Para peneliti
keperawatan menggunakan hasil penelitian mereka untuk meningkatkan mutu praktik
keperawatan. Para perawat klinik juga peduli terhadap manfaat praktik yang
berdasarkan riset atau berdasarkan fakta/bukti nyata. Dengan adanya riset
keperawatan diharapkan perawat akan mampu melaksanakan tindakan dan membuat
keputusan keperawatan yang spesifik dengan tepat dan sangat efektif sehingga
menghasilkan dampak positif bagi klien.
Penelitian dalam keperawatan dapat mengembangkan dasar
pengetahuan yang lebih baik untuk kemajuan praktik keperawatan. Untuk itu,
sebagian besar sekolah keperawatan, baik untuk program sarjana maupun diploma,
memasukkan materi tentang riset keperawatan dalam kurikulum pendidikan mereka,
sehingga diharapkan sarjana-sarjana muda akan dapat mengembangkan studi-studi
yang relevan, yang membawa pada perbaikan praktik keperawatan dan berkompeten
secara kritis dalam mengamati dan mengevaluasi praktik-praktik keperawatan yang
ada. Namun, perubahan dalam kurikulum tersebut masih belum dapat menciptakan
perubahan pula pada penggunaan hasil riset.
Penggunaan riset dalam keperawatan mulai meningkat
dengan adanya pengakuan bahwa riset itu merupakan suatu fenomena kompleks yang
linear dan kontinyu sehingga menjadi suatu tantangan profesional yang serius.
DEFENISI PENGGUNAAN PENELITIAN
Penggunaan suatu hasil
riset merujuk pada penggunaan beberapa aspek penyelidikan ilmu pengetahuan
dalam suatu pemakaian yang tidak berhubungan dengan penelitian aslinya.
Konsep penggunaan riset adalah :
q istilah
yang lebih khusus dari pengembangan suatu pengetahuan dimana ditempatkan dan
bersifat kontinum (berkelanjutan) untuk menentukan upaya yang mendasari suatu
tindakan khusus pada hasil-hasil riset. Misalnya sederetan studi yang dalam
tahun 1960 dan 1970an tentang waktu penempatan termometer klinik yang optimal
di mulut adalah 9 menit (Nichos dan Verhonick, 1968). Bila perawat merubah
prilaku mereka dengan waktu penempatan yang lebih cepat dari yang
direkomendasikan, hal ini menandakan suatu penggunaan penelitian lebih cepat
dari kontinum tersebut.
q Menurut
Horsley, Crane, Hallo, dan Bingle (1983) :
Penggunaan penelitian
adalah suatu proses yang diarahkan pada pemindahan pengetahuan yang berdasarkan
penelitian khusus kedalam praktek keperawatn melalui penggunaan yang sistematis
dari deretan kegiatan. Tipe penggunaan ini merujuk sebagai penggunaan
instrumental.
q Caplane
dan Rich th.1975:
Penggunaan penelitian
merujuk pada ujung akhir kontinum penggunaan sebagai penggunaan konseptual.
Penggunaan konseptual ini merujuk pada situasi dimana penggunaan penelitian
dipengaruhi dengan pemikiran mereka mengenai suatu isu yang berdasarkan
pengetahuan seseorang atau beberapa orang diantara mereka tetapi tidak
meletakkan pengetahuan ini pada suatu penggunaan yang terdokumentasi secara
khusus.
PENGGUNAAN PENELITIAN DALAM DUNIA
KEPERAWATAN
A. Penggabungan penelitian ke dalam praktek
secara potensial
Proses keperawatan adalah kompleks dan memerlukan
perawat-perawat untuk ikut serta dalam banyak kegiatan pengambilan keputusan.
Kegiatan tersebut adalah 5 fase garis besar proses keperawatan dalam Standar
Praktik Klinis Keperawatan, yang didirikan oleh American Nursing Asociation
(ANA) tahun 1991. Dalam masing-masing fase ini, hasil riset penelitian dapat membantu
perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan keperawatan yang jelas,
solid dan rasional berdasarkan penelitian sehingga penelitian menjadi kunci
penting dalam memperbaiki mutu perawatan perawat dan memperbaiki efisiensi dan
biaya yang harus dikeluarkan.
1) Fase
Pengkajian
Penelitian
dapat mengarah pada cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, apa tipe-tipe informasi yang diperlukan untuk
dikumpulkan, bagaimana menggabungkan bagian-bagian data pengkajian dan
bagaimana memperbaiki ketelitian pengumpulan informasi. Penelitian juga dapat
menolong perawat mengumpulkan informasi
tentang pilihan cara-cara atau bentuk-bentuk klien khusus, keadaan dan
situasi klien. Melalui penelitian, perawat dapat menentukan kelanjutan yang
membentuk hasil informasi yang dapat digunakan sebagai pembanding.
2) Fase
Diagnosa
Berdasarkan
analisa informasi yang dikumpulkan pada fase pengkajian, diharapkan perawat
dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Penelitian dapat berperan penting dalam
menolong perawat dalam membuat diagnosa keperawatan yang lebih teliti dengan
validasi dan etiologi setiap diagnosa terhadap informasi pengkajian yang
dicatat. Penelitian keperawatan juga dapat menolong menentukan frekuensi
kejadian masing-masing karakteristik yang didefinisikan dalam masing-masing
diagnosa. Upaya kontinum dalam bidang ini bermanfaat dalam pengelompokkan
diagnosa keperawatan dan untuk menjernihkan diagnosa keperawatan
3) Fase
Perencanaan
Fase
perencanaan dari proses keperawatan meliputi keputusan-keputusan yang berkenaan
dengan apa tindakan keperawatan atau intervensi yang paling tepat diberikan
untuk setiap diagnosa keperawatan, kepada siapa intervensi keperawatan itu diberikan, dan
pada kondisi seperti apa dapat diimplementasikan. Hasil penelitian berguna
sekali bagi perawat dalam merencanakan perawatan yang menunjukkan intervensi
keperawatan yang sangat spesifik untuk kelompok dengan kultural tertentu dan
karakteristik klien yang berbeda-beda. Penelitian juga dapat menolong perawat-perawat
untuk menilai kesempurnaan rencana perawatan dan membuat keputusan-keputusan
yang lebih informatif mengenai apakah penetapan tujuan/sasaran adalah realistis
dalam situasi tertentu.
4) Fase
Intervensi
Idealnya,
secara profesional, perawat-perawat yang dipercaya masyarakat akan menyusun
segala intervensi keperawatan mereka berdasarkan temuan-temuan riset
penelitian. Misalnya, pertimbangan banyaknya keputusan yang dibuat oleh perawat
shif malam ketika menghadapi klien dengan penyakit terminal. Bagaimana mereka
memutuskan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan sudah tidak berguna lagi
bagi klien tersebut. Kapan waktunya untuk memberitahu keluarga atau dokter.
Pendekatan apa yang mungkin dilakukan pada keluarga. Bagaimana respon dan
ketegangan yang mungkin dirasakan dari pasien lain di Rumah sakit dapat diatasi
dengan tepat. Dokumentasi yang sistematik dari intervensi keperawatan yang
telah ditemukan mempunyai dampak yang diinginkan dan memberikan keuntungan bagi
perawat lain yang mungkin menghadapi situasi yang sama.
5) Fase
Evaluasi
Merupakan
tingkat akhir dari proses keperawatan meliputi evaluasi tingkat perencanaan
yang telah dicapai dan dalam keadaan yang paling efektif biayanya. Penelitian
dapat menolong pendokumentasian sukses atau gagal dalam mencapai berbagai
dampak. Bila terjadi keberhasilan, maka perawat lain berkesempatan untuk melaksanakan
intervensi dalam situasi lain dengan penuh keyakinan. Namun bila rencana belum
berhasil, perawat diarahkan kembali untuk menguji ketelitian pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana, dan
intervensi keperawatan. Informasi demikian dikumpulkan dengan sistematis
sehingga menolong perawat lain dalam menghindari dilema yang sama dan harus
mengarah pada perbaikan asuhan keperawatan.
B. Penggabungan Penelitian ke dalam Praktek
melalui Pencatatan
Sebagaimana
telah dilihat, ada begitu luas potensial dari penggunaan penelitian melalui
proses keperawatan. Akan tetapi, dewasa ini kebanyakan perawat-perawat masih
gagal dalam merealisasikan potensial
hasil riset sebagai dasar untuk membuat keputusan dan mengembangkan
intervensi keperawatan.
Katefian (1975) melaporkan tentang hasil penelitian
keperawatan yang berkembang setelah 5 tahun atau 10 tahun dalam literatur
keperawatan mengenai penempatan temperatur klinik di dalam mulut secara optimal
adalah 9 menit yang dibuktikannya pada
87 orang perawat, namun hanya satu orang yang menggunakan waktu penempatan yang
benar.
Kirchoff (1982) menyelidiki tentang pencegahan
penyakit koroner dengan pembatasan penggunaan air es dan pengukuran temperatur
rektal. Melalui sampel yang didapat secara nasional dari 524 orang perawat yang
merawat secara intensif, ditemukan bahwa hanya 24 % dari perawat yang telah
menghentikan penggunaan air es dan 35 % yang menghentikan pengukuran temperatur
rektal.
Coyle
dan Sokop (1960) mempelajari penerapan 14 hasil riset yang telah dilaporkan
dalam literatur keperawatan pada perawat praktek. Sebagai sampel, dipilih
secara acak 113 perawat praktek dalam 10 rumah sakit di California Utara.
Dengan menggunakan skema yang direkomendasikan oleh Brett ( 1987), hasil
penelitian dikategorikan menurut tingkat pemakaiannya. Hanya 1 dari 14 studi
yang menunjukkan tingkat penerapan penggunaan hasil riset yang teratur, 6 studi
tersebut berada dalam tingkat kepercayaan menunjukkan bahwa perawat-perawat
mengetahui bahwa inovasi tersebut harus dimasukkan dalam praktek keperawatan
tetapi pelaksanaan praktek tetap berdasarkan keputusan mereka sendiri.
Tabel berikut menguraikan
4 dari 14 inovasi keperawatan, 1 contoh untuk masing-masing 4 tingkat
penerapan.
Tingkat
|
Inovasi
dalam Keperawatan
|
Sadar
(%)
|
Meyakini
(%)
|
kadang-kadang
menggunakan
(%)
|
selalu
menggunakan
(%)
|
1. Menyadari
|
Menghilangkan laktosa dari rumus
pemberian diet melalui selang pada pasien dewasa dapat meminimalkan diare,
distensi, flatus, dan kembung dan mungurangi muntah. ( Horsley,Crane dan Halley,1981)
|
38
|
36
|
13
|
19
|
2. Meyakini
|
Monitoring temperatur mulut yang
teliti dapat dicapai pada pasien yang menerima terapi O2 dengan
menggunakan termometer listrik yang ditempatkan dibawah lidah (Iin-Levy,
1982)
|
68
|
55
|
35
|
293.
|
3.Kadang-kadang
menggunakan
|
Secara formal merencanakan dan
membuat struktur pendidikan program pre operatif mendahului bedah elektif
menghasilkan perbaikan terhadap dampak pasien. (King dan Tarsitano, 1982)
|
83
|
81
|
48
|
23
|
4.Penggunaan
secara teratur.
|
Sistem steril yang tertutup dari
drainase urinari adalah efektif dalam mempertahankan kesterilan urin pada
pasien yang ditandai untuk kurang dari 2 minggu: kontinuitas dari sistem
drainase tertutup harus dipertahankan selama pengaliran, prosedur sampling
dan pemindahan pasien. (Horsley, Crane, Haller dan Bingle, 1981).
|
94
|
91
|
84
|
6
|
Rutledge, Greene, Mooney,
Nail dan Ropka (1996) mempelajari kelanjutan dari staf perawat onkologi dalam
menerapkan 8 praktek yang berdasarkan penelitian. Lebih dari 1000 perawat telah
disurvey dan peneliti menemukan bahwa tingkat kesadaran sangat tinggi dengan
angka 53 % - 96 % dari perawat-perawat onkologi yang melaporkan tingkat kesadarannya
pada 8 praktek tersebut.
C. Usaha untuk Memperbaiki Penggunaan Hasil
Riset
Dalam bagian ini diuraikan dengan ringkas beberapa
proyek-proyek formal yang telah dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut.
- Proyek WICHE (Western Interstate Commision for Higher Education)
Merupakan program regional
untuk pengembangan penelitian keperawatan. Proyek 6 tahun tersebut didirikan
oleh divisi keperawatan dari Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan
A.S, mempunyai tujuan mempelajari kelayakan peningkatan kegiatan penelitian
keperawatan melalui kegiatan kerjasama regional.
3 kegiatan utama proyek
ini adalah:
- Riset yang bekerjasama dan tidak mempunyai target, (membawa perawat-perawat untuk mendisain studi berdasarkan pada masalah-masalah keperawatan yang saling diidentifikasi.)
- Riset yang bekerjasama dan mempunyai target (studi bertingkat dalam kedudukan yang berbeda untuk mempelajari suatu konsep khusus yaitu mutu Asuhan Keperawatan)
- Penggunaan penelitian.
Tim
proyek memperagakan penggunaan penelitian sebagai bagian dari 5 fase sumber
yang berkaitan dengan model. Dalam model ini perawat-perawat berfungsi sebagai
agen perubahan organisasi yang dapat menyediakan suatu kaitan antara penelitian
dan praktek., melalui suatu sistem penunjang (contohnya workshop, konfrensi,
dan konsultasi-konsultasi), perawat peserta menggunakan hasil penelitian untuk
memecahkan masalah-masalah yang diidentifikasi dalam praktek keperawatan.
Perawat
yang berpartisipasi dalam proyek WICHE berkesempatan untuk menentukan masalah
yang memerlukan penyelesaian yang berdasarkan penelitian untuk menyumbangkan
keterampilan dalam membaca dan mengevaluasi penelitian untuk digunakan dalam
praktek. Mereka juga membuat rencana terperinci untuk memperkenalkan
inovasi-inovasi penelitian kedalam penetapan praktek klinis. Laporan terakhir
menunjukkan bahwa proyek ini telah berhasil dalam meningkatkan penggunaan
penelitian, tetapi juga terdapat suatu kendala.
- Proyek CURN (The Conduct and Utilization of Reasearch in Nursing)
Merupakan proyek
penggunaan penelitian yang paling terkenal. Proyek pengembangan 5 tahun ini
dihadiahkan pada asosiasi keperawatan Michigan oleh divisi keperawatan.. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan penggunaan temuan-temuan penelitian dalam praktik
sehari-hari, memfasilitasi perubahan organisasi yang dibutuhkan untuk menerapkan
inovasi dan penghargaan pengabdian penelitian yang bersifat kebersamaan yang
mempunyai revalensi dengan praktek keperawatan.
Kegiatan proyek CURN
antara lain:
¨
Merangsang pelaksanaan penelitian dalam
ketetapan klinis
¨
Menolong perawat untuk menggunakan temuan
penelitian dalam praktek mereka
6
Fase proses penggunaan penelitian ( Horsley, Crane, Crabtree dan Wood, 1983):
- Identifikasi masalah-masalah praktik yang memerlukan pemecahan dan pengkajian dasar riset yang terpakai / valid untuk digunakan dalam praktek keperawatan.
- Evaluasi relevansi pengetahuan yang berdasarkan penelitian sebagai yang dipakai untuk identifikasi masalah klinis, nilai-nilai organisasi, kebijaksanaan, potensial biaya dan keuntungannya.
- Merancang suatu inovasi praktik keperawatan yang ditujukan pada masalah –masalah klinis tetapi tidak mencapai batas ilmu pengetahuan dari dasar penelitian itu.
- Percobaan klinis dan evaluasi dari inovasi dalam penerapan praktik
- Pembuatan keputusan untuk menerapkan, merevisi atau menolak inovasi iitu.
- Membuat strategi-strategi untuk memperluas inovasi pada ketetapan yang tepat guna lainnya.
Tim
proyek CURN menyimpulkan bahwa penggunaan penelitian pada perawat-perawat
praktik adalah layak, tetapi hanya jika penelitian itu relevan dengan praktik
dan jika hasil-hasilnya disebarkan secara luas.
3. Proyek-proyek
penggunaan penelitian lainnya.
¨
Proyek RARIN
Dirancang
untuk memfasilitasi pengalihan informasi keperawatan yang relevan secara klinis
pada praktek keperawatan
¨
Proyek OCRUN
Proyek ini
mengembangkan jaringan regional dari 20 organisasi pelayanan keperawatan dan 6
institusi lembaga akademik. Proyek ini mempengaruhi secara lengkap setiap
organisasi yang berpartisipasi dalam penggunaan dan dampak inovasi penelitian.
HAMBATAN UNTUK PENGGUNAAN PENELITIAN KEPERAWATAN
Hambatan ini secara
luas dapat dikelompokkan dalam 4 kategori berdasarkan sifat dari
hambatan-hambatan tersebut, yaitu:
- Karekteristik Riset
Banyak
studi melaporkan dalam literatur keperawatan bahwa tidak mudah memasukkan
temuan penelitian dalam praktek keperawatan. Hal ini disebabkan adanya berbagai
kesalahan dalam rancangan penelitian yang mempengaruhi hasil penelitian,
misalnya dalam pemilihan sampel, instrumen pengumpulan data, atau analisis data
sering memunculkan pertanyaan tentang ketepatan dan generalisasi riset itu.
Dengan
demikian hambatan penggunaan penelitian oleh perawat praktek adalah bahwa untuk
banyak masalah, suatu dasar yang valid dipercaya dan menggeneralisasikan
hasil-hasil studi belum lagi dikembangkan.
Bila
dilakukan pengujian secara berulang-ulang terhadap suatu hipotesa dalam
kedudukan yang berbeda dan dengan tipe subjek yang berbeda menghasilkan hasil
yang sama, maka studi tersebut menjadi lebih diyakini kebenarannya.
Studi
yang terpisah hampir tak pernah memberikan suatu dasar yang cukup untuk membuat
perubahan dalam praktek keperawatan. Jadi hambatan lainnya dalam penggunaan
penelitian adalah kelangkaan replikasi ( penggandaan) laporan studi.
- Karakteristik perawat
Perawat-perawat
sebagai individu mempunyai beberapa sifat yang dapat merintangi masuknya temuan
penelitian ke dalam praktek keperawatan. Mungkin yang paling menonjol adalah
persiapan pendidikan perawat (Ners).
Sebagian
besar perawat praktek menamatkan diploma atau tingkat yang sesuai, belum
menerima pengajaran formal dalam penelitian, sehingga mereka kekurangan keterampilan dalam memutuskan
suatu keunggulan proyek pengetahuan. Dalam suatu survey dari 600 perawat di
Inggris, 93 % dilaporkan memiliki keterampilan yang tidak memuaskan ( Pearcey,
1995)
Champion
dan Leach (1989) menemukan bahwa sikap perawat terhadap penelitian sangat kuat
terhadap penggunaan penelitian. Khusus tentang metode riset secara khusus
ditawarkan pada program sarjan muda keperawatan, tetapi umumnya belum ada
perhatian yang cukup dalam penggunaan penelitian dalam praktek.
Hambatan
lainnya adalah suatu sifat yang telah menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk
diubah. Perubahan memerlukan upaya pelatihan kembali dan penyusunan kebiasaan
kerja seseorang.
- Karekteristik Organisasi
Iklim
organisasi yang tidak kondusif mempengaruhi penggunaan penelitian. Untuk
mengubah suatu tradisi lama dan menerima praktek baru berdasarkan hasil riset
yang inovatif memerlukan suatu semangat keseriusan dan harus ada keterbukaan.
Biasanya organisasi gagal dalam memotivasi atau menghargai perawat dalam
mencari cara menerapkan temuan tepat guna kedalam praktek mereka karena
organisasi, misalnya R.S, Klinik, dll telah menetapkan protokol tertulis atau
prosedur yang kaku dalam mengarahkan praktek keperawatan.
Dalam
survey nasional yang meliputi hampir 1000 perawat klinis, salah satu hambatan
terbesar penggunaan riset adalah tidak cukupnya waktu pada pekerjaan untuk
menerapkan ide-ide baru, yang telah dilaporkan sebagai hambatan yang besar oleh
kira-kira 75 % sampel. (Furk, Champagne, Wiese dan Tornquist, 1991)
Akhirnya,
organisasi mungkin enggan untuk memberikan sumber yang diperlukan untuk mencoba
proyek penggunaan penelitian atau untuk menerapkan perubahan pada kebijaksanaan
organisasi. Selain itu perlu organisasi
menggunakan konsultan dari luar organisasi yang berguna untuk menentukan
waktu staf merilis/menerangkan temuan riset, untuk tinjauan administrasi, untuk
mengevaluasi pengaruh dari inovasi dan sebagainya. Hal ini tentunya membutuhkan
biaya, dan kelangkaan sumber-sumber tersebut tentusaja menjadi hambatan pada
penggunaan penelitian.
- Karakteristik Profesi Keperawatan
¨
Cendrung terjadi pada keadaan profesi
keperawatan masyarakat negara-negara barat.
¨
Sulitnya interaksi antara peneliti dengan
petugas-petugas klinik karena latar belakang kedudukan dan perhatian
profesional yang berbeda
¨
Kurangnya komunikasi antara perawat praktek dan
peneliti dapat menjadi masalah, dimana sebagian besar perawat tidak membaca
jurnal-jurnal penelitian dan jarang menghadiri konfrensi-konfrensi profesional
dimana hasil-hasil penelitian dilaporkan
CARA-CARA UNTUK MENINGKATKAN PENGGUNAAN RISET
Dalam bagian ini,
kita mendiskusikan strategi pemanfaatan riset dimana berbagai segmen komunitas
keperawatan dapat menggunakannya.
A.
Strategi untuk peneliti
Tanggung jawab
pemanfaatan riset berada di tangan peneliti. Beberapa strategi dapat dilakukan
oleh peneliti dalam usaha penggunaan hasil penelitian mereka. Yaitu, sebagai
berikut:
·
Lakukan riset berkualitas. Mutu studi keperawatan telah meningkat secara dramatis pada
dua dekade terakhir, tetapi banyak kemajuan tertinggal untuk dibuat. Kekurangan
perencanaan sampling merupakan salah satu kelemahan studi keperawatan. Jika
suatu studi didasarkan pada suatu golongan yang tidak mewakili 50 subjek,
kemudian usaha pemanfaatan berdasar pada penemuan studi tersebut, jelas akan
tidak sesuai
·
Lakukan
hasil riset yang relevan. Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dasar tentang
keefektifan dan kemanjuran intervensi. Mereka mendisain riset dengan
menitikberatkan pada intervensi; populasi klien; konteks dan keadaan di mana
intervensi dapat diterapkan dengan adequat; dan efek yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari intervensi tersebut.
Dengan kata lain, peneliti dapat menunjuk masalah klinis sedemikian rupa sehingga
potensi pemanfaatan studi dapat ditingkatkan.
·
Replikasi. Sangat penting
menerbitkan hasil replikasi walaupun sama halnya dengan riset terdahulu. Jurnal
ilmu perawatan klinis riset telah dengan tegas mencatat tujuannya untuk
menerbitkan hasil replikasi studi ( Hayes,1993).
·
Bekerja sama dengan praktisi. Perawat klinis lebih tertarik jika riset dilakukan sesuai
dengan kbtuhan perawatan. Peneliti perlu bertukar pikiran dan melibatkan
perawat kilinik dalam masalah penelitian. Perawat yang terlibat aktivitas riset
menunjukkan sikap positif dalam penggunaan hasil riset di klinik.
·
Dipublikasikan dengan agresif. Jika peneliti gagal mengkomunikasikan hasil suatu riset maka
tidak pernah akan digunakan oleh perawat praktek. Peneliti harus menemukan cara
mengkomunikasikan hasil riset. Peneliti perlu menyampaikan naskah mereka untuk
minimal dua atau tiga jurnal.
·
Disebarluaskan. Tanggung
jawab peneliti tidak berhenti saat artikel telah diterima untuk penerbitan.
Kebanyakan perawat membaca hanya satu atau dua jurnal profesional, maka seorang
peneliti yang sungguh-sungguh berkeinginan hasil risetnya dikenal komunitas
keperawatan, sering menerbitkan studi dalam beberapa jurnal. Dari sudut pandang
pemanfaatan untuk peneliti, melaporkan hasil riset dalam jurnal khusus lebih
mungkin dibaca oleh perawat praktek dibanding riset dalam jurnal keperawatan.
Peneliti juga bisa menyebarkan hasil riset pada konferensi, workshop yang dihadiri
oleh perawat klinis.
·
Komunikasikan dengan jelas. Sedapat mungkin peneliti menghindari kosakata sulit,
membuat defenisi yang jelas, menyusun tabel dengan teliti agar hasil riset
dapat dipahami oleh semua tingkat pembaca.
·
Sarankan keterlibatan klinis. Peneliti perlu menyarankan bagaimana hasil riset mereka
dapat digunakan oleh praktek keperawatan: Bagaimana staff keperawatan
menerapkan hasil riset.
B.
Strategi untuk Sarjana Dan Pendidik
Beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh riset nonacademic
juga oleh pendidik adalah sebagai berikut:
·
Sertakan riset ke dalam kurikulum. Hasil riset seharusnya terintegrasi dalam kurikulum. Ketika
riset tidak relevan, instruktur dapat mencatat ketiadaaan bukti empiris yang
mendukung teknik, yang dapat merangsang minat siswa akan riset berdasarkan
verifikasi.
·
Dorong riset dan pemanfaatan riset. Apakah sebagai role model bagi para siswa dengan mendiskusikan
riset mereka sendiri atau dengan jelas menunjukkan sikap positif ke arah riset
dan penggunaannya dalam keperawatan. Instruktur dapat juga mendorong para siswa
untuk menjadi konsumen yang lebih baik terhadap riset keperawatan, riset mereka
sendiri, atau untuk mengembangkan suatu rencana untuk suatu proyek pemanfaatan.
·
Siapkan review integratif. Ketika review integratif mengambil format metaanalisa,
yang mempengaruhi penggunaan prosedur statistik untuk mengintegrasikan penemuan,
peneliti perlu hati-hati menterjemahkan hasil tersebut ke dalam terminologi
klinis. Review integratif idealnya menyimpulkan dengan beberapa statemen kuat
tentang implikasi badan riset untuk praktek keperawatan. Sebagai contoh, Beyea
dan Nicoll ( 1995) mengerjakan suatu review riset kritis pada administrasi
pengobatan suntikan intramuscular, dengan tujuan pengembangan protokol praktek
klinis.
·
Tuntutan terhadap peneliti. Fakultas sering diminta menjadi penulis resensi penelitian
dan laporan tanpa nama. Penulis resensi proposal menuntut peneliti menunjukkan
potensi studi yang diusulkan untuk kegunaan praktek dan peneliti juga harus
mempunyai rencana untuk penyebarluasan atau pemanfaatan.
C. Strategi untuk Perawat Praktek dan Para
siswa perawat
Perawat individu dapat terlibat dalam pemanfaatan
konseptual. Oleh karena itu, tiap-tiap perawat mempunyai sebuah peran yang
penting dalam memanfaatkan riset keperawatan.
·
Banyak membaca dan kritis. Perawat profesional melanjutkan pendidikan secara berkesinambungan dengan
mengikuti perkembangan di bidangnya. Perawat perlu membaca jurnal yang
berkenaan dengan keahlian khusus mereka, mencakup laporan riset yang mereka
lakukan. Brett'S ( 1987) studi konfirmasi pentingnya membaca. Penemuannya
mengungkapkan bahwa perawat yang
menghabiskan setiap minggu membaca jurnal profesional lebih mungkin untuk
mengadopsi riset berdasar inovasi dibanding perawat yang jarang membaca.
·
Hadiri konferensi profesional. Banyak konferensi keperawatan mempresentasikan studi yang
mempunyai keterkaitan klinis. Lebih baik menghadiri presentasi riset pada suatu
konferensi daripada membaca laporan riset sebab peserta konferensi lebih cepat memperoleh
informasi dibanding mereka yang menunggu untuk membaca suatu jurnal. Lagipula,
mereka yang menghadiri suatu konferensi dapat bertemu langsung dengan peneliti dan
dapat bertanya tentang implikasi
praktek. Brett'S ( 1987) studi pemanfaatan mengungkapkan suatu hubungan hal
positif antara menghadiri konferensi keperawatan dan tingkat pengadopsian
inovasi. Beberapa rumah sakit dan institusi lain menawarkan gaji untuk membayar
ongkos menghadiri konferensi seperti itu.
·
Belajar mengharapkan bukti bahwa suatu prosedur adalah
efektif. Setiap kali perawat atau para
siswa ilmu perawatan diberitahu tentang standard yang prosedur perawatan,
mereka berhak bertanya: Mengapa?. Perawat harus mengembangkan harapan bahwa
keputusan yang mereka buat dalam praktek klinis didasarkan pada pemikiran rasional.
·
Cari lingkungan yang mendukung pemanfaatan riset. Keterbukaan organisasi berbeda terhadap pemanfaatan riset
sehingga perawat akan mendasarkan praktek mereka pada riset yang mengontrol
kerja mereka. Jika organisasi merasa perawat itu mendasarkan kerja mereka pada faktor suasana
organisatoris mengenai riset, akan ada beberapa tekanan untuk mendukung
pemanfaatan riset.
·
Terlibat
dalam klub jurnal. Banyak organisasi mempekerjakan perawat sponsor jurnal
yang bertemu secara teratur untuk meninjau ulang artikel riset yang mempunyai
keterkaitan potensial untuk praktek. Biasanya, anggota bergiliran meninjau
ulang dan dengan kritis menilai suatu studi dan mempresentasikan kepada anggota
klub. Jika tidak ada klub, mungkin akan bekerja bersama organisasi untuk
memulainya (se., e.g., Tibbles&
Sanford, 1994). Dengan demikian tanggung jawab untuk menyebarkan penelitian dapat
dilakukan bersama praktisi.
·
Bekerja sama dengan perawat peneliti. Kerja sama yang sebelumnya kita sebut sebagai strategi
untuk perawat peneliti, adalah jalan dua arah. Perawat praktek yang sudah
mengenali suatu masalah klinis, dan kekurangan solusi serta ketrampilan
metodologi untuk melakukan suatu studi perlu mempertimbangkan suatu hubungan
kerja sama dengan suatu perawat peneliti lokal.
·
Mengikuti dan berpartisipasi dalam proyek pemanfaatan
kelembagaan. Kadang-kadang, gagasan proyek pemanfaatan datang dari perawat
staff. Walaupun proyek pemanfaatan besar-besaran memerlukan dukungan
administratif dan organisatoris, perawat individu atau kelompok perawat dapat
mengusulkan proyek seperti itu kepada departemen keperawatan.
·
Mengikuti proyek pemanfaatan pribadi yang sesuai. Tidak semua penemuan penelitian memerlukan komitmen
organisasi atau kebijakan direktif. Sebagai contoh, suatu studi mungkin
mengungkapkan bahwa kepercayaan kesehatan kelompok imigran berbeda dari kelompok
budaya asli, dan ini bisa menuntun perawat meminta beberapa pertanyaan tambahan
secara informal kepada klien. Jika perawat menemukan informasi yang relevan dan
menarik kesimpulan pertanyaan tambahan ini, mungkin bisa direkomendasikan
kepada administrasi proyek pemanfaatan yang lebih formal, yang mungkin
melibatkan perubahan kepada protokol penilaian yang baku. Tentu saja, tidak
semua temuan riset bersedia menerima nasehat.
D. Strategi untuk Administrator
Dalam survei nasional, responden memandang " penambahan
dorongan dan dukungan administratif" sebagai alat paling efektif yang memudahkan
pemanfaatan riset.
· Membantu
perkembangan suasana keingintahuan intelektual. Jika banyak oposisi dan kekakuan administratif untuk berubah,
minat staff akan pemanfaatan riset akan menurun. Administrator dapat mendorong
pembacaan dan berpikir kritis tentang tantangan yang dihadapi perawat praktek. Komunikasi
terbuka penting agar staff perawat mengungkapkan bahwa permasalahan dan
pengalaman mereka adalah penting dan administrator akan mempertimbangkan solusi
yang inovatif.
·
Menawarkan
dukungan moral dan emosional. Administrator harus mendukung dengan penetapan komite
pemanfaatan riset, dengan membantu mengembangkan klub jurnal riset, dan
seterusnya.
·
Menawarkan dukungan
keuangan atau sumber daya untuk pemanfaatan. Proyek pemanfaatan memerlukan beberapa sumber
daya, walaupun permintaan sumber daya mungkin tidak besar. Sumber daya
diperlukan waktu pelepasan perawat yang terlibat dalam proyek pemanfaatan, untuk
konsultasi di luar, untuk persediaan dan waktu komputer, untuk pendaftaran
konferensi, dan seterusnya.
·
Usaha
penghargaan untuk pemanfaatan. Adminstrator menggunakan sejumlah ukuran-ukuran
berbeda dalam mengevaluasi perawatan Walaupun pemanfaatan riset tidak harus
suatu ukuran utama untuk mengevaluasi suatu pencapaian perawat, masukannya mempunyai
dampak besar pada perilaku perawat.
PROSES PEMANFAATAN DAN
UKURAN-UKURAN UNTUK PEMANFAATAN
Sejumlah model berbeda
pemanfaatan riset telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Model ini
merancang pemanfaatan suatu praktek. Salah satunya adalah Model Stetler untuk
Pemanfaatan Riset ( Stetler, 1994), yang melibatkan enam tahap aktivitas (persiapan,
pengesahan, komparatip evaluasi, pengambilan keputusan, translation/application,
dan evaluasi). Model lain, Model riset Iowa dalam praktek ( Titler et al.,
1994), melibatkan serangkaian aktivitas dengan dua keputusan kritis: (1)
memutuskan apakah suatu riset cukup mendasar untuk pemanfaatan dan (2)
memutuskan apakah perubahan sesuai dengan adopsi dalam praktek.
A. Pendekatan
pemanfaatan riset
Satu
pendekatan ke pemanfaatan ditunjukkan oleh gambar 26-1 alur A, mulai dengan
identifikasi suatu masalah klinis yang memerlukan solusi.
Saat
masalah klinis telah dikenali, langkah yang berikutnya adalah pencarian literatur
yang relevan untuk menentukan apakah perawat peneliti sudah menuju masalah
riset. Jika tidak ada dasar riset yang berhubungan dengan masalah yang
dikenali, ada dua pilihan untuk usaha pemanfaatan: (1) meninggalkan masalah yang
asli dan memilih suatu alternatif; atau ( 2) mempertimbangkan mengganti topik.
Pendekatan yang kedua dapat dilihat pada alur B dalam gambar 26-1, hampir
sama dengan yang pertama. Perbedaannya pada titik awal. Di sini, proses mulai
dengan riset literatur. Pemanfaatan riset muncul sebagai hasil diskusi di dalam
suatu jurnal. Jika ditemukan bahwa dasar riset tidaklah relevan secara klinis,
langkah berikutnya melibatkan pembacaan lebih lanjut dan meninjau ulang literatur riset.
B. Kriteria Pemanfaatan
1.
Keterkaitan Klinis
Apakah masalah dan solusi nya mempunyai tingkat keterkaitan
klinis. Apakah suatu permasalahan keperawatan akan terselesaikan oleh
intervensi baru.
Lima pertanyaan yang berkenaan dengan keterkaitan klinis,
ditunjukkan Box 26-1, dapat diaplikasikan pada laporan riset. Menurut Tanner (1987),
dari siapa pertanyaan ini telah diadaptasikan, jika jawaban ya ke lima
pertanyaan, maka riset dapat dilanjutkan karena bermanfaat dalam praktek. Jika jawaban
semua pertanyaan adalah negatif, berarti prospek keterkaitan klinis kecil.
Box 26-1
Kriteria Evaluasi Keterkaitan Klinis Dari Riset
1. Apakah riset berpotensi
menyelesaikan masalah yang sekarang ini dihadapi oleh praktisi?
2. Apakah riset berpotensi membantu pengambilan
keputusan klinis berkenaan dengan
( a) pengamatan yang
sesuai,
( b)
mengidentifikasi resiko klien atau kesulitan, atau
( c) pemilihan
suatu intervensi yangsesuai?
3. Apakah secara klinis dalil teoritis yang diuji
oleh riset telah relevan?
4. Jika riset melibatkan suatu intervensi, apakah
intervensi berpotensial untuk diimplementasi dalam praktek klinis? Apakah
perawat mempunyai kendali intervensi?
5. Apakah
ukuran yang digunakan studi dapat digunakan juga di praktek klinis?
Adaptasi dari Tanner, C.A. (1987). Evaluating research for use in
practice: Guideline for the clinician. Heart & Lung, 16, 424-430
2.
Manfaat Ilmiah
Suatu
riset yang dihasilkan harus akurat, dapat dipercaya, dan dapat digeneralisasi. Riset
yang digunakan sebaiknya telah melalui replikasi yang berulang.
Sebagai contoh, beberapa perawat peneliti sudah menyelidiki
penggunaan sentuhan terapeutik untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan
kesehatan secara psikologis. Studi ini dapat dimanfaatkan karena telah melalui
banyak penelitian dan bermanfaat bagi klien.
3.
Potensi
Implementasi
Ketika
suatu masalah mempunyai arti klinis dan memiliki dasar pengetahuan harus pula dipertimbangkan
potensi implementasinya:
Transferabilitas. Masalah utama di sini adalah pertanyaan apakah mencoba
inovasi baru akan membawa kebaikan dalam praktek?.
Kelayakan. Dalam
hal ini pertanyaan ditujukan pada ketersediaan sumber daya, ketersediaan
mengorganisir, suasana yang organisatoris, kebutuhan dan ketersediaan bantuan
eksternal, dan potensi untuk evaluasi klinis. Pertanyaan pentingnya adalah
apakah perawat akan mengendalikan inovasi ( mengendalikan variabel bebas).
Harga/rasio manfaat.
Pemanfaatan suatu riset juga mesti dinilai manfaat /resiko, biayanya pada berbagai
kelompok, mencakup klien, organisasi secara keseluruhan, dan bahkan profesi keperawatan
secara keseluruhan. Faktor yang paling utama adalah klien.
CONTOH RISET
Tabel 26-2 contoh proyek pemanfaatan riset
|
||
Inovasi
|
Hasil proyek pemanfaatan
|
kutipan
|
Penggunaan larutan saline
sebagai pengganti heparinized untuk
pasien orang dewasa
|
tiga rumah sakit yang sebelumnya menggunakan heparin menerapkan
secara penuh riset tersebut
|
|
alternatif untuk menggunakan
pengekangan
|
Mengurangi penggunaan
pengekangan untuk pasien di dua klinik
dan dua unit LSM
|
|
Kaidah pemilihan jarum untuk
therapy IV periferal
|
prosedur keperawatan untuk memilih
jarum berubah: 25% penghematan biaya
|
|
protokol perawatan kulit
|
protokol untuk perawatan ulkus dengan
sukses yang diterapkan
|
|
Box 26-2 Kriteria Evaluasi
Potensi Implementasi suatu Inovasi Di bawah Penelitian dengan cermat
Transferabilitas
Temuan
1. Apakah Inovasi
" cocok" dalam pengaturan yang diusulkan?
2. Bagaimana persamaan
populasi target dalam riset dengan pengaturan yang baru?
3. Apakah filosofi
yang mendasari inovasi berbeda dari filosofi yang berlaku di praktek
4. Apakah klien mendapat
manfaat dari inovasi.
5. Akankah inovasi
terlalu lama untuk menerapkan dan mengevaluasi?
Kelayakan
1. Akankah perawat
mempunyai kebebasan untuk menyelesaikan inovasi?
2. Akankah
implementasi inovasi bertentangan dengan fungsi-fungsi staf sekarang?
3. Apakah administrasi
mendukung inovasi?
4. Seluas apa implementasi
inovasi menyebabkan friksi di dalam organisasi?
5. Apakah
ketrampilan diperlukan untuk membawa manfaat riset pada staf perawat?
6. Apakah organisasi
mempunyai peralatan dan fasilitas penting bagi inovasi?
7. Apakah sesuai evaluasi
klinis terhadap inovasi
Cost/Benefit Perbandingan
Inovasi
1. Apakah faktor resiko
klien yang akan diekspos sepanjang implementasi
inovasi?
2. Apakah manfaat
yang potensial dari implementasi inovasi?
3. Apakah] resiko
memelihara praktek sekarang (tidak ikut inovasi)
4. Bagaimana biaya
pemanfaatan riset?
5. Bagaimana biaya
penerapan inovasi?
6. Bagaimanapotensi nonmaterial
penerapan inovasi kepada ?
7. Apakah keuntungan-keuntungan
nonmaterial yang potensial dalam penerapan inovasi ?
A.Pendekatan Identifikasi Masalah
Tidak Tidak
ya ya ya
|
|
||||||||
Ya tidak
|
||||
tidak
B.Pendekatan literatur riset
Gambar 26-1. suatu model untuk pemanfaatan riset
PEMANFAATAN RISET KEPERAWATAN
Para peneliti
keperawatan menggunakan hasil penelitian mereka untuk meningkatkan mutu praktik
keperawatan. Para perawat klinik juga peduli terhadap manfaat praktik yang
berdasarkan riset atau berdasarkan fakta/bukti nyata. Dengan adanya riset
keperawatan diharapkan perawat akan mampu melaksanakan tindakan dan membuat
keputusan keperawatan yang spesifik dengan tepat dan sangat efektif sehingga
menghasilkan dampak positif bagi klien.
Penelitian dalam keperawatan dapat mengembangkan dasar
pengetahuan yang lebih baik untuk kemajuan praktik keperawatan. Untuk itu,
sebagian besar sekolah keperawatan, baik untuk program sarjana maupun diploma,
memasukkan materi tentang riset keperawatan dalam kurikulum pendidikan mereka,
sehingga diharapkan sarjana-sarjana muda akan dapat mengembangkan studi-studi
yang relevan, yang membawa pada perbaikan praktik keperawatan dan berkompeten
secara kritis dalam mengamati dan mengevaluasi praktik-praktik keperawatan yang
ada. Namun, perubahan dalam kurikulum tersebut masih belum dapat menciptakan
perubahan pula pada penggunaan hasil riset.
Penggunaan riset dalam keperawatan mulai meningkat
dengan adanya pengakuan bahwa riset itu merupakan suatu fenomena kompleks yang
linear dan kontinyu sehingga menjadi suatu tantangan profesional yang serius.
DEFENISI PENGGUNAAN PENELITIAN
Penggunaan suatu hasil
riset merujuk pada penggunaan beberapa aspek penyelidikan ilmu pengetahuan
dalam suatu pemakaian yang tidak berhubungan dengan penelitian aslinya.
Konsep penggunaan riset adalah :
q istilah
yang lebih khusus dari pengembangan suatu pengetahuan dimana ditempatkan dan
bersifat kontinum (berkelanjutan) untuk menentukan upaya yang mendasari suatu
tindakan khusus pada hasil-hasil riset. Misalnya sederetan studi yang dalam
tahun 1960 dan 1970an tentang waktu penempatan termometer klinik yang optimal
di mulut adalah 9 menit (Nichos dan Verhonick, 1968). Bila perawat merubah
prilaku mereka dengan waktu penempatan yang lebih cepat dari yang
direkomendasikan, hal ini menandakan suatu penggunaan penelitian lebih cepat
dari kontinum tersebut.
q Menurut
Horsley, Crane, Hallo, dan Bingle (1983) :
Penggunaan penelitian
adalah suatu proses yang diarahkan pada pemindahan pengetahuan yang berdasarkan
penelitian khusus kedalam praktek keperawatn melalui penggunaan yang sistematis
dari deretan kegiatan. Tipe penggunaan ini merujuk sebagai penggunaan
instrumental.
q Caplane
dan Rich th.1975:
Penggunaan penelitian
merujuk pada ujung akhir kontinum penggunaan sebagai penggunaan konseptual.
Penggunaan konseptual ini merujuk pada situasi dimana penggunaan penelitian
dipengaruhi dengan pemikiran mereka mengenai suatu isu yang berdasarkan
pengetahuan seseorang atau beberapa orang diantara mereka tetapi tidak
meletakkan pengetahuan ini pada suatu penggunaan yang terdokumentasi secara
khusus.
PENGGUNAAN PENELITIAN DALAM DUNIA
KEPERAWATAN
A. Penggabungan penelitian ke dalam praktek
secara potensial
Proses keperawatan adalah kompleks dan memerlukan
perawat-perawat untuk ikut serta dalam banyak kegiatan pengambilan keputusan.
Kegiatan tersebut adalah 5 fase garis besar proses keperawatan dalam Standar
Praktik Klinis Keperawatan, yang didirikan oleh American Nursing Asociation
(ANA) tahun 1991. Dalam masing-masing fase ini, hasil riset penelitian dapat membantu
perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan keperawatan yang jelas,
solid dan rasional berdasarkan penelitian sehingga penelitian menjadi kunci
penting dalam memperbaiki mutu perawatan perawat dan memperbaiki efisiensi dan
biaya yang harus dikeluarkan.
1) Fase
Pengkajian
Penelitian
dapat mengarah pada cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, apa tipe-tipe informasi yang diperlukan untuk
dikumpulkan, bagaimana menggabungkan bagian-bagian data pengkajian dan
bagaimana memperbaiki ketelitian pengumpulan informasi. Penelitian juga dapat
menolong perawat mengumpulkan informasi
tentang pilihan cara-cara atau bentuk-bentuk klien khusus, keadaan dan
situasi klien. Melalui penelitian, perawat dapat menentukan kelanjutan yang
membentuk hasil informasi yang dapat digunakan sebagai pembanding.
2) Fase
Diagnosa
Berdasarkan
analisa informasi yang dikumpulkan pada fase pengkajian, diharapkan perawat
dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Penelitian dapat berperan penting dalam
menolong perawat dalam membuat diagnosa keperawatan yang lebih teliti dengan
validasi dan etiologi setiap diagnosa terhadap informasi pengkajian yang
dicatat. Penelitian keperawatan juga dapat menolong menentukan frekuensi
kejadian masing-masing karakteristik yang didefinisikan dalam masing-masing
diagnosa. Upaya kontinum dalam bidang ini bermanfaat dalam pengelompokkan
diagnosa keperawatan dan untuk menjernihkan diagnosa keperawatan
3) Fase
Perencanaan
Fase
perencanaan dari proses keperawatan meliputi keputusan-keputusan yang berkenaan
dengan apa tindakan keperawatan atau intervensi yang paling tepat diberikan
untuk setiap diagnosa keperawatan, kepada siapa intervensi keperawatan itu diberikan, dan
pada kondisi seperti apa dapat diimplementasikan. Hasil penelitian berguna
sekali bagi perawat dalam merencanakan perawatan yang menunjukkan intervensi
keperawatan yang sangat spesifik untuk kelompok dengan kultural tertentu dan
karakteristik klien yang berbeda-beda. Penelitian juga dapat menolong perawat-perawat
untuk menilai kesempurnaan rencana perawatan dan membuat keputusan-keputusan
yang lebih informatif mengenai apakah penetapan tujuan/sasaran adalah realistis
dalam situasi tertentu.
4) Fase
Intervensi
Idealnya,
secara profesional, perawat-perawat yang dipercaya masyarakat akan menyusun
segala intervensi keperawatan mereka berdasarkan temuan-temuan riset
penelitian. Misalnya, pertimbangan banyaknya keputusan yang dibuat oleh perawat
shif malam ketika menghadapi klien dengan penyakit terminal. Bagaimana mereka
memutuskan bahwa intervensi keperawatan yang diberikan sudah tidak berguna lagi
bagi klien tersebut. Kapan waktunya untuk memberitahu keluarga atau dokter.
Pendekatan apa yang mungkin dilakukan pada keluarga. Bagaimana respon dan
ketegangan yang mungkin dirasakan dari pasien lain di Rumah sakit dapat diatasi
dengan tepat. Dokumentasi yang sistematik dari intervensi keperawatan yang
telah ditemukan mempunyai dampak yang diinginkan dan memberikan keuntungan bagi
perawat lain yang mungkin menghadapi situasi yang sama.
5) Fase
Evaluasi
Merupakan
tingkat akhir dari proses keperawatan meliputi evaluasi tingkat perencanaan
yang telah dicapai dan dalam keadaan yang paling efektif biayanya. Penelitian
dapat menolong pendokumentasian sukses atau gagal dalam mencapai berbagai
dampak. Bila terjadi keberhasilan, maka perawat lain berkesempatan untuk melaksanakan
intervensi dalam situasi lain dengan penuh keyakinan. Namun bila rencana belum
berhasil, perawat diarahkan kembali untuk menguji ketelitian pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana, dan
intervensi keperawatan. Informasi demikian dikumpulkan dengan sistematis
sehingga menolong perawat lain dalam menghindari dilema yang sama dan harus
mengarah pada perbaikan asuhan keperawatan.
B. Penggabungan Penelitian ke dalam Praktek
melalui Pencatatan
Sebagaimana
telah dilihat, ada begitu luas potensial dari penggunaan penelitian melalui
proses keperawatan. Akan tetapi, dewasa ini kebanyakan perawat-perawat masih
gagal dalam merealisasikan potensial
hasil riset sebagai dasar untuk membuat keputusan dan mengembangkan
intervensi keperawatan.
Katefian (1975) melaporkan tentang hasil penelitian
keperawatan yang berkembang setelah 5 tahun atau 10 tahun dalam literatur
keperawatan mengenai penempatan temperatur klinik di dalam mulut secara optimal
adalah 9 menit yang dibuktikannya pada
87 orang perawat, namun hanya satu orang yang menggunakan waktu penempatan yang
benar.
Kirchoff (1982) menyelidiki tentang pencegahan
penyakit koroner dengan pembatasan penggunaan air es dan pengukuran temperatur
rektal. Melalui sampel yang didapat secara nasional dari 524 orang perawat yang
merawat secara intensif, ditemukan bahwa hanya 24 % dari perawat yang telah
menghentikan penggunaan air es dan 35 % yang menghentikan pengukuran temperatur
rektal.
Coyle
dan Sokop (1960) mempelajari penerapan 14 hasil riset yang telah dilaporkan
dalam literatur keperawatan pada perawat praktek. Sebagai sampel, dipilih
secara acak 113 perawat praktek dalam 10 rumah sakit di California Utara.
Dengan menggunakan skema yang direkomendasikan oleh Brett ( 1987), hasil
penelitian dikategorikan menurut tingkat pemakaiannya. Hanya 1 dari 14 studi
yang menunjukkan tingkat penerapan penggunaan hasil riset yang teratur, 6 studi
tersebut berada dalam tingkat kepercayaan menunjukkan bahwa perawat-perawat
mengetahui bahwa inovasi tersebut harus dimasukkan dalam praktek keperawatan
tetapi pelaksanaan praktek tetap berdasarkan keputusan mereka sendiri.
Tabel berikut menguraikan
4 dari 14 inovasi keperawatan, 1 contoh untuk masing-masing 4 tingkat
penerapan.
Tingkat
|
Inovasi
dalam Keperawatan
|
Sadar
(%)
|
Meyakini
(%)
|
kadang-kadang
menggunakan
(%)
|
selalu
menggunakan
(%)
|
1. Menyadari
|
Menghilangkan laktosa dari rumus
pemberian diet melalui selang pada pasien dewasa dapat meminimalkan diare,
distensi, flatus, dan kembung dan mungurangi muntah. ( Horsley,Crane dan Halley,1981)
|
38
|
36
|
13
|
19
|
2. Meyakini
|
Monitoring temperatur mulut yang
teliti dapat dicapai pada pasien yang menerima terapi O2 dengan
menggunakan termometer listrik yang ditempatkan dibawah lidah (Iin-Levy,
1982)
|
68
|
55
|
35
|
293.
|
3.Kadang-kadang
menggunakan
|
Secara formal merencanakan dan
membuat struktur pendidikan program pre operatif mendahului bedah elektif
menghasilkan perbaikan terhadap dampak pasien. (King dan Tarsitano, 1982)
|
83
|
81
|
48
|
23
|
4.Penggunaan
secara teratur.
|
Sistem steril yang tertutup dari
drainase urinari adalah efektif dalam mempertahankan kesterilan urin pada
pasien yang ditandai untuk kurang dari 2 minggu: kontinuitas dari sistem
drainase tertutup harus dipertahankan selama pengaliran, prosedur sampling
dan pemindahan pasien. (Horsley, Crane, Haller dan Bingle, 1981).
|
94
|
91
|
84
|
6
|
Rutledge, Greene, Mooney,
Nail dan Ropka (1996) mempelajari kelanjutan dari staf perawat onkologi dalam
menerapkan 8 praktek yang berdasarkan penelitian. Lebih dari 1000 perawat telah
disurvey dan peneliti menemukan bahwa tingkat kesadaran sangat tinggi dengan
angka 53 % - 96 % dari perawat-perawat onkologi yang melaporkan tingkat kesadarannya
pada 8 praktek tersebut.
C. Usaha untuk Memperbaiki Penggunaan Hasil
Riset
Dalam bagian ini diuraikan dengan ringkas beberapa
proyek-proyek formal yang telah dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut.
- Proyek WICHE (Western Interstate Commision for Higher Education)
Merupakan program regional
untuk pengembangan penelitian keperawatan. Proyek 6 tahun tersebut didirikan
oleh divisi keperawatan dari Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan
A.S, mempunyai tujuan mempelajari kelayakan peningkatan kegiatan penelitian
keperawatan melalui kegiatan kerjasama regional.
3 kegiatan utama proyek
ini adalah:
- Riset yang bekerjasama dan tidak mempunyai target, (membawa perawat-perawat untuk mendisain studi berdasarkan pada masalah-masalah keperawatan yang saling diidentifikasi.)
- Riset yang bekerjasama dan mempunyai target (studi bertingkat dalam kedudukan yang berbeda untuk mempelajari suatu konsep khusus yaitu mutu Asuhan Keperawatan)
- Penggunaan penelitian.
Tim
proyek memperagakan penggunaan penelitian sebagai bagian dari 5 fase sumber
yang berkaitan dengan model. Dalam model ini perawat-perawat berfungsi sebagai
agen perubahan organisasi yang dapat menyediakan suatu kaitan antara penelitian
dan praktek., melalui suatu sistem penunjang (contohnya workshop, konfrensi,
dan konsultasi-konsultasi), perawat peserta menggunakan hasil penelitian untuk
memecahkan masalah-masalah yang diidentifikasi dalam praktek keperawatan.
Perawat
yang berpartisipasi dalam proyek WICHE berkesempatan untuk menentukan masalah
yang memerlukan penyelesaian yang berdasarkan penelitian untuk menyumbangkan
keterampilan dalam membaca dan mengevaluasi penelitian untuk digunakan dalam
praktek. Mereka juga membuat rencana terperinci untuk memperkenalkan
inovasi-inovasi penelitian kedalam penetapan praktek klinis. Laporan terakhir
menunjukkan bahwa proyek ini telah berhasil dalam meningkatkan penggunaan
penelitian, tetapi juga terdapat suatu kendala.
- Proyek CURN (The Conduct and Utilization of Reasearch in Nursing)
Merupakan proyek
penggunaan penelitian yang paling terkenal. Proyek pengembangan 5 tahun ini
dihadiahkan pada asosiasi keperawatan Michigan oleh divisi keperawatan.. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan penggunaan temuan-temuan penelitian dalam praktik
sehari-hari, memfasilitasi perubahan organisasi yang dibutuhkan untuk menerapkan
inovasi dan penghargaan pengabdian penelitian yang bersifat kebersamaan yang
mempunyai revalensi dengan praktek keperawatan.
Kegiatan proyek CURN
antara lain:
¨
Merangsang pelaksanaan penelitian dalam
ketetapan klinis
¨
Menolong perawat untuk menggunakan temuan
penelitian dalam praktek mereka
6
Fase proses penggunaan penelitian ( Horsley, Crane, Crabtree dan Wood, 1983):
- Identifikasi masalah-masalah praktik yang memerlukan pemecahan dan pengkajian dasar riset yang terpakai / valid untuk digunakan dalam praktek keperawatan.
- Evaluasi relevansi pengetahuan yang berdasarkan penelitian sebagai yang dipakai untuk identifikasi masalah klinis, nilai-nilai organisasi, kebijaksanaan, potensial biaya dan keuntungannya.
- Merancang suatu inovasi praktik keperawatan yang ditujukan pada masalah –masalah klinis tetapi tidak mencapai batas ilmu pengetahuan dari dasar penelitian itu.
- Percobaan klinis dan evaluasi dari inovasi dalam penerapan praktik
- Pembuatan keputusan untuk menerapkan, merevisi atau menolak inovasi iitu.
- Membuat strategi-strategi untuk memperluas inovasi pada ketetapan yang tepat guna lainnya.
Tim
proyek CURN menyimpulkan bahwa penggunaan penelitian pada perawat-perawat
praktik adalah layak, tetapi hanya jika penelitian itu relevan dengan praktik
dan jika hasil-hasilnya disebarkan secara luas.
3. Proyek-proyek
penggunaan penelitian lainnya.
¨
Proyek RARIN
Dirancang
untuk memfasilitasi pengalihan informasi keperawatan yang relevan secara klinis
pada praktek keperawatan
¨
Proyek OCRUN
Proyek ini
mengembangkan jaringan regional dari 20 organisasi pelayanan keperawatan dan 6
institusi lembaga akademik. Proyek ini mempengaruhi secara lengkap setiap
organisasi yang berpartisipasi dalam penggunaan dan dampak inovasi penelitian.
HAMBATAN UNTUK PENGGUNAAN PENELITIAN KEPERAWATAN
Hambatan ini secara
luas dapat dikelompokkan dalam 4 kategori berdasarkan sifat dari
hambatan-hambatan tersebut, yaitu:
- Karekteristik Riset
Banyak
studi melaporkan dalam literatur keperawatan bahwa tidak mudah memasukkan
temuan penelitian dalam praktek keperawatan. Hal ini disebabkan adanya berbagai
kesalahan dalam rancangan penelitian yang mempengaruhi hasil penelitian,
misalnya dalam pemilihan sampel, instrumen pengumpulan data, atau analisis data
sering memunculkan pertanyaan tentang ketepatan dan generalisasi riset itu.
Dengan
demikian hambatan penggunaan penelitian oleh perawat praktek adalah bahwa untuk
banyak masalah, suatu dasar yang valid dipercaya dan menggeneralisasikan
hasil-hasil studi belum lagi dikembangkan.
Bila
dilakukan pengujian secara berulang-ulang terhadap suatu hipotesa dalam
kedudukan yang berbeda dan dengan tipe subjek yang berbeda menghasilkan hasil
yang sama, maka studi tersebut menjadi lebih diyakini kebenarannya.
Studi
yang terpisah hampir tak pernah memberikan suatu dasar yang cukup untuk membuat
perubahan dalam praktek keperawatan. Jadi hambatan lainnya dalam penggunaan
penelitian adalah kelangkaan replikasi ( penggandaan) laporan studi.
- Karakteristik perawat
Perawat-perawat
sebagai individu mempunyai beberapa sifat yang dapat merintangi masuknya temuan
penelitian ke dalam praktek keperawatan. Mungkin yang paling menonjol adalah
persiapan pendidikan perawat (Ners).
Sebagian
besar perawat praktek menamatkan diploma atau tingkat yang sesuai, belum
menerima pengajaran formal dalam penelitian, sehingga mereka kekurangan keterampilan dalam memutuskan
suatu keunggulan proyek pengetahuan. Dalam suatu survey dari 600 perawat di
Inggris, 93 % dilaporkan memiliki keterampilan yang tidak memuaskan ( Pearcey,
1995)
Champion
dan Leach (1989) menemukan bahwa sikap perawat terhadap penelitian sangat kuat
terhadap penggunaan penelitian. Khusus tentang metode riset secara khusus
ditawarkan pada program sarjan muda keperawatan, tetapi umumnya belum ada
perhatian yang cukup dalam penggunaan penelitian dalam praktek.
Hambatan
lainnya adalah suatu sifat yang telah menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk
diubah. Perubahan memerlukan upaya pelatihan kembali dan penyusunan kebiasaan
kerja seseorang.
- Karekteristik Organisasi
Iklim
organisasi yang tidak kondusif mempengaruhi penggunaan penelitian. Untuk
mengubah suatu tradisi lama dan menerima praktek baru berdasarkan hasil riset
yang inovatif memerlukan suatu semangat keseriusan dan harus ada keterbukaan.
Biasanya organisasi gagal dalam memotivasi atau menghargai perawat dalam
mencari cara menerapkan temuan tepat guna kedalam praktek mereka karena
organisasi, misalnya R.S, Klinik, dll telah menetapkan protokol tertulis atau
prosedur yang kaku dalam mengarahkan praktek keperawatan.
Dalam
survey nasional yang meliputi hampir 1000 perawat klinis, salah satu hambatan
terbesar penggunaan riset adalah tidak cukupnya waktu pada pekerjaan untuk
menerapkan ide-ide baru, yang telah dilaporkan sebagai hambatan yang besar oleh
kira-kira 75 % sampel. (Furk, Champagne, Wiese dan Tornquist, 1991)
Akhirnya,
organisasi mungkin enggan untuk memberikan sumber yang diperlukan untuk mencoba
proyek penggunaan penelitian atau untuk menerapkan perubahan pada kebijaksanaan
organisasi. Selain itu perlu organisasi
menggunakan konsultan dari luar organisasi yang berguna untuk menentukan
waktu staf merilis/menerangkan temuan riset, untuk tinjauan administrasi, untuk
mengevaluasi pengaruh dari inovasi dan sebagainya. Hal ini tentunya membutuhkan
biaya, dan kelangkaan sumber-sumber tersebut tentusaja menjadi hambatan pada
penggunaan penelitian.
- Karakteristik Profesi Keperawatan
¨
Cendrung terjadi pada keadaan profesi
keperawatan masyarakat negara-negara barat.
¨
Sulitnya interaksi antara peneliti dengan
petugas-petugas klinik karena latar belakang kedudukan dan perhatian
profesional yang berbeda
¨
Kurangnya komunikasi antara perawat praktek dan
peneliti dapat menjadi masalah, dimana sebagian besar perawat tidak membaca
jurnal-jurnal penelitian dan jarang menghadiri konfrensi-konfrensi profesional
dimana hasil-hasil penelitian dilaporkan
CARA-CARA UNTUK MENINGKATKAN PENGGUNAAN RISET
Dalam bagian ini,
kita mendiskusikan strategi pemanfaatan riset dimana berbagai segmen komunitas
keperawatan dapat menggunakannya.
A.
Strategi untuk peneliti
Tanggung jawab
pemanfaatan riset berada di tangan peneliti. Beberapa strategi dapat dilakukan
oleh peneliti dalam usaha penggunaan hasil penelitian mereka. Yaitu, sebagai
berikut:
·
Lakukan riset berkualitas. Mutu studi keperawatan telah meningkat secara dramatis pada
dua dekade terakhir, tetapi banyak kemajuan tertinggal untuk dibuat. Kekurangan
perencanaan sampling merupakan salah satu kelemahan studi keperawatan. Jika
suatu studi didasarkan pada suatu golongan yang tidak mewakili 50 subjek,
kemudian usaha pemanfaatan berdasar pada penemuan studi tersebut, jelas akan
tidak sesuai
·
Lakukan
hasil riset yang relevan. Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dasar tentang
keefektifan dan kemanjuran intervensi. Mereka mendisain riset dengan
menitikberatkan pada intervensi; populasi klien; konteks dan keadaan di mana
intervensi dapat diterapkan dengan adequat; dan efek yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari intervensi tersebut.
Dengan kata lain, peneliti dapat menunjuk masalah klinis sedemikian rupa sehingga
potensi pemanfaatan studi dapat ditingkatkan.
·
Replikasi. Sangat penting
menerbitkan hasil replikasi walaupun sama halnya dengan riset terdahulu. Jurnal
ilmu perawatan klinis riset telah dengan tegas mencatat tujuannya untuk
menerbitkan hasil replikasi studi ( Hayes,1993).
·
Bekerja sama dengan praktisi. Perawat klinis lebih tertarik jika riset dilakukan sesuai
dengan kbtuhan perawatan. Peneliti perlu bertukar pikiran dan melibatkan
perawat kilinik dalam masalah penelitian. Perawat yang terlibat aktivitas riset
menunjukkan sikap positif dalam penggunaan hasil riset di klinik.
·
Dipublikasikan dengan agresif. Jika peneliti gagal mengkomunikasikan hasil suatu riset maka
tidak pernah akan digunakan oleh perawat praktek. Peneliti harus menemukan cara
mengkomunikasikan hasil riset. Peneliti perlu menyampaikan naskah mereka untuk
minimal dua atau tiga jurnal.
·
Disebarluaskan. Tanggung
jawab peneliti tidak berhenti saat artikel telah diterima untuk penerbitan.
Kebanyakan perawat membaca hanya satu atau dua jurnal profesional, maka seorang
peneliti yang sungguh-sungguh berkeinginan hasil risetnya dikenal komunitas
keperawatan, sering menerbitkan studi dalam beberapa jurnal. Dari sudut pandang
pemanfaatan untuk peneliti, melaporkan hasil riset dalam jurnal khusus lebih
mungkin dibaca oleh perawat praktek dibanding riset dalam jurnal keperawatan.
Peneliti juga bisa menyebarkan hasil riset pada konferensi, workshop yang dihadiri
oleh perawat klinis.
·
Komunikasikan dengan jelas. Sedapat mungkin peneliti menghindari kosakata sulit,
membuat defenisi yang jelas, menyusun tabel dengan teliti agar hasil riset
dapat dipahami oleh semua tingkat pembaca.
·
Sarankan keterlibatan klinis. Peneliti perlu menyarankan bagaimana hasil riset mereka
dapat digunakan oleh praktek keperawatan: Bagaimana staff keperawatan
menerapkan hasil riset.
B.
Strategi untuk Sarjana Dan Pendidik
Beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh riset nonacademic
juga oleh pendidik adalah sebagai berikut:
·
Sertakan riset ke dalam kurikulum. Hasil riset seharusnya terintegrasi dalam kurikulum. Ketika
riset tidak relevan, instruktur dapat mencatat ketiadaaan bukti empiris yang
mendukung teknik, yang dapat merangsang minat siswa akan riset berdasarkan
verifikasi.
·
Dorong riset dan pemanfaatan riset. Apakah sebagai role model bagi para siswa dengan mendiskusikan
riset mereka sendiri atau dengan jelas menunjukkan sikap positif ke arah riset
dan penggunaannya dalam keperawatan. Instruktur dapat juga mendorong para siswa
untuk menjadi konsumen yang lebih baik terhadap riset keperawatan, riset mereka
sendiri, atau untuk mengembangkan suatu rencana untuk suatu proyek pemanfaatan.
·
Siapkan review integratif. Ketika review integratif mengambil format metaanalisa,
yang mempengaruhi penggunaan prosedur statistik untuk mengintegrasikan penemuan,
peneliti perlu hati-hati menterjemahkan hasil tersebut ke dalam terminologi
klinis. Review integratif idealnya menyimpulkan dengan beberapa statemen kuat
tentang implikasi badan riset untuk praktek keperawatan. Sebagai contoh, Beyea
dan Nicoll ( 1995) mengerjakan suatu review riset kritis pada administrasi
pengobatan suntikan intramuscular, dengan tujuan pengembangan protokol praktek
klinis.
·
Tuntutan terhadap peneliti. Fakultas sering diminta menjadi penulis resensi penelitian
dan laporan tanpa nama. Penulis resensi proposal menuntut peneliti menunjukkan
potensi studi yang diusulkan untuk kegunaan praktek dan peneliti juga harus
mempunyai rencana untuk penyebarluasan atau pemanfaatan.
C. Strategi untuk Perawat Praktek dan Para
siswa perawat
Perawat individu dapat terlibat dalam pemanfaatan
konseptual. Oleh karena itu, tiap-tiap perawat mempunyai sebuah peran yang
penting dalam memanfaatkan riset keperawatan.
·
Banyak membaca dan kritis. Perawat profesional melanjutkan pendidikan secara berkesinambungan dengan
mengikuti perkembangan di bidangnya. Perawat perlu membaca jurnal yang
berkenaan dengan keahlian khusus mereka, mencakup laporan riset yang mereka
lakukan. Brett'S ( 1987) studi konfirmasi pentingnya membaca. Penemuannya
mengungkapkan bahwa perawat yang
menghabiskan setiap minggu membaca jurnal profesional lebih mungkin untuk
mengadopsi riset berdasar inovasi dibanding perawat yang jarang membaca.
·
Hadiri konferensi profesional. Banyak konferensi keperawatan mempresentasikan studi yang
mempunyai keterkaitan klinis. Lebih baik menghadiri presentasi riset pada suatu
konferensi daripada membaca laporan riset sebab peserta konferensi lebih cepat memperoleh
informasi dibanding mereka yang menunggu untuk membaca suatu jurnal. Lagipula,
mereka yang menghadiri suatu konferensi dapat bertemu langsung dengan peneliti dan
dapat bertanya tentang implikasi
praktek. Brett'S ( 1987) studi pemanfaatan mengungkapkan suatu hubungan hal
positif antara menghadiri konferensi keperawatan dan tingkat pengadopsian
inovasi. Beberapa rumah sakit dan institusi lain menawarkan gaji untuk membayar
ongkos menghadiri konferensi seperti itu.
·
Belajar mengharapkan bukti bahwa suatu prosedur adalah
efektif. Setiap kali perawat atau para
siswa ilmu perawatan diberitahu tentang standard yang prosedur perawatan,
mereka berhak bertanya: Mengapa?. Perawat harus mengembangkan harapan bahwa
keputusan yang mereka buat dalam praktek klinis didasarkan pada pemikiran rasional.
·
Cari lingkungan yang mendukung pemanfaatan riset. Keterbukaan organisasi berbeda terhadap pemanfaatan riset
sehingga perawat akan mendasarkan praktek mereka pada riset yang mengontrol
kerja mereka. Jika organisasi merasa perawat itu mendasarkan kerja mereka pada faktor suasana
organisatoris mengenai riset, akan ada beberapa tekanan untuk mendukung
pemanfaatan riset.
·
Terlibat
dalam klub jurnal. Banyak organisasi mempekerjakan perawat sponsor jurnal
yang bertemu secara teratur untuk meninjau ulang artikel riset yang mempunyai
keterkaitan potensial untuk praktek. Biasanya, anggota bergiliran meninjau
ulang dan dengan kritis menilai suatu studi dan mempresentasikan kepada anggota
klub. Jika tidak ada klub, mungkin akan bekerja bersama organisasi untuk
memulainya (se., e.g., Tibbles&
Sanford, 1994). Dengan demikian tanggung jawab untuk menyebarkan penelitian dapat
dilakukan bersama praktisi.
·
Bekerja sama dengan perawat peneliti. Kerja sama yang sebelumnya kita sebut sebagai strategi
untuk perawat peneliti, adalah jalan dua arah. Perawat praktek yang sudah
mengenali suatu masalah klinis, dan kekurangan solusi serta ketrampilan
metodologi untuk melakukan suatu studi perlu mempertimbangkan suatu hubungan
kerja sama dengan suatu perawat peneliti lokal.
·
Mengikuti dan berpartisipasi dalam proyek pemanfaatan
kelembagaan. Kadang-kadang, gagasan proyek pemanfaatan datang dari perawat
staff. Walaupun proyek pemanfaatan besar-besaran memerlukan dukungan
administratif dan organisatoris, perawat individu atau kelompok perawat dapat
mengusulkan proyek seperti itu kepada departemen keperawatan.
·
Mengikuti proyek pemanfaatan pribadi yang sesuai. Tidak semua penemuan penelitian memerlukan komitmen
organisasi atau kebijakan direktif. Sebagai contoh, suatu studi mungkin
mengungkapkan bahwa kepercayaan kesehatan kelompok imigran berbeda dari kelompok
budaya asli, dan ini bisa menuntun perawat meminta beberapa pertanyaan tambahan
secara informal kepada klien. Jika perawat menemukan informasi yang relevan dan
menarik kesimpulan pertanyaan tambahan ini, mungkin bisa direkomendasikan
kepada administrasi proyek pemanfaatan yang lebih formal, yang mungkin
melibatkan perubahan kepada protokol penilaian yang baku. Tentu saja, tidak
semua temuan riset bersedia menerima nasehat.
D. Strategi untuk Administrator
Dalam survei nasional, responden memandang " penambahan
dorongan dan dukungan administratif" sebagai alat paling efektif yang memudahkan
pemanfaatan riset.
· Membantu
perkembangan suasana keingintahuan intelektual. Jika banyak oposisi dan kekakuan administratif untuk berubah,
minat staff akan pemanfaatan riset akan menurun. Administrator dapat mendorong
pembacaan dan berpikir kritis tentang tantangan yang dihadapi perawat praktek. Komunikasi
terbuka penting agar staff perawat mengungkapkan bahwa permasalahan dan
pengalaman mereka adalah penting dan administrator akan mempertimbangkan solusi
yang inovatif.
·
Menawarkan
dukungan moral dan emosional. Administrator harus mendukung dengan penetapan komite
pemanfaatan riset, dengan membantu mengembangkan klub jurnal riset, dan
seterusnya.
·
Menawarkan dukungan
keuangan atau sumber daya untuk pemanfaatan. Proyek pemanfaatan memerlukan beberapa sumber
daya, walaupun permintaan sumber daya mungkin tidak besar. Sumber daya
diperlukan waktu pelepasan perawat yang terlibat dalam proyek pemanfaatan, untuk
konsultasi di luar, untuk persediaan dan waktu komputer, untuk pendaftaran
konferensi, dan seterusnya.
·
Usaha
penghargaan untuk pemanfaatan. Adminstrator menggunakan sejumlah ukuran-ukuran
berbeda dalam mengevaluasi perawatan Walaupun pemanfaatan riset tidak harus
suatu ukuran utama untuk mengevaluasi suatu pencapaian perawat, masukannya mempunyai
dampak besar pada perilaku perawat.
PROSES PEMANFAATAN DAN
UKURAN-UKURAN UNTUK PEMANFAATAN
Sejumlah model berbeda
pemanfaatan riset telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Model ini
merancang pemanfaatan suatu praktek. Salah satunya adalah Model Stetler untuk
Pemanfaatan Riset ( Stetler, 1994), yang melibatkan enam tahap aktivitas (persiapan,
pengesahan, komparatip evaluasi, pengambilan keputusan, translation/application,
dan evaluasi). Model lain, Model riset Iowa dalam praktek ( Titler et al.,
1994), melibatkan serangkaian aktivitas dengan dua keputusan kritis: (1)
memutuskan apakah suatu riset cukup mendasar untuk pemanfaatan dan (2)
memutuskan apakah perubahan sesuai dengan adopsi dalam praktek.
A. Pendekatan
pemanfaatan riset
Satu
pendekatan ke pemanfaatan ditunjukkan oleh gambar 26-1 alur A, mulai dengan
identifikasi suatu masalah klinis yang memerlukan solusi.
Saat
masalah klinis telah dikenali, langkah yang berikutnya adalah pencarian literatur
yang relevan untuk menentukan apakah perawat peneliti sudah menuju masalah
riset. Jika tidak ada dasar riset yang berhubungan dengan masalah yang
dikenali, ada dua pilihan untuk usaha pemanfaatan: (1) meninggalkan masalah yang
asli dan memilih suatu alternatif; atau ( 2) mempertimbangkan mengganti topik.
Pendekatan yang kedua dapat dilihat pada alur B dalam gambar 26-1, hampir
sama dengan yang pertama. Perbedaannya pada titik awal. Di sini, proses mulai
dengan riset literatur. Pemanfaatan riset muncul sebagai hasil diskusi di dalam
suatu jurnal. Jika ditemukan bahwa dasar riset tidaklah relevan secara klinis,
langkah berikutnya melibatkan pembacaan lebih lanjut dan meninjau ulang literatur riset.
B. Kriteria Pemanfaatan
1.
Keterkaitan Klinis
Apakah masalah dan solusi nya mempunyai tingkat keterkaitan
klinis. Apakah suatu permasalahan keperawatan akan terselesaikan oleh
intervensi baru.
Lima pertanyaan yang berkenaan dengan keterkaitan klinis,
ditunjukkan Box 26-1, dapat diaplikasikan pada laporan riset. Menurut Tanner (1987),
dari siapa pertanyaan ini telah diadaptasikan, jika jawaban ya ke lima
pertanyaan, maka riset dapat dilanjutkan karena bermanfaat dalam praktek. Jika jawaban
semua pertanyaan adalah negatif, berarti prospek keterkaitan klinis kecil.
Box 26-1
Kriteria Evaluasi Keterkaitan Klinis Dari Riset
1. Apakah riset berpotensi
menyelesaikan masalah yang sekarang ini dihadapi oleh praktisi?
2. Apakah riset berpotensi membantu pengambilan
keputusan klinis berkenaan dengan
( a) pengamatan yang
sesuai,
( b)
mengidentifikasi resiko klien atau kesulitan, atau
( c) pemilihan
suatu intervensi yangsesuai?
3. Apakah secara klinis dalil teoritis yang diuji
oleh riset telah relevan?
4. Jika riset melibatkan suatu intervensi, apakah
intervensi berpotensial untuk diimplementasi dalam praktek klinis? Apakah
perawat mempunyai kendali intervensi?
5. Apakah
ukuran yang digunakan studi dapat digunakan juga di praktek klinis?
Adaptasi dari Tanner, C.A. (1987). Evaluating research for use in
practice: Guideline for the clinician. Heart & Lung, 16, 424-430
2.
Manfaat Ilmiah
Suatu
riset yang dihasilkan harus akurat, dapat dipercaya, dan dapat digeneralisasi. Riset
yang digunakan sebaiknya telah melalui replikasi yang berulang.
Sebagai contoh, beberapa perawat peneliti sudah menyelidiki
penggunaan sentuhan terapeutik untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan
kesehatan secara psikologis. Studi ini dapat dimanfaatkan karena telah melalui
banyak penelitian dan bermanfaat bagi klien.
3.
Potensi
Implementasi
Ketika
suatu masalah mempunyai arti klinis dan memiliki dasar pengetahuan harus pula dipertimbangkan
potensi implementasinya:
Transferabilitas. Masalah utama di sini adalah pertanyaan apakah mencoba
inovasi baru akan membawa kebaikan dalam praktek?.
Kelayakan. Dalam
hal ini pertanyaan ditujukan pada ketersediaan sumber daya, ketersediaan
mengorganisir, suasana yang organisatoris, kebutuhan dan ketersediaan bantuan
eksternal, dan potensi untuk evaluasi klinis. Pertanyaan pentingnya adalah
apakah perawat akan mengendalikan inovasi ( mengendalikan variabel bebas).
Harga/rasio manfaat.
Pemanfaatan suatu riset juga mesti dinilai manfaat /resiko, biayanya pada berbagai
kelompok, mencakup klien, organisasi secara keseluruhan, dan bahkan profesi keperawatan
secara keseluruhan. Faktor yang paling utama adalah klien.
CONTOH RISET
Tabel 26-2 contoh proyek pemanfaatan riset
|
||
Inovasi
|
Hasil proyek pemanfaatan
|
kutipan
|
Penggunaan larutan saline
sebagai pengganti heparinized untuk
pasien orang dewasa
|
tiga rumah sakit yang sebelumnya menggunakan heparin menerapkan
secara penuh riset tersebut
|
|
alternatif untuk menggunakan
pengekangan
|
Mengurangi penggunaan
pengekangan untuk pasien di dua klinik
dan dua unit LSM
|
|
Kaidah pemilihan jarum untuk
therapy IV periferal
|
prosedur keperawatan untuk memilih
jarum berubah: 25% penghematan biaya
|
|
protokol perawatan kulit
|
protokol untuk perawatan ulkus dengan
sukses yang diterapkan
|
|
Box 26-2 Kriteria Evaluasi
Potensi Implementasi suatu Inovasi Di bawah Penelitian dengan cermat
Transferabilitas
Temuan
1. Apakah Inovasi
" cocok" dalam pengaturan yang diusulkan?
2. Bagaimana persamaan
populasi target dalam riset dengan pengaturan yang baru?
3. Apakah filosofi
yang mendasari inovasi berbeda dari filosofi yang berlaku di praktek
4. Apakah klien mendapat
manfaat dari inovasi.
5. Akankah inovasi
terlalu lama untuk menerapkan dan mengevaluasi?
Kelayakan
1. Akankah perawat
mempunyai kebebasan untuk menyelesaikan inovasi?
2. Akankah
implementasi inovasi bertentangan dengan fungsi-fungsi staf sekarang?
3. Apakah administrasi
mendukung inovasi?
4. Seluas apa implementasi
inovasi menyebabkan friksi di dalam organisasi?
5. Apakah
ketrampilan diperlukan untuk membawa manfaat riset pada staf perawat?
6. Apakah organisasi
mempunyai peralatan dan fasilitas penting bagi inovasi?
7. Apakah sesuai evaluasi
klinis terhadap inovasi
Cost/Benefit Perbandingan
Inovasi
1. Apakah faktor resiko
klien yang akan diekspos sepanjang implementasi
inovasi?
2. Apakah manfaat
yang potensial dari implementasi inovasi?
3. Apakah] resiko
memelihara praktek sekarang (tidak ikut inovasi)
4. Bagaimana biaya
pemanfaatan riset?
5. Bagaimana biaya
penerapan inovasi?
6. Bagaimanapotensi nonmaterial
penerapan inovasi kepada ?
7. Apakah keuntungan-keuntungan
nonmaterial yang potensial dalam penerapan inovasi ?
A.Pendekatan Identifikasi Masalah
Tidak Tidak
ya ya ya
|
|
||||||||
Ya tidak
|
||||
tidak
B.Pendekatan literatur riset
Gambar 26-1. suatu model untuk pemanfaatan riset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar