
ditujukan untuk 2 populasi yang ekuivalen .
XI. Delphi Technique
Digunakan untuk mengukur
pertimbangan/ keputusan kelompok ahli, mengkaji prioritas dan membuat ramalan.
Menyajikan pengertian untuk mendapatkan opini dari suatu varietas yang luas
dari suatu negara untuk mendapatkan feedback tanpa bertemu secara langsung.
Untuk mengimplementasikan teknik
ini panel harus diidentifikasi. Kuisioner dikembangkan pada topik perhatian.
Meskipun banyak respon terjadi dengan pertanyaan yang bersifat tertutup
biasanya kesempatan kuisioner untuk respon terbuka oleh panelis. Kuisioner
kembali ke peneliti dan hasilnya diringkaskan.
XII. Projektif Teknik
Cara ini didasarkan pada asumsi
bahwa respon individual tidak terstruktur oleh ambiguous situasi ,
merefleksikan sikap, karakteristik personal dan motif individual. Teknik ini lebih
banyak digunakan dalam psikologi dan termasuk juga seperti teknik Rosshock
inkblot tes, machover draw a person test, role play dan teknik bermain..
Teknik merupakan pengukuran data
secara tidak langsung data tidak disukai terjadi secara langsung. Analisa data
dibuat tentang pengertian secara subjektif. Dengan meningkatnya frekuensi
penelitian interdisipliner mereka menggunakan studi keperawatan bisa meningkat.
Teknik ini digunakan perawat dalam penelitian.
XIII. DIARY
Topik yang penting untuk
pengumpulan diary termasuk hubungan pelayanan kesehatan , aktivitas perawatan
diri ( frekuensi dan waktu), cara makan, latihan, perawatan anggota keluarga di
rumah. Meskipun diary dapat digunakan untuk dewasa dapat juga digunakan untuk
anak-anak. Diary merupakan instrumen pengumpulan data secara tertutup. Masalah
yang berhubungan dengan metode diary adalah biaya, kerjasama subjek, kualitas
data dan kompleksitas analisis data. Biaya termasuk waktu wawancara, surat dan
telepon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar