I. Pendahuluan
Sebuah
penelitian belum berakhir ketika anlisa data telah didapatkan. Bagaimanapun
hasil analisa statistik tidak cukup untuk menyelesaikan sebuah penelitian.
Karena tanpa penjelasan intelektual yang tepat hasil yang didapatkan tidak akan
berguna bagi yang lain atau bagi ilmu keperawatan itu sendiri. Agar berguna,
bukti – bukti dari setiap analisa data perlu ditelaah dengan tepat, diatur dan
harus memberi arti baik data statistik maupun klinis harus diperhatikan. Proses
ilmiah yang disebut interprestasi.
Dalam
interprestasi dibutuhkan sintesa logis untuk mengembangkan rencana penelitian
itu sendiri, strategi yang dibutuhkan dalam pengkoleksian data, logika
matematis dan cara mengembangkan hasil data tersebut.
Evaluasi proses
penelitian sangat diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang diperoleh, serta memperkirakan kegunaan dari hasil penelitian
tersebut. Semua hal diatas terlihat dalam menginterprestasikan data yang
memerlukan proses intelektual yang sangat tinggi.
Penerjemahan sangat
jarang diartikan sebagai bagian interprestasi.
Menerjemahkan
berarti mengubah dari satu bahasa kebahasa lain atau kegunaan suatu
istilah/kalimat yang lebih mudah dipahami.
Interprestasi berarti menerjemahkan hasil dari analisa data yang
diperoleh kedalam suatu bentuk penemuan dan kemudian menjelaskan dengan lengkap
tentang penemuan tersebut.
Proses
interprestasi memerlukan bukti – bukti hasil penelitian, membuat kesimpulan,
menyelidik, signifikan dari setiap temuan, menggunakan hasil temuan,
mempertimbangkan implikasi – implikasi yang mungkin timbul dan menyarankan
penelitian lanjutan.
II. Proses Interprestasi
A. Pemeriksaan Data-data
Langkah pertama dalam interprestasi adalah
mempertimbangkan semua data-data yang mendukung atau kontradiksi dengan
validitas hasil penelitian terkait dengan bahan – bahan penelitian, pertanyaan
serta hipotesa – hipotesa ada. Untuk memeriksa semua data tersebut, hal yang
pertama dibutuhkan adalah menentukan data – data yang akan dipakai kemudian
mengumpulkan. Setiap data tersebut akan menentukan hasil penelitian, oleh
karena itu perlu pertimbangkan yang cermat.
1. Data dari rencana penelitian
Data awal untuk validitas hasil penelitian
ditentukan dari pemeriksaan ulama rencana penelitian tersebut. Pemeriksaan
ulang membutuhkan penyelidikan ulang dari logika serta metodologi.
Penyelidiikan ini melibatkan analisa logis dari setiap masalah, tujuan,
pertanyaan – pertanyaan selama penelitian, variabel, design, Metode penelitian,
metode pengkuran serta tipe – tipe analisa
Semua elemen ini saling tekait dan
konsisten dengan masalah penelitian. Oleh karena itu setiap penelitian
membutuhkan pemeriksaan untuk mengindentifikasi kelemahan setiap elemen
sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap hasi penelitian.
2. Data dari pengukuran
Ketidaktepatan dalam mengukur variabel
ditentukan melalui pemeriksaan kecocokan dari definisi kerja dengan kerangka
kerja serta pada validitas dan kepercayaan informasi. Pengukuran diperlukan
untuk memeriksa ulang langkah kerja sehingga dapat ditentukan kekuatan dari
hasil penelitian. Sebagai contoh, apakah skala yang digunakan dalam pengukuran
benar-benar mereflexikan pengalaman dalam populasi penelitian? Apakah efek dari
ukuran yang digunakan? Apakah validitas dan tingkat kepercayaan dari alat-alat
yang digunakan telah diperiksa sebelum digunakan? Bisakah informasi yang
didapatkan menginterprestasikan hasil penelitian?
Jika instrumen yang digunakan tidak dapat
mengukur variabel sesuai dengan konsep dan cara kerja yang digunakan, masa
hasil dari analisa pengukuran ini hanya akan memberikan nilai yang sedikit
terhadap hasil penelitian.
3. Bukti dari proses pengumpulan data
Banyak aktivitas yang terjadi selama
pengumpulan data mempengaruhi hasil penelitian apakah ukuran sampel sesuai?
Apakah hal yang tidak diperkirakan terjadi akan mempengaruhi data-data yang
didapat?
Situasi – situasi yang tidak terduga akan
mempengaruhi pengumpulan data dan kadang pengumpulan data tidak sesuai dengan
yang diinginkan sehingga akan mempengaruhi hasil penelitian.
4. Bukti dari proses analisa data
Proses analisa data merupakan
faktor-faktor penting dalam mengevaluasi hasil penelitian. Salah satu bagian
penting dalam pemeriksaan ini adalah menyimpulkan kelemahan dalam proses
analisa data.
Penelitian perlu memeriksa kemampuan
personal seseorang tentang statistik dan menganalisa sesuatu. Data-data
diperoleh perlu diperiksa ulang agar lebih akurat dan lengkap. Operasi
matematik yang dilakukan secara manual perlu diperiksa kembali keakuratannya.
5. Bukti dari hasil analisa data
Hasil dari analisa data merupakan arahan
langsung pada hasil penelitian
Penelitian perlu mengevaluasi dengan
hati-hati kesalahan dan kebenaran dalam memvalidasi hasil penelitiannya. Pada
study deskriptif dan korelasional, validitas hasil penelitian tidak tergantung
pada bagaimana variabel yang diamati dan diukur dengan sangat hati-hati pada
saat memilih sampel dan menetapkan sampel. Sedangkan pada study experiment dan
quasi – experiment, yang mana menghipotesakan perbedaan kelompok yang sedang
diamati. Perlu dilaporkan pada setiap studi dan harus menjadi dasar pasar saat
menginterprestasikan data.
Studi dan harus menjadi dasar pada saat menginterprestasikan data.
Study experiment dan quasi-experiment
biasanya berdasarkan pada teori keputusan dengan 5 kemungkinan hasil :
a.
Signifikan dan sesuai perkiraan
Hasil yang sudah bisa
diperkirakan oleh peniliti ini sangat mudah untuk dijelaskan atau direbut juga
dengan hasil-hasil yang positif. Hasil ini mendukung jaringan logika yang
dikembangkan oleh peneliti dalam kerangka kerja, pertanyaan, variabel dan alat
pengukuran.
b.
Tidak signifikan
Hasil yang tidak
siginifikan sangat sulit untuk dijelaskan. Hasil ini digambarkan sebagai hasil
yang negatif. Hal ini bisa saja disebabkan karena metodologi yang tidak cocok,
sampel yang menyimpang, pengukuran yang tidak tepat, masalah dalam hal
validitas internal, sampel yang sedikit. Penggunaan teknik statistik yang lemah
atau kesalahan analisa. Hasilnya bisa saja tipe II eror, yang artinya bahwa
dalam hal temuan signifikan namuin karena kelemahan metodologi sehingga
signifikansi tidak bisa didapatkan. Hanya saja, jika elemen – elemen yang lemah
ini tidak terdeteksi, maka hasil laporan akan menyebabkan kesalahan informasi
bagi ilmu pengetahuan (Anggell, 1989).
c.
Signifikan dan tidak
diperkirakan
Hasil signifikan yang
tidak sesuai dengan yang diperkirakan, jika hasil ini valid maka hasil ini
merupakan tambahan baru bagi ilmu pengetahuan.
d.
Campuran
Dalam hal ini, satu
variabel sesuai dengan yang diharapkan sedangkan yang lainnya tidak, atau dua
pengukuran dependent dari variabel yang sama menunjukkan hasil yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan karena masalah Metodologi
e.
Diluar dugaan
Hasil diluar dugaan
biasanya berkaitan dengan temuan antara variabel yang tidak hipotesa dan tidak
diperkirakan dari kerangka kerja yang tidak dikerjakan. Hasil seperti ini bisa
sangat berguna untuk pengembangan teori atau perbaikan teori untuk penelitian
yang akan datang. Hasil ini perlu ditelaah lebih cermat lagi karena sebenarnya
penelitian yang dilakukan tidak mengharapkan hasil yang demikian.
f.
Bukti dari study terdahulu
Hasil dari study yang
dilakukan sekarang kadang ada yang berasal dari pemeriksaan ulang terhadap
temuan terdahulu. Sangat penting untuk diketahui apakah hasil yang didapatkan
konsisten sesuai dengan hasil yang terdahulu. Oleh karena itu, setiap
ketidakakuratan dan hasil yang tidak konsisten perlu diteliti kembali untuk
melihat perbedaan – perbedaan yang tampak.
B. Penemuan
Hasil
penelitian akan diterjemahkan dan diinterprestasikan dan kemudian hasil ini
menjadi sebuah penemuan. Penemuan ini merupakan hasil dari bukti-bukti yang
telah dievaluasi. Walaupun proses pengembangan temuan dari hasil penelitian ini
disebabkan oleh hasil pemikiran para peneliti. Bukti-bukti hasil pemikiran ini
bisa ditemukan pada hasil penelitian yang telah dilaporkan. Pada tahun 1990
sebuah studi dari O’Connel, Hamera, Schorfherde dan Gulthre, “Symptom belief
and actual blood glucose ini type II diabetes”.
(Gejala
dan nilai gula darah pada penderita diabetes tipe II), menampilkan beberapa
pertanyaan, hasil yang diperoleh dari penemuan.
Pertanyaan
I
Ajakan
penderita diabetes tipe II mempunyai gejala-gejala yang terkait dengan kadar
gula darah ( r>0,31)?
Hasil : 88% dari subjek penderita mempunyai sedikitnya satu gejala
yang korelasinya ³ 0,31. Kolerasi yang signifikan berada
pada range 0,26 – 0,66. Selain lapar (gejala yang paling akurat pada penderita
sekitar 27%), gejala pada penderita lebih beragam lagi. Ada enam gejala yang
sering muncul antara lain mulut dan mata kering, gemetar, cepat lelah, halus,
gatal-gatal dan gelisah, yang merupakan gejala-gejala yang langsung berkaitan
dengan kadar gula darah seseorang. Namun hal ini tentu saja berbeda pada
tiap-tiap orang. Sebagai contoh perasaan gemetar merupakan hal yang berkaitan
langsung dengan kadar gula darah pada dua penderita sedangkan pada penderita
lain tidak ada hubungannya sama sekali.
Kesimpulan
(Temuan)
88% dari penderita diabetes tipe II
memiliki setidaknya satu dari gejala – gejala diatas yang berkaitan dengan
gejala diabetes, dengan nilai korelasi (r) ³ 0,31.
Pertanyaan
II
Bagaimana perbandingan pada subjek
yang mempunyai satu gejala diabetes terhadap kadar gula darah mereka.
Hasil : Pada beberapa subjek,
korelasi antara gejala diabetes dan kadar gula darah bertolak belakang dengan
gejala diabetes itu sehari. Sebagai contoh, penderita percaya bahwa mengantuk
disebabkan karena kadar gula darah yang rendah. Bagaimana analisa yang
dilakukan membuktikan bahwa mengantuk sangat terkait dengan kadar gula darah
yang tinggi. Dari 51 subjek 23 (45%) dibuktikan bahwa kantuk mereka disebabkan
karena kadar gula darah yang rendah, empat diantaranya memiliki nilai r > 0,31.
Sedangkan 28 orang (55%) membuktikan bahwa kantuk mereka disebabkan kadar gula
darah yang tinggi. Bagaimanapun, hanya 4 (8%) yang memiliki nilai korelasi (r)
diatas 0,31.
Pada
42 subjek yang kadar gula darah rendah, hanya 7 (14%) yang kantuk mereka disebabkan
karena kadar gula darah rendah. Dan tidak satupun nilai r diatas 0,31. Sekitar
35 (69%) dibuktikan bahwa gejala yang mereka alami karena kadar gula darah 6
(12%) dari penderita ini memiliki r diatas 0,31.
Temuan : Gejala yang disebabkan
karena tingginya kadar gula dengan sangat tidak akurat kebanyakan penderita
lebih mempercayai bahwa kantuk disebabkan karena kadar gula darah yang rendah?
Pertanyaan
III
Apakah ada hubungan antara
gejala-gejala diabetes dengan kadar gula darah, metabolisme tubuh yang
dipengaruhi oleh hemoglobin glikosilasi, kadar rata-rata gula darah dan
persentase berat badan yang ideal?.
Hasil : Dari keseluruhan
sampel, rata-rata Hgb Ai. Kadarnya 8,76 (SD ± 2,47), kadar rata-rata gula darah adalah 197 (SD ± 65), persentase berat badan ideal adalah 146% (SD:27) Gejala
diabetes akibat kadar gula darah yang tinggi tidak ada hubungannya dengan
ketiga pengukuran diatas.
Bagaimanapun
juga, Hg bAi dan rata-rata gula darah (dalam beberapa kasus nilai yang tinggi
disebabkan karena kontrol metabolisme yang rendah) sangat signifikan terkait
dengan keakuratan gejala yang dipercayai sebagai gejala diabetes.
Temuan : Subjek mempercayai bahwa
kadar gula darah yang rendah disebabkan karena kontrol metabolisme yang lebih
baik dari pada subjek yang tidak mempercayai hal ini. Indeks ketidakakuratan
untuk subjek yang percaya pada ketetapan gejala tidak terkait dengan pengukuran
kontrol metabolisme, artinya bahwa kontrol metabolisme ini tidak mempengaruhi
kadar gula darah mereka.
C. Membuat Kesimpulan
Kesimpulan
diperoleh dari temuan dan sintesa temuan tersebut. Untuk membuat kesimpulan
membutuhkan alasan – asalan yang logis dan merangkai semua informasi –
informasi yang berarti melalui analisa data dan juga temuan terdahulu, kemudian
data-data yang bisa diterima lalu menggunakan konteks terbuka untuk menjelaskan
semua informasi yang didapatkan dari ada-data.
Dalam
membuat kesimpulan, perlu diingat bahwa penelitian tidak membuktikan sesuatu
apapun. Penelitian menawarkan sebuah kesimpulan nyata. Bukti – bukti yang
didapatkan merupakan serangkaian bukti deduktif, untuk menjadi alasan dalam
proses penelitian tersebut. Oleh karena itu, suatu pernyataan kausal akan
sangat berisiko. Sebagai contoh, adalah suatu pernyataan kausal bahwa A akan
menyebabkan B (dimana tentu saja, pada setiap keadaan akan selalu seperti ini)
yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Hal ini lebih dipercayai untuk
menyatakan kesimpulan dalam bentuk kemungkinan-kemungkinan yang punya
kualifikasi.
Sebagai
contoh, lebih baik menyatakan dalam studi bahwa jika A terjadi maka akan
terjadi B dalam keadaan x, y dan è
(kerlinger, 1986) atau kemungkinan 80% akan terjadi B. Jadi, seseorang tidak
bisa menyimpulkan bahwa jika kita memberi tahu pre operasi, maka kecemasan post
operasi akan rendah selama rasa sakit dapat dikontrol, atau bila komplikasi
tidak terjadi dan ada hubungan dari keluarga yang baik, O’ronnel dan
teman-temannya (1990) menyimpulkan tingkat kepercayaan terkait pada metabolisme
yang berkontrol pada penderita diabetes. Subjek yang mempunyai kadar gula darah
rendah percaya bahwa gejala tidak terjadi karena mereka memiliki kadar Hb yang
baik dan kadar gula darah rata-rata yang lebih baik selama masa penelitian.
Kontrol
metabolisme tidak berpengaruh pada kadar gula darah. Temuan ini terkait pada
hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori dalam berbagai literatur. Hasil
dari studi ini dengan beberapa subjek adalah ulangan atas penelitian yang
terdahulu (Freurd et al, 1986 : Gonder Frederick et at 1989, Moses dan brodley,
1985. Penne Baker at 1981), yang menunjukkan bahwa kebanyakan subjek setidaknya
memiliki satu gejala yang sangat terkait dengan kadar gula darah.
Gonder
– Frederic et al (1986) menemukan bahwa orang dengan diabetes tipe I mempunyai
gejala yang lebih akurat. Pada studi sekarang ini, hanya 8% dari sampel orang
dengan diabetes tipe II yang mempunyai gejala diabetes terkait dengan kadar
glukosa darah yang tinggi dengan nilai r ³ 0,31. Akurat atau tidak, gejala-gejala ini telah menunjukkan
pengaruh terhadap tingkah laku mereka Chamera et .at. 1988, o’connel (et, 1984)
dan hasil dari studi ini mengindikasikan bahwa kepercayaan terhadap gejala ini
terkait dengan kontrol metabolisme pada penderita diabetes.
Metodologi
dari penelitian ini telah diperiksa utnuk menentukan keputasan dari penemuan,
walaupun kebanyakan peneliti berpikir objektif namun kadang-kadang penilaian
subjektif dan kesalahan bisa saja akan membuat cacat kesimpulan. Para peneliti
perlu untuk mengontrol subjektifitas dan bisa mahasiswa terkadang ingin menemukan
hal-hal yang baik sehingga bisa saja mereka salah menginterprestasikan hasil
statistik pada cetakan komputer secara signifikan walaupun hasilnya sebenarnya
sangat tidak signifikan. Kelemahan-kelemahan diikutsertakan dalam laporan
penelitian, seperti O’cennel dan kolegannya (1990) mendemonstrasikan hasil
penelitiannya.
Beberapa
kelemahan dari studi ini harus disebutkan. Pertama, subjek dipilih karena
mereka percaya bahwa gejala-gejala tertentu terkait dengan kadar gula darah
mereka dengan gejala ini dilaporkan terjadi setidaknya sekali dalam seminggu.
Subjek
yang tidak percaya dengan gejala seperti ini atau gejalanya yang tidak sering
terjadi telah dikeluarkan dari penelitian. Kedua, ukuran diambil 4 kali sehari
dengan waktu yang tidak ditentukan. Hal ini sangat memungkinkan bahwa seberapa
subjek telah terbiasa dengan gejala yang dipercayai sebagai akibat kadar gula
darah. Ketiga prosedur pengukuran itu sendiri bisa sangat beretek dari yang
sudah diperkirakan pada penderita (subjek) yang sudah terbiasa dengan
gejala-gejala tersebut dan kemungkinan akan beralih ke pengobatan.
Salah
satu resiko dalam membuat keputusan dalam penelitian adalah bermain-main dengan
data. Ini berarti membuat keputusan yang tidak berdasarkan data, contoh yang
paling umum adalah penelitian yang berhubungan dengan A dan B dan melalui
analisa koresional. Bermain data merupakan kesalahan tapi sering dilakukan oleh
para peneliti. Para peneliti ini perlu untuk mengecek validitas dari
argument yang terkait dengan kesimpulan
sebelum penemuan tersebut dibuktikan.
D. Menyelidiki temuan yang signifikan
Kata
signifikan digunakan pada penelitian yang menggunakan anova dua arah. Nilai
statistik yang signifikan terkait kepada analisa kuantitatif dari hasil
penelitian.
Agar
lebih penting, hasil penelitian yang diperoleh diolah menggunakan analisa
statistik agar hasil yang diperoleh tampak signifikan secara statistik.
Signifikansi statistik berarti bahwa hasil yang diperoleh bukanlah suatu
kebetulan. Bagaimanapun, siginifikan secara statistik tidak terlalu penting
dalam praktek klinik. Hasil bisa mengindikasikan perbedaan yang nyata dimana
secara klinis tidak terlalu penting. Sebagai contoh, Yonkman (1982.P.356) dalam
laporan hasil penelitian mengenai efek panas dan dingin aerosal pada temperatur
oral. Dan dilaporkan bahwa hasil ini secara statistik yang menampilkan
perbedaan secara statistik sangat signifikan. Tidak begitu jelas bahwa
perbedaan temperatur ini secara klinis sangat signifikan.
Studi mengenai praktek yang
signifikan dikaitkan dengan pentingnya ini bagi ilmu pengetahuan keperawatan
itu sendiri. Signifikansi bukanlah karakteristik yang harus terlalu dipaham,
karena penelitian telah melibatkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Statistik yang tidak
signifikan dari sebuah hasil penelitian bisa saja sangat signifikan dalam
praktek secara klinis. Signifikan sering dirasosiasikan dengan sejumlah
variansi yang dijelaskan. Kontrol dalam penelitian didesain untuk mengurangi
variasi yang tidak bisa dijelaskan atau defeksi dari perbedaan yang sangat
signifikan. Para peneliti diharapkan untuk mengklarifikasi signifikansi
sebanyak mungkin. Batasan signifikan itu telah terlihat jelas bagi peneliti
yang memang mengetahui tentang studi tersebut tapi tidak pembaca oleh karena
itu, peneliti perlu memperlihatkan batasan signifikan tersebut bagi pembaca,
menentukan siginifikan sercara klinis adalah penetapan berdasarkan pengalaman
peneliti seringkali berdasarkan bagian – bagian tertentu atau berdasarkan hasil
pengobatan yang mungkin saja berbeda dengan temuan penelitian.
Beberapa studi menjadi sangat
penting bagi beberapa disiplin ilmu, antara lain Johnson, 1972, Lindeman dan
Van Aernam, 1971, Passon dan Brana, 1966 dan Willram 1972. Pentingnya studi ini
bisa menjadi sangat ketinggalan di masa-masa mendatang setelah publikasi.
Bagaimanapun, beberapa karakteristik yang berhubungan dengan signifikansi.
Penelitian yang sangat signifikan hasilnya bisa menyebabkan perubahan bagi
kehidupan orang, bila hasil yang diperoleh sangat valid. Oleh karena itu,
sangat mungkin untuk mengenalkan penemuan tersebut jauh sebelum hasil yang
diperoleh dipublikasikan sehingga hasilnya tidak begitu mempengaruhi sejumlah
orang. Implikasi dari studi signifikan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
kemudian menjadi sangat abstrak akan bisa memperbaiki teori atau memunculkan
teori baru.
Studi yang sangat signifikan telah
mempengaruhi beberapa ilmu pengetahuan dalam keperawatan. Studi ini diterima
oleh disiplin ilmu yang lain dan kadang kala dijadikan referensi bagi mereka.
Dalam beberapa periode terakhir, penelitian yang signifikan diukur dari
sejumlah penelitian yang telah dilakukan.
E. Mengenalkan Penemuan
Pengenalan
berarti mengumumkan hasil temuan yang didapatkan ke sejumlah orang. Sebagai
contoh, jika studi dilakukan pada pasien diabetes. Maka lebih baik mengumumkan
hasil temuan pada penderita dengan penyakit lain atau pada individu yang sehat.
Studi
ekspermen yang sangat terkontrol, dengan validitas internal yang tinggi maka
pada saat pengumuman hasil penelitiannya bisa saja mengarah pada validitas
eksternal yang rendah.
Seberapa
jauh pengenalan hasil temuan ini bisa dilakukan? Ini merupakan pertanyaan yang
selalu diperdebatkan. Dari pandangan yang sempit dimana peneliti tidak bisa
mengumumkan hasil penelitiannya atau pada sampel lain yang benar-benar sangat
berbeda. Pandangan yang konservatif ini dibicarakan oleh kerlinger (1986), yang
menyatakan bahwa suatu hasil penelitian tersebut harus diumumkan secara luas.
Mengenalkan hasil penelitian bisa sangat berisiko jika sampel tidak dipilih
secara baik. Menurut Kerlinger (1986,p .301)” kecuali bila peringatan khusus
diambil dan usaha yang khusus dilakukan, hasil dari penelitian tidak bisa
ditampilkan dan sebaiknya tidak kenalkan. Ini merupakan dasar teori yang
klasik. Bagaimanapun, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 17, pengenalan
sering dibuat menjadi teori yang absrrak. Jadi, kesimpulan perlu ditujukan pada
pemakaian teori yang benar. Pernyataan mengenai alasan tidak bisanya hasil
penelitian dipublikasikan karena validitas eksternal dijelaskan pada Bab II.
Pengenalan
berdasarkan atas bukti-bukti yang dikumpulkan dari banyak studi disebut dengan
pengenalan empirik. Pengenalan seperti ini penting untuk penjelasan terhadap
teori yang sudah ada atau pengembangan teori yang baru. Pengenalan empirik
adalah dasar dari ilmu dan menyumbangkan konsep-konsep ilmu. Baru – baru ini
ilmu keperawatan telah menampilkan pengenalan hasil penelitian secara empiris.
F. Pertimbangan Kesimpulan
Kesimpulan
(implikasi) adalah arti dari kesimpulan itu bagi ilmu pengetahuan teori dan
praktek. Kesimpulan ini berdasarkan pada konklusi yang lebih spesifik. Mereka
menampilkan saran-saran yang spesifik terhadap penerapan penemuan. Para
peneliti perlu mempertimbangkan hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan. Sebagai
contoh saran – saran yang diajukan terhadap praktek keperawatan harus
diperhatikan dan perlu dimodifikasikan. Jika studi menunjukkan solusi yang
spesifik dan afektif untuk menurunkan stomatitis, maka kesimpulan yang
didapatkan harus disebutkan dan dikenakan. Tapi hasil penelitian ini tidak
berpengaruh dan memberikan masukan pada praktek keperawatan dibidang onkologi.
O’connel
dan Kolega (1990) menyarankan kesimpulan dibawah ini :
Tenaga
kesehatan secara kontinyu harus berusaha untuk menggunakan gejala-gejala
sebagai indikator dari kadar glukosa darah dari pada memberitahu klien diabetes
untuk mengabaikan gejala, tenaga kesehatan harusnya menginstruksikan klien
untuk menentukan gejala-gejala yang terjadi dan kemudian segera mengecek kadar
gula darah mereka. Pemeriksaan kadar gula darah harus dianjurkan bagi pasien
(cox et al, 1989), untuk membuat klien lebih waspada tentang gejala-gejala dari
penyakit diabetes. Kemudian lagi, tenaga kesehatan harus meminta klien untuk
waspada diabetes terhadap gejala diabetes yang mungkin muncul dan pencekkan
kadar gula darah. Dalam hal ini, tenaga kesehatan bisa memberi tahu pasien
untuk mengendalikan gejala-gejala yang tidak nyaman dan untuk tetap harus
mewaspadai gejala tersebut akibat kurangya metabolisme.
G. Menyarankan Studi Lanjutan
Selesainya
status penelitian dan pemeriksaan terhadap kesimpulan yang diperoleh maka
kemungkinan untuk merekomendasikan suatu studi lanjutan bisa saja terjadi dalam
lingkup ke bidang ilmu yang sama. Studi lanjutan atau rekomendasi studi
lanjutan atau pengulangan studi didesain dengan sampel yang berbeda dan jauh
lebih besar.
Dalam
setiap penelitian,. Para peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
bisa digunakan untk merancang suatu studi yang lebih baik kemudian hari. Merencanakan
studi lanjutan bagi para peneliti akan menciptakan peningkatan studi yang
menjadi lebih baik. Dari teori yang logis, penemnuan harus berdasarkan suatu
hipotesa dalam kerangka kerja yang sedang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar