BAB
I
PENDAHULUAN
PRE
PLANNING
PROGRAM
TERAPI BERMAIN“PERMAINAN DRAMATIK”
PADA
KELOMPOK ANAK USIA PRA SEKOLAH (4-6 TAHUN)
DENGAN
MASALAH PSIKOSOSIAL :
HOSPITALISASI
DI RUANG ANAK RS.DR.M.DJAMIL PADANG
Topik : Bermain Dramatik
(bermain dokter-dokteran)
Terapi : 4 orang mahasiswa
PSIK FK UNAND
Sasaran : Klien (anak) yang
kooperatif ( 4-6 orang) usia 4-6 tahun dan klien yang sesuai dengan
kriteria.
A.
Latar
Belakang
Perkembangan psikososial pada anak
sangat berperan penting untuk kehidupan sang anak kedepannya. Perkembangan
psikososial anak berhubungan dengan kemampuan mandiri anak, seperti makan
sendiri, berpisah dengan ibu/pengasuh, kemampuan bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan psikososial anak dipengaruhi
oleh stimulasi dari orang tua, stress yang dialami anak, kelompok sebaya, motivasi belajar,
dan lain-lain. Stimulasi harus diberikan orang tua
kepada anaknya secara teratur sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
bersosialisasi dan kemandirian. Stimulasi pun harus disertai rasa kasih sayang
sehingga perkembangan anak pun akan menjadi baik.
Menurut Erikson,
bahwa perkembangan anak ditinjau dari aspek psikososial selalu dipengaruhi oleh
lingkungan social dan untuk mencapai kematangan kepribadian anak perkembangan
psikososial anak dapat meliputi beberapa tahapan antara lain : tahap percaya
dan tidak percaya (umur 0-1 tahun), tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (umur
1-3 tahun), tahap inisiatif, rasa bersalah (umur 4-6 tahun / pra sekolah),
tahap rajin dan rendah diri (umur 6-12 tahun/ sekolah), tahap identitas dan
kebingungan peran (pada masa adolescence), tahap keintiman dan pemisahan
(dewasa muda), tahap generasi dan penghentian (dewasa pertengahan), tahap
integritas dan keputusasaan (dewasa lanjut).
Gangguan psikososial pada anak dapat
menyebabkan gangguan perasaan (seperti depresi, cemas), ganguan fungsi tubuh
(seperti gangguan psikosomatik), gangguan perilaku (seperti pasif, agresif),
atau gangguan penampilan. Problem psikososial tersebut dapat ditimbulkan oleh stress
fisik atau emosi cacat bawaan, luka fisik, pengasuhan yang tidak sesuai,
konflik pernikahan, penyiksaan anak, dan kesibukan orang tua yang berlebihan.
Orang tua harus dapat memberikan semangat untuk
mempersiapkan anak-anaknya agar dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang
dapat menimbulkan traumatis. Anak pun harus dibiasakan untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara langsung, seperti cemas, takut, atau marah.
Oleh karena itu, perasaan yang ada di anak dapat mulai dikontrol.
Diantara intervensi keperawatan anak
terapi bermain sangat efektif karena dapat mengetahui perkembangan fisik,
mental, intelektual, dan social anak sebagai wadah pembinaan hubungan
interpersonal antara klien, keluarga dan perawat. Salah satu manfaat bermain
bagi anak adalah dapat meningkatkan sosialisasi anak, dimana proses sosialisasi
dapat terjadi melalui permainan.
Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat
melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa. Terapi bermain dramatic adalah salah satu contoh terapi yang dapat
dilakukan pada anak dengan masalah psikososial. Bermain dramatic dapat
dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam berperilaku seperti
anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan
sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan social (Hidayat, A.Aziz Alimul:2005).
Melalui permainan dramatic, anak dapat
mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang, kemandirian
dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering
berpura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain, belajar
melihat dari sisi orang lain (empati). Disamping itu dengan bermain anak juga
dapat belajar mengambil keputusan, berlatih peran social sehingga anak
menyadari kelebihannya. Pengalaman bermain yang menyenangkan ini diharapkan
akan memberikan pengalaman yang menyenangkan sehingga anak-anak bisa mengatasi
masalah psikologis yang sedang dihadapinya.
B. Tujuan
Tujuan
Umum
Memberikan stimulasi
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, afektif, ekspresi terhadap perasaan dan
meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi. Selain itu, mahasiswa mampu
melakukan role play permainan dramatic pada anak dengan masalah psikososial.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti
kegiatan klien mampu :
1.
Meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi
2.
Membantu anak mengenal kehidupan social
3.
Meningkatkan kemampuan anak dalam hal fantasi,
imajinasi melalui permainan drama
4.
Meningkatkan kemampuan kognitif, social dan
emosi anak
5.
Mengurangi stress karena penyakit dan
hospitalisasi
6.
Memenuhi kebutuhan aktivitas bermain
7.
Mengurangi kecemasan anak terhadap tindakan
perwatan di rumah sakit
8.
Memperat hubungan terapeutik antara perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dengan anak dan keluarga
- Keuntungan
Anak diharapkan mampu
dalam mengembangkan kemampuan :
a.
Motorik halus : dengan dramatic play (bermain drama) bisa meningkatkan ketelitian,
mengungkapkan ekspresi bebas yang menyenangkan dalam mengungkapkan perasaan.
b.
Kognitif : membantu anak membangun konsep dan
pengetahuan, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, mendorong anak untuk
berpikir kreatif,
c.
Bahasa : membantu anak meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, memotivasi anak untuk belajar bahasa.
d.
Sosial : dengan bermain peran seperti bermain
dokter-dokteran, dapat membantu anak
mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, meningkatkan
kompetensi social anak, membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa
takut, membantu anak menguasai konflik dan trauma, membantu anak mengenali diri
mereka sendiri.
- Alasan Pemilihan Bermain peran (dokter-dokteran) untuk terapi bermain bagi anak dengan masalah Psikososial
v Bermain peran (dramatic play) sesuai
untuk perkembangan psikososial untuk anak dengan usia pra sekolah.
v Anak bisa mengekspresikan perasaan dan emosinya
melalui bermain peran
v Mengembangan fantasi dan
imajinasi anak dalam memainkan peran tertentu
v Meningkatkan kreatifitas
anak
v Meningkatkan kemampuan
anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
v Menarik dan tidak
membosankan
v Mudah dilakukan
v Sarana mudah didapat
- Pelaksanaan Kegiatan
Ć Topik
Bermain peran
(dokter-dokteran).
Ć Sasaran
Aktivitas bermain ini
ditujukan bagi anak usia prasekolah yang mengalami masalah psikososial karena
dampak hospitalisasi, dengan criteria sebagai berikut :
1.
Anak usia prasekolah (usia 4-6 tahun) sebanyak 5
orang
2.
Anak-anak yang mengalami masalah psikososial
karena dampak dari hospitalisasi
3.
Tidak dalam kondisi sakit berat atau bedrest
4.
Tidak menderita penyakit infeksi (menular)
5.
Tidak bertentangan dengan pengobatan
Ć Metode
Permainan
Ć Media
Boneka,
stetoskop, spuit plastic, kapas,kertas
Ć Tempat
Ruang
rawat inap anak RS.Dr. M.Djamil Padang
Ć Waktu
Hari / Tanggal : Senin / 7 Mei 2012
Waktu : 09.00-09.05 (perkenalan)
09.05-09.30 (bermain peran)
09.30-09.35 (penutup)
Lama :
35 menit
Ć Pengorganisasian
1.
Setting Tempat
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
: Leader :
Co-Leader
|
: Obeserver :
Klien
|
: Fasilitator : Pembimbing
Catatan
: Setting tempat disesuaikan dengan keadaan anak dan mengikutsertakan peserta
tambahan
2.
Uraian
Tugas
a. Leader
:
Tugas
:
Menjelaskan tujuan
aktivitas
Memperkenalkan anggota
terapis
Memberikan kesempatan
anggota untuk saling mengenal
Menjelaskan aturan
permainan
Memberikan respon yang
sesuai dengan perilaku anggota
Menyimpulkan
keseluruhan aktivitas anggota
b. Co-
Leader :
Tugas
:
Menyampaikan informasi
dan fasilitator kepada leader
Membantu leader dalam
melaksanakan tugasnya
c. Fasilitator :
Tugas
:
Mampu memfasilitasi
klien yang kurang aktif
Mampu memotivasi klien
d. Observer :
Tugas
:
Mampu mengobservasi
jalannya terapi bermain
Mengamati dan mencatat
jumlah anggota yang hadir
Melaporkan tentang
hasil terapi pada masing-masing anak
Membuat kesimpulan,
evaluasi dan mendiskusikan tentang kondisi anak kepada orang tua, untuk
ditindak lanjuti oleh orang tua
e. Dokumentasi
Tugas
:
Mendokumentasikan
kegiatan dan hal- hal yang dianggap penting
F.
MEKANISME
KEGIATAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan Mahasiswa
|
Kegiatan Peserta
(Anak dan Keluarga)
|
1.
|
5 menit
|
Pembukaan
@ Memusatkan
perhatian anak-anak
@ Salam
@ Perkenalan
dengan mahasiswa
@ Perkenalan
dengan pembimbing
@ Perkenalan
antar sesama anak
@ Menjelaskan
tujuan
@ Menjelaskan
kontrak waktu
|
Memperhatikan
Menjawab salam
Berkenalan
Berkenalan
Berkenalan
Memperhatikan
Memperhatikan
|
2.
|
20 menit
|
Kegiatan Inti
@ Menyusun
dan menertibkan barisan anak-anak, orang tua hadir untuk menyaksikan anak
@ Membagikan
peran yang akan dimainkan oleh anak
@ Membagikan
peralatan untuk bermain peran
@ Memandu
anak-anak untuk mulai bermain peran
@ Meminta
2-3 orang anak untuk menceritakan pengalamannya dalam bermain peran
|
Anak-anak tertib dan didampingi
atau disaksikan oleh orang tua
Anak-anak mendengarkan dan
menerima pembagian peran masing-masing
Anak-anak menerima peralatan yang
dibutuhkan
Mendengarkan dan mulai bermain
peran
Anak punya inisiatif untuk
menceritakan pengalamannya
|
3
|
5 menit
|
Penutup
@ Leader
mengevaluasi respon motorik dan verbal peserta dan keluarga terhadap kegiatan
@ Leader
menyimpulkan kegiatan bersama peserta
@ Leader
menutup kegiatan dan member salam
|
Mengemukakan pendapat
Berpartisipasi
Mendengarkan dan menjawab salam
|
G.
Kriteria
Evaluasi
1. Evaluasi
struktur
¨
Peserta 5 orang
¨
Peserta duduk ditempat
yang telah disediakan atau ditempat yang diinginkan oleh anak
2. Evaluasi
proses
¨
Klien tidak
meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
¨
Klien aktif dan dapat
mengikuti rangkaian kegiatan dengan tertib
¨
Klien dapat mengikuti
terapi sesuai dengan aturan permainan
3. Evaluasi
hasil
¨
Imajinasi dan
kreatifitas anak meningkat
¨
Anak merasa senang dan
terhibur
¨
Anak anak dapat saling
berinteraksi dan mengenal satu sama lain
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep
Bermain
Bermain
merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu
aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan
afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak
merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti
kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, dan lain- lain.
2.2
Fungsi
Bermain
a. Membantu
perkembangan sensorik dan motorik.
Fungsi bermain pada anak ini adalah
dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui
rangsangan ini aktiviitas anak dapat mengeksplorasi alam sekitarnya sebagai
contoh bayi dapat dilakukan dengan rangsangan taktil, audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.
b. Membantu
perkembangan kognitif, perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui
permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan
mencoba melakukan berkomunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model
demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan
sosialisasi anak, proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak
akan merasa kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman
yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran, seperti bermain berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, jadi seorang bapak, jadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada
usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d. Meningkatkan
kreativitas, bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas, dimana
anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih
kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang
mobil-mobilan.
e. Meningkatkan
kesadaran diri, bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan
bagian dari individu yang saling berhubungan,anak mau bellajar mengatur
perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai
nilai terapeutik, bermain dapat menjadi diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stress dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
g. Mempunyai
nilai moral pada anak, bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri
pada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belaja benar atau salah dari
budaya di rumah, disekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga
ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak
boleh dilanggar.
2.3
Perkembangan
Psikososial (Erikson)
Teori
perkemabangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang
dikembangkan oleh Erikson (1963). Teori ini dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada
kepribadian yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Erikson juga
menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesist,
menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama
periode kritis dalam perkembanangan kepribadian.
Setiap tahap psikososial mempunyai dua
komponen aspek menyenangkan dan tidak menyenangkan dari konflik inti dan
perkembangan ketahap selanjutnya bergantung pada penyelesaian konflik ini.
Setiap situasi baru menimbulkan konflik dalam bentuk baru. Sebagai contoh,
ketika anak yang mencapai rasa percaya secara memuaskan menghadapi pengalaman
baru (mis : hospitalisasi) mereka harus sekali lagi membentuk rasa percaya
kepada orang yang bertanggung jawab atas asuhan mereka dalam rangka menguasai
situasi. Pendekatan rentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian
yang berkaitan dengan masa kanak-kanak, yaitu :
Percaya vs tidak
percaya (lahir sampai 1 tahun)
Hal pertama dan yang paling penting bagi
perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun
pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada masa
ini. Rasa tidak percaya terjadi jika
pengalaman yang meningkatkan terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan
dasar tidak dipenuhi secara konsisten
atau adekuat.
Autonomi vs malu atau
ragu-ragu (1-3 tahun)
Perkembangan autonomi selama periode toddler berpusat pada peningkatan kemampuan
anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan mereka.
Perasaan negative seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak
diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka membahayakan, atau ketika mereka
dipaksa untuk bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu
melakukannya.
Inisiatif vs rasa
bersalah (3 sampai 6 tahun)
Tahap inisiatif dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh
semangat, berani berupaya dan imajinasi
yang kuat. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas
ynag bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dibuat merasa
bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga
menimbulkan rasa bersalah.
Industri vs
inferioritas (6 sampai 12 tahun)
Tahap industri adalah periode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap
yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja
dan berproduksi. Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat
mereka lakukan sampai selesai; mereka
memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan
dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar
yang ditetapkan orang lain untuk mereka.
Identitas vs
kebingungan peran (12 sampai 18 tahun)
Perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas.
Rasa percaya terhadap tubuh mereka yang sudah terbentuk sebelumnya mengalami
kegoncangan, dan anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan mereka
dimata orang lain dibandingkan dengan konsep diri mereka. Ketidakmampuan untuk
menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran.
2.4
Konsep
Permainan Dramatik atau pura-pura
Salah
satu elemen vital pada proses identifikasi anak adalah permainan dramatic, yang
disebut juga permainan simbolik atau pura-pura. Permainan ini mulai pada masa
bayi akhir (11 sampai 13 bulan) dan merupakan bentuk permainan yang dominan
pada anak prasekolah. Denga memainkan kejadian hidup sehari-hari, anak belajar
dan mempraktikkan peran dan identitas yang dimainkan oleh anggota keluarga
mereka dan masyarakat. Mainan anak, replica benda-benda dimasyarakat,
memberikan media untuk belajar tentang peran dan aktivitas orang dewasa yang
dapat membingungkan dan menimbulkan frustasi bagi mereka. Permainan sederhana,
imitative, dramatic pada toddler, seperti menggunakan telepon, mengendarai
mobil-mobilan, atau menimang boneka, berkembang menjadi drama yang semakin
kompleks dan bersambung yang dibuat anak prasekolah, yang meluas dari hal-hal
umum di rumah tangga sampai aspek yang lebih luas tentang dunia dan masyarakat,
seperti memainkan peran polisi, pramuniaga, guru atau perawat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan psikososial pada anak
sangat berperan penting untuk kehidupan sang anak kedepannya. Perkembangan
psikososial anak berhubungan dengan kemampuan mandiri anak, seperti makan
sendiri, berpisah dengan ibu/pengasuh, kemampuan bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan psikososial anak dipengaruhi
oleh stimulasi dari orang tua, stress yang dialami anak, kelompok sebaya, motivasi belajar,
dan lain-lain.
Perkembangan psikososial anak
dipengaruhi oleh lingkungan social dan untuk mencapai kematangan kepribadian
anak perkembangan psikososial melalui beberapa tahapan antara lain : tahap
percaya dan tidak percaya (umur 0-1 tahun), tahap kemandirian, rasa malu dan
ragu (umur 1-3 tahun), tahap inisiatif, rasa bersalah (umur 4-6 tahun / pra
sekolah), tahap rajin dan rendah diri (umur 6-12 tahun/ sekolah), tahap
identitas dan kebingungan peran (pada masa adolescence), tahap keintiman dan
pemisahan (dewasa muda), tahap generasi dan penghentian (dewasa pertengahan),
tahap integritas dan keputusasaan (dewasa lanjut).
Adanya gangguan dalam perkembangan
psikososial anak dapat berdampak pada perkembangan kepribadiannnya saat
beranjak dewasa. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah psikososial anak
,salah satunya dapat dilakukan dengan terapi bermain peran (dramatic play). Permainan ini dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan
merangsang daya imajinasi anak.
- Saran
Setelah kegiatan terapi aktivitas
bermain ini, diharapkan anak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi dan mengungkapkan perasaan
melalui terapi bermain serta anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
orang-orang tempat ia dirawat.
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah. 2011. Gangguan
Perkembangan Psikososial Anak. Diakses tanggal 6 Mei 2012.
www.aish-idea.blogspot.com.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika : Jakarta.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana : Jakarta.
Peran Bermain
Dalam Perkembangan Anak. Diakses tanggal 6 Mei
2012.
Wong, L.Donna,dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Vol.1. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar