Asuhan Keperawatan Haemorrhagic Disease of The Newborn ( HDN)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Haemorrhagic Disease of The Newborn ( HDN) / yang lazim disebut perdarahan akibat defisiensi vitamink K atau vitamin K deficiency bleeding (VKDB) adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas koagulasi yang tergantung pada vitamin K (faktor II, VII, IX dan X).  Sedangkan aktifitas faktor koagulasi yang tidak tergantung pada vitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal (Depkes. go.id. 2003).
Perdarahan intracranial pada bayi merupakan jenis perdarahan yang paling sering dihubungkan dengan HDN onset lambat. Hampir 2/3 bayi dengan HDN onset lambat datang dengan perdarahan intracranial. HDN onset lambat adalah perdarahan pada bayi yang muncul pada usia lebih dari 7 hari, biasanya terjadi pada usia 2 sampai 8 minggu tetapi dapat terjadi kapan saja pada tahun pertama kehidupan. (Respati, dkk: 2005).Selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007 terdapat 15 bayi yang dirawat di ruang HCU Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang dengan perdarahan intracranial dengan rentang usia 3-20 minggu. Umur 4 samapi 8 minggu merupakan kelompok terbanyak (80%) dengan jumlah jumlah laki-laki mencapai 73,3% (rasio laki-laki dan perempuan 2,7:1).
Persalianan normal ditemukan pada 14 orang penderita (93,3 %) dan tidak satupun yang mendapat vitamin K profilaksis. Bidan merupakan penolong persalinan terbanyak (73,3 %) dan 4 (26,7%) penderita lahir di rumah sakit, dan hamper semua menderita mendapat ASI (93,3%). (Syarif, 2008).
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa-mahasiswi dapat mengetahui tentang penyakit dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hemorrhagic Disease of The Newborn (HDN) dan sebagai acuan dalam praktek klinik.
2.      Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan anatomi fisiologi dari organ yang terkait dengan   penyakit HDN
b.      Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan landasan teoritis penyakit HDN
c.       Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan Landasan teoritis Asuhan keperawatan pada klien dengan HDN
d.      Agar mahasiswa/I mampu menjelaskan dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan pada klien dengan HDN

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.Konsep Dasar Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)
A. Pengertian Hemorrhagic disease of the newborn
1. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN) merupakan suatu keadaan akibat dari kekurangan vitamin K pada masa neonatus (Bambang P, Buku ajar Haematologi–Onkologi Anak, hal 184). Padakebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Kasus perdarahan pada intracranial jarang di jumpai. Sistem pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar protein koagulasinya juga masih rendah.
2. HDNadalah hasildari perjalananantibodiIgGdari sirkulasimaternalmelintasiplasentake dalamsirkulasijanindi manamerekabereaksi dengansel darah merahjanin danmenyebabkankehancuranoleh sistemretikuloendotelialjanin (A.V. Hoffbrand, Essential Haematology,hal 322).
3. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN)adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin K (hal 1373).
4. HDN juga didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi yangberhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factorpembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal.
5.The Committee on Nutrition of the American Academy of Pediatrics (1996) mengatakan bahwa HDN adalah pendarahan yang terjadi pada beberapa hari pertama kelahiran akibat kekurangan vitamin K dan ditandai dengan defisiensi protrombin, prokonvertin, dan mungkin faktor pembekuan lain (Markum,dkk, FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, hal 321)
6. Penyakit Pendarahan pada neonatus atau Hemorrhagic Diseases of Newborn (HDN) merupakan gangguan pendarahan yang dapat sembuh sendiri dan terjadi akibat defisiensi faktor pembekuan yang tergantung vitamin K (Waldo E. Nelson, Ilmu kesehatan Anak, hal 887)
Kadar dari system prokoagulasi seperti proteinprekalikrein, faktor V, XI, XII, sert faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (II, VII, IX,X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K berlangsung kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya cadangan flora  normal usus yang mampu mensintesa  vitamin K.
B.     ANATOMI FISOLOGI
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran Darah Otak
1. Anatomi Otak
      Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta tiga lapis selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Berat otak manusia kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak menerima 20 % dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2 tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam seluruh tubuh manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan O2 dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan.
      Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1) Serebrum (Otak Besar / Hemisfer Serebri)
      Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum terbagi menjadi dua hemisfer yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam yang disebut visura longitudinalis mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral.
            Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian inti hemisfer yang disebut pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk menjalankan semua fungsi–fungsi mental yang lebih tinggi seperti penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir abstrak. Berfungsi juga dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta mengatur semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
            Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian terdalam hemisfer serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa substansia grisea tertanam didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang lain.
            Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan dan ekstremitas bagian bawah. Fungsi basal ganglia dalam kooperasi dengan bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh dasar dan dibawah sadar. Basal ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi fungsi-fungsi antagonis otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
            Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum terletak dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri memiliki fungsi spesifik. Lobus tersebut dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih dikenal dengan area brodmann yang mempunyai fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
·         Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di sepanjang girus presentralis dan tersusun secara somatotopik. Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan volunter.
·         Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik. Area ini bertanggung jawab terhadap gerakan-gerakan terlatih seperti menulis, mengetik atau mengemudi.
·         Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas gerakan-gerakan menyidik volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan pandang frontal.
·         Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata volunter.
·         Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik broca. Terletak di girus frontalis inferior pars operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang mengatur bicara terletak pada hemisfer kiri.
·         Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan kepribadian. Terletak di korteks prefrontalis, fungsinya melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan, ide-ide dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
·         Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post sentralis. Area ini dikenal dengan area somestetik primer, fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi diarea ini mengakibatkan gangguan sensorik kontralateral.
·         Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan meluas sampai permukaan medial hemisfer. Fungsinya adalah menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas, bentuk, berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Area ini disebut juga area asosiasi somestetik.
·         Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis inferior. Fungsinya mengintegrasi kemampuan dalam memahami bahasa tulisan.
·         Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus parietalis inferior, fungsinya mengintegrasikan kemampuan stereogenesis.
c) Lobus Temporal
·         Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik sekunder) Brodmann, area ini berfungsi sebagai penerima suara.
·         Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada girus temporalis superior. Fungsinya sebagai tempat proses pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area Wernicke.
d) Lobus Oksipital
·         Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus kalkarinus. Fungsinya sebagai penerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
·         Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting dalam reflek gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti.



2) Batang Otak (Trankus Serebri)
Bagian–bagian batang otak dari atas ke bawah adalah diensefalon, mesensefalon (otak tengah), pons varolli dan medula oblongata.
a) Diensefalon
            Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus, hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik. Aktivitasnya adalah sebagai penyambung sensasi bau yang diterima. Talamus memancarkan impuls-impuls sensorik seperti penglihatan dan pendengaran ke kortek serebri juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi tertentu yang terbanyak adalah nyeri. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Hipotamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem saraf otonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempertahankan sekresi hormonal. Hipotalmus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, prilaku agresif, seksual dan pusat respon emosional. Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan hormon-hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-organ reproduksi, tiroid, kortek adrenal dan organ-organ lain.
b) Mesensefalon (otak tengah)
            Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas pons. Substansia nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan merupakan bagian dari jaras ekstra piramidal atau jaras impuls motorik involunter.
c) Pons Varolli
            Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan medulla oblongata dibawah. Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan.
d) Medula Oblongata
            Merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah

Di seluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat. Jaras-jaras tersebut adalah jaras motorik dan jaras sensorik.

 Jaras motorik
            Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf, salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus piramida atau penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Pertama disebut sebagai neuron motorik atas / Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut sebagai neuron motorik bawah / Lower Motor Neuron (LMN). Setiap saraf motorik yang menggerakan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan saraf-saraf motorik bawah.
            Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak dibentuk oleh UMN. UMN mulai didalam kortek pada sisi yang berlawanan di otak menurun melalui kapsul interna, menyilang ke sisi yang berlawanan di dalam batang otak, menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. UMN seluruhnya berada dalam sistem saraf pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda dengan UMN, LMN berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN rusak atau hancur sering menyebabkan stoke, paralisis (kehilangan gerak yang disadari). Hemiplegi (paralisis satu tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-serat pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang berlawanan menjadi kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini disebut paraplegi.
            Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula spinalis berakibat rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi lumpuh dan orang tersebut tidak mampu menggerakan otot. Saraf tidak mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot menjadi lemah dan atropi karena otot tidak digerakan. Rentetan kejadian ini terjadi pada poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-otot adalah tanda spesifik pada penyakit LMN.
 Jaras sensorik
            Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga jalur neuron. Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan bergantung pada tipe sensasi yang ada. Akson pada saraf yang mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui akar posterior. Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera saat memasuki kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson ini membuat hubungan dengan sel-sel neuron sekunder. Serabut-serabut nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi yang berlawanan pada medula dan jalan ke atas menuju talamus. Serabut-serabut yang membawa sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi tersebut tidak segera berhubungan dengan neuron kedua tetapi naik ke medula.
            Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang timbul dari otot-otot, sendi-sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran. Stimulus ini dibawa oleh neuron primer menuju batang otak tanpa adanya proses penyilangan. Terputusnya saraf-saraf sensori menyebabkan kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan degenerasi selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra posisi pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi


3) Serebelum (Otak Kecil)
            Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian posterior serebrum. Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Semua aktivitas serebelum ada dibawah kesadaran. Fungsi utamanya sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.


2. Sirkulasi Serebral
            Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750 ml/menit. Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan makanan, sementara kebutuhan metabolisme otak tinggi. Aliran darah otak sangat unik, karena melawan arah gravitasi. Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas. Kurangnya aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini berbeda dengan organ tubuh lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya menurun.
1). Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
a). Arteri karotis
            Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis. Arteri karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta, sedangkan arteri korotis komunis kanan berasal dari arteri brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan bercabang menjadi arteri serebri anterior dan media. Segera sesudah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dan sinus-sinus udara. Bila cabang arteri karotis interna ini tersumbat dapat mengakibatkan kebutaan monokular.
            Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian lobus frontal dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi hemiplegi kontalateral.
            Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama girus pra sentralis dan post sentralis. Korteks auditorius, somestetik, motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan menimbulkan afasia, kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik kontralateral.
b). Arteri vertebralis kanan dan kiri
            Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
            Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ vestibular. Korteks penglihatan primer pada lobus oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan menimbulkan hemianopasi homonim kontralateral.
2). Sirkulasi Willisi
            Meskipun arteri karotis interna dan vertebrobasilaris merupakan dua sistem arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus willisi. Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat. Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trobus dapat menyebabkan sumbatan aliran darah kedistal neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat nekrosis ataupun infark.
3). Vena
              Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi vena-vena besar. Penyilangan pada sub arachnoid dan pengosongan pada sinus dural yang luas, mempengaruhi vaskular yang terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa vena keluar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran darah balik darah seperti pada vena-vena lain ditubuh
C. Etiologi
1.Kekurangan vitamin
2.Trauma kelahiran
·      Partus biasa   oleh pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan
·      Disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga  terjadi mulase
 3.partus buatan (ekstraksi vakum, cunam)
4.partus presipitatus
Bukan trauma kelahiran, umumnya ditemukan pada bayi kurangbulan(prematur). Faktor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakanfaktor pencetus intracranial bleeding (ICB) seperti hipoksia dan iskemiaotak yang dapat timbul pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, dan kejang-kejang, kelainan jantung bawaan, hipotermi, jugahiperosmolaritas/hipernatremiad.
D.Klasifikasi
Klasifikasiperdarahan Defisiensi Vitamin K
          (PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal dan  late  berdasarkan pada umur saat kelainan tersebut bermanifestasi (Sutor dkk 1999, Von Kries1999).
1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari pertamakehidupan. Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari ibu yangmengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang tidak mendapat suplementasi vitamin K adalahantara 6-12% (tinjauan oleh Sutor dkk 1999).
2. Classical VKDB  (PDVK klasik)
          Ini timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan lebihsering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yangterlambatmendapatkan suplementasi makanan. Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian PDVK klasik yang pastikarena jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh.
3. Late VKDB  (PDVK lambat)
Ini timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir, sebagianbesar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari pasien ini mempunyaikelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan malabsorpsi. Perdarahan intrakranialyang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi berisiko mungkin ditemukan tanda-tandapenyakit hati atau kolestasis seperti ikterus yang memanjang, warna feses pucat, danhepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian PDVK pada bayi yang tidak mendapatkanprofilaksis vitamin K adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar30% (Loughnan dan mcdougall 1993)
Table klasifikasi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) pada anak

PDVK dini
PDVK klasik
PDVK lambat
Umur
¸24 jam
1-7 hari (terbanyak 3-5hari)
2 minggu
 – 6 bulantrutama 4-6 minggu

Penyebab dan faktor resiko
Obat yang diminumselama hamil
Pemberianmakananterlambat
Intake vitamin Kinadekuat.
Kadar vitamink rendah padaasi
Tidak dapat profilaksisvitamin K
Intake vitamink inadekuat


Frekuensi
< 5 % pada kelompok resiko tinggi
0,01-1 % (tergantungpada pola makananbayi)

Lokasi perdarahan
Sefalhematom,umbilicus, intrakranial,intra abdominal, GIT,intrathorakal.
GIT, umbilicus, hidung,tempat suntikan, bekassirkumsisi, intrakranial

Pencegahan
Penghentian/penggantianobat penyebab
-      Vitamin Kprofilaksis(oral/im)
-      Asupan vitamink yang adekuat

Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan intrakranial padaneonatus dibagi dalam empat daerah yaitu :
a. Epidural Hemorrhage,
Terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau venameningia media di antara tulang kepala dan durameter. Pengumpulan darah di dalamruangan durameter disebut hematoma epidural. Perdarahan ini sering berlokasi didaerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya disertai fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak bergantung padaluas dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tandagangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akantampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti iritabel,menangis melengking ( cephalic cry  ), ubun-ubun tegang dan menonjol, deviasi mata,sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal seperti dilatasipupil homolateral.
b. Subdural Hemorrhage
Dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya venagalen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering diinfratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior danmenyebabkan kompresi batang otak ( brain stemp). Kadang-kadang, perdarahan inidapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebellum. Perdarahansubdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior.Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium. Perdarahanini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi perdarahan didalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya venasuperfisial serebri ( bridging vein ), mengakibatkan perdarahan subdural padapermukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan biasanya diikutiperdarahan subaraknoid..
 c. Subarachnoid Hemorrhage,
Perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnyavena-vena dalam rongga araknoid ( bridging veins ), rupturnya pembuluh darah kecildi daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanyaberkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior.Hal yangditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid olehdarah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.
d. Intraventricular hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateralventrikel ketiga dan keempat. Terjadi perdarahan flexus choroid dan pemanjangandari matriks subependymal atau thalamus
e. Intraparenchymal hemorrhage
           Adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringanparenkim otak. Biasanya terjadi edema vasogenik dalam jumlah yang besar
E. Manifestasi klinis
Gejala-gejala Hemorrhagic disease of the newborn
(HDN) tidak khas, dan umumnya sukardidiagnosis jika tidak didukung oleh riwayat persalinan yang jelas.Gejala-gejala berikutdapat ditemukan :
1.    Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan salurancerna. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekastusukan jarum suntik.Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%) 80-100% berupaperdarahan subdural dan subaraknoid. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial(TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadicengeng, ubun-ubun besarmembonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadidapat bersifat fokal atau umum
2.    Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya padaperdarahan subaraknoid
3.    Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang,  irritable, twitching, opistotonus. Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahansubdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.
4.    Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, reflexcahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus daneksoftalmus.
5.    Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakansusunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipneadan sianosis intermiten.
6.    Cephalic cry (menangis merintih)
7.    Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake like flicking of the tongue), Menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan padakorteks
8.    Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bilaperdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonusotot akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditasakan berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnyakelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
9.    Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen,sopor atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-kadangada hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayiprematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan.
Berdasarkan perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2 sindrom yaitu :
·      Saltatory syndrome:Gejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari-hari yangkemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat sembuh sempurna tetapi biasanyadengan gejala sisa
·      Catastrophic syndrome.Gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung beberapamenit sampai berjam-jam dan akhirnya meningga
F. Patofisiologi
       Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yangberperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuandarah (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan faktor koagulasi yang tidak tergantung padavitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui di sintesis oleh flora normal usus sepertiBacteriodes Fragilis  dan beberapa strain  E. Coli,yaitu :
1.    .Vitamin K 1 ( phytomenadion), Berasal dari diet sayuran berwarna hijau. Vitamin k1bersifat larut dalam lemak
2.    Vitamin K 2 (menaquinone) berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2 bersifatlarut dalam lemak 
3.    Vitamin K 3 ( menadion)Merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang diberikankepada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkanAnemia hemolitik. Vitamin Kbanyak terdapat pada hati, kedelai dan sayuran seperti tomat, bayam.
          Secara fisiologi kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 42-72 jam setelahkelahiran. Kemudian faktor ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggutetapi tetap berada di bawah kadar orang dewasa. Sedangkan bayi baru lahir relativekekurangan vitamin K karena beberapa alasan, seperti:
§  Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan zat ini.
§  Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.
§  Rendahnya kadar vitamin K pada ASI
§  Sterilitas saluran cerna.
          Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh darahintrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrionaldengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadikerusakan bila ada faktor pencetus (hipoksia/iskemia).Keadaan ini terutama terjadi padaperdarahan intraventrikuler /periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningikamedia antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus.Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis ICB yang banyak dijumpai pada BCB. Di siniperdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan ronggasubdural dengan sinus-sinus pada duramater.
Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yangprematur sebab pada bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik danmulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahandan membentuk hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapatterjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai berminggu- minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidangobstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat menurun
Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yangbiasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikandengan fungsi likuor.Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat(kecelakaan).  Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersamaperdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler. Dari semua jenis ICB,perdarahan periventrikuler memegang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnyatinggi pada bayi prematur. Sekitar 75--90% perdarahan periventrikuler berasal dari jaringansubependimal germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.
         Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yangmenyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya alirandarah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyamankapiler sehingga mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkanperdarahan intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibatpemberian natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapatmeninggikan tekanan darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah
G. Penatalaksanaan
Bayi dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan 2 mg(pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan kecepatansuntikan kurang dari 1 mg/menit. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan danmembaiknya masa protrombin.Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan  fresh frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun (12mg/dl ) diberikan  packed red cells (PRC).Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa (perdarahan intrakranial) dapatdiberikan   prothrombin complex-Concentrates (pccs).Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebihparah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU (  Neonatal Intensive careunit ) yaitu dengan :
a.    Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2
b.    Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksipupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung(bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari 1ml/kgbb/jamberarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgbb/jam menunjukkanfungsi ginjal baik
c.    Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02
d.   Bayi letakkan dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan laringoleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral
e.    Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan
f.    Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5-10%) dan nacl 0,9% dengan perbandingan  4:1 atau glukosa 5-10% dan Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1
g.    Pemberian obat-obatan :
o   valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgbb, tunggu 15menit, jika belum berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti diberikanluminal 10 mg/kgbb (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgbb dibagidalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya
o   kortikosteroid berupa deksametason 0,5-1 mg/kgbb/24 jam yang mempunyaiefek baik terhadap hipoksia dan edema otak.
o   antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila adamanipulasi yang berlebihan.
o   Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi padapermukaan korteks
h. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural walaupun jarangdilakukan explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan dengankraniotomi,evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada perdarahan/hematomasubdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaanduramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik.Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor,dilakukan shunt  antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
H.  Komplikasi
       Komplikasi pemberian vitamin K antara lain
v reaksi anafilaksis (bila diberikan secara IV)
v anemia hemolitik
v hiperbilirubinemia (dosis tinggi)
v hematoma pada lokasi suntikan
I.  Pencegahan
Health Technology Assesment  (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun 2003Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mgpada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mgsehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K10 mg/IM, kepada bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jamkemudian
J.  Prognosis
         Karena kemajuan obstetri, ICB oleh trauma kelahiran sudah sangat berkurang.Mortalitas ICB non traumatik 50-70%. Prognosis ICB bergantung pada lokasi danluasnya perdarahan, umur kehamilan, cepatnya didiagnosis dan pertolongan. Padaperdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah sisi yang berlawanan. Dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak. Keadaan ini dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak meninggal, dapat disertaispastisitas, gangguan bicara atau strabismus. Kalau ada gangguan serebelum dapat terjadiataksi serebeler. Perdarahan yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler,memberikan sindrom hiperaktivitet.Pada perdarahan subdural akibattrauma, hanya 40% dapat sembuh sempurnasetelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan bedah.Perdarahansubdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi cepat, pernapasan tidak teratur dandemam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada perdarahan intraventrikuler, mortalitasbergantung pada derajat perdarahan.Pada derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-25%, sebagian besarsembuh sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan. Pada derajat 3--4 (sedang-berat), mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat. Sekuele dapatberupaCerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental dan hidrosefalus.Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan periventrikuler.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan   Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanankesehatan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakanmetodologi proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan dilandasi etik danetika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan(Depkes,1995:5).Proses keperawatan menyediakan struktur untuk praktik keperawatan, merupakan kerangka kerja penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan human caring. Proses keperawatan digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Perawat menganggap pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan dan memastikan ketepatan dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon pasien. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ,
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan pengambilan keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan. Untuk mengarahkan perawat dalam mengumpulkan data agar perawat dapat menentukan status dan fungsi kesehatan individu atau kelompok, Gordon mengembangkan sistem untuk mengatur pengkajian keperawatan berdasarkan fungsi (1994). Setelah pengumpulan data selesai, perawat dan klien dapat menentukan status fungsi yang positif, status perubahan fungsi, atau status resiko perubahan fungsi. Pola kesehatan fungsional meliputi :Pengkajian Gordon
A) Identitas klien, meliputi : nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, status bangsa, tanggal masuk RS, nomor rekam medis, diagnosa medis dan alamat. Disamping itu perlu juga dicantumkan identitas Penanggung jawab yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungandengan keluarga dan alamat.
B) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada   Hemorhagic disease of the newborn (HDN)Biasanya akanditemukan adanya penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan sampaiterjadi koma sehingga klien tidak dapat dilakukan pengkajian tentang keluhanutamanya, Dikembangkan pula dengan menggunakan konsep PQRST mulaidari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST Meliputi P :   Paliatif artinya apa yang memperberat keluhan yang dialami klien, Q : Qualitas artinya bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien, R : Region artinya di manakah gangguan tersebut dirasakan, apakahgangguan tersebut menjalar/menyebar ke area lain, apa yang telahdilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan tersebut, S : Scala artinya seberapa berat keluhan tersebut dirasakan, bagaimanakeluhan tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya.T : Time artinya berapa lama keluhan tersebut dirasakan, apakah adaperbedaan intensitas keluhan misal: menghebat pada saat malam hari.
C)    Riwayat kesehatan lalu
meliputi: adanya riwayat tidak diberikannyavitamin K saat BBL , apakah sebelumnya ibu klien pernah mengkonsumsiobat-obatan pada saat mengandung klien, apakah klien pernah mengalamikecelakaan atau tidak, klien pernah mengalami tindakan invasif yaitumenggunakan vakum dan forcev saat proses persalinan atau kepala klienterjepit lama oleh panggul ibu saat proses persalinan. Kemudian juga perlu di kaji riwayat prenatal, natal dan postnatal
v Riwayat prenatal : apakah kehamilan direncanakan, kondisi Ibu saat hamil,adakah kelainan kehamilan, obat  –  obat yang digunakan oleh Ibusebelum hamil, penyakit yang diderita Ibu waktu hamil.
v Riwayat perinatal : lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di manabersalin, lahir prematur/aterm/postmatur, jenis kelahiranspontan/dengan alat/operasi, komplikasi waktu persalinan
v Riwayat neonatal : Pemberian nutrisi/ASI, jumlah pemberian,frekuensi,pemberian makanan tambahan, kapan berhenti minum ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan waktu lahir.
v Riwayat postnatal : Lama di Rumah Sakit/Bidan, perubahan berat badan (adaperubahan atau tidak), pola buang air besar.
v Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan meliputi : berat badan waktu lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah sakit, berat badan saat dikaji,lingkar kepala, lingkar perut, lingkar lengan. Kemudian hal yang perlu dikaji dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah :
(a) Motorik kasar, apakah anak dapat menghisap, menggenggam
(b) Motorik halus, respon tubuh terhadap lingkungan
(c)  bahasa, apakah anak bisa menangis, kapan anak bisa bicara
D) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat yang pernah atau masih dialami anggota keluarga, penyakitmenular, penyakit keturunan, apakah di antara anggota keluarga adayang menderita penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan, jika adabuat genogram.
1.      Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
biasanya klien /keluarga akan mengalami kecemasan karena kondisi penyakit/tidak, proses hospitalisasi, memikirkan biaya perawatan dan cara keluarga mengatasi masalah.
2.      Pola nutrisi metabolic
nafsu makan/tidak, adakah penambahan berat badan/tidak, adakah rasa mual, muntah, frekuensi bising usus, adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih / tidak, ada lesi / tidak, frekuensi buang air besar, keadaan perut kembung /cekung /datar, adanyeri tekan pada perut /tidak, warna kulit perut ada kelainan / tidak,berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, lingkar perut.
3.      Pola eliminasi
frekuensi BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada kelainan/tidak, pola urinaria normal/tidak, disuria,retensi urine, warna urine, bau urine, adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada tungkaibawah, warna urine gelap seperti air teh/air cucian daging.
4.      Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas sehari  –  hariperlu dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum sakit dan dengan keadaansekarang pada waktu sakit, meliputi:
a.    Pola nutrisi, kebiasaan makna sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsimakan, jenis makanan yang disukai/tidak, obat/diet tambahan yang diberikan,alergi terhadap makanan, masalah yang berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara pemberian makan/minum, jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan: vomitus,suction lambung dan drainage berlebihan, asupan makanan/minuman, infus.
b.    Pola eliminasi, kebiasaan buang air besar (BAB), buang air kecil (BAK), ngompol,frekuensi BAK/BAB, warna, bau, masalah yang berhubungan denganbak/BAB, keluhan dan kesulitan
c.    Istirahat tidur, kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan dengan tidur, hal yang membantu tidur.
d.   Personal hygiene  
Kebiasaan mandi, mandi sendiri/dimandikan, kebiasaan cuci rambut,gosok gigi, ganti pakaian dan gunting kuku
e.    Pola aktivitas, aktivitas gerak dengan bantuan/tidak, bermain: mainan kesukaan,tempat bermain, teman bermain, apakah anak lebih sering bermainsendiri/bersama.
5.      Pola tidur dan istirahat
kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun /tidak, masalah yang berhubungan dengan tidur, hal yang membantu tidur.
6.      Kognitif persepsi
Sistem persarafan : kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai koma/tidak,sakit kepala berat/tidak, adanya kejang-kejang, tanda peningkatantekanan intrakranial, adakah perubahan minat, efek, status mentalbaik/tidak, tremor, paralise, gangguan bicara/tidak, nilai GCS,penglihatan klien, keadaan mata bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak, perabaan baik/tidak, apakah klien dapat membedakan rasa manis, asam danpahit
7. Persepsi dan konsep diri
8. Peran hubungan : hubungan sosial klien dengan anggota keluarga dan klien dengan lingkungan dimana klien tinggal
9. Seksualitas
10. Koping toleransi
11. Nilai kepercayaan  : kepercayaan yang dianut klien atau keluarga, nilai dan budaya, pandanganklien atau keluarga terhadap penyakitnya, keyakinan dan harapan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darahdilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenisleukosit, LED, kadar glukosa , kadar ureum elektrolit, kultur. Pada meningitispurulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b)  Pemeriksaan radiologis
    (1) Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
    (2) Foto dada.
    (3)  Ct Scan
Pemeriksaan fisik yang lain:
A. Sistem pernapasan : Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi napas, adakah suara napas tambahan, adakah penggunaan otot tambahan, gerak dan bentuk dada simetris/tidak, bunyi napas,  keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak, keadaan kulit dada ada kelainan atau tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot pernapasan.
B. Sistem kardiovaskular : frekuensi nadi, tekanan darah sesuai dengan usianya, apakahada edema atau tidak, adakah palpitasi atau tidak, konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan vena jugularis.
C.Sistem integument
  (1) kulit : adakah edema atau tidak, adakah perubahan warna kulit,peningkatan suhu, turgor, tekstur kulit, bersisik/tidak, adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan integritas kulit akibatedema, keadaan kulit kotor/tidak misal karena kelemahan fisik untuk memenuhi personal hygiene
(2) kuku : warna kuku cyanosis atau tidak, lekukan kuku normal atautidak, keadaan kuku bersih atau tidak, kuku panjang/pendek 
(3) rambut : keadaan rambut bersih/tidak, distribusi merata atau tidak,mudah dicabut/tidak, lebat/jarang, banyak kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam
D. Sistem musculoskeletal
(1) Ekstremitas atas : bentuk simetris/tidak, jari-jari tangan lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang infus/tidak.
(2) Ekstremitas bawah: bentuk simetris/tidak, jari-jari kaki lengkap/tidak, pergerakanrom terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot.
E. Sistem endokrin : adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, pertumbuhandan perkembangan sesuai dengan tingkat usia, adakah di antarakeluarga yang menderita penyakit diabetes/tidak, apakah pernahmengalami penyakit tyroid, keadaan rambut kering/tidak.
2. Analisa data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatanmengelompokkan data, menginterpretasi dan akan membandingkannya denganstandar yang normal. Setelah itu dianalisa sehingga didapat gambaran statuskesehatan dan kemungkinan penyebab timbulnya masalah klien, kemudiandisimpulkan sehingga didapatkan masalah klien. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan datayang terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap timbulnyamasalah yang perlu diatasi dengan tindakan atau intervensi keperawatan (Depkes,1999:7).Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang  aktual atau potensial“. (Hidayat, A. Azis., 2001:12). Diagnosis Keperawatan merupakan label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah actual atau potensial atau diagnosis sejahtera. Menggunakan terminology NANDA International, potensi masalah dinyatakan sebagai Resiko. Penambahan kata keterangan mungkin diperlukan agar diagnosis menjadi lebih tepat dan jelas.




ANALISA DATA
NO
DATA
PATOFISIOLOGI
MASALAH
1.
DO :
ü  Nafas dalam
ü  Bradipnea
ü  Tacypnea
ü  Penggunaan otot-otot pernafasan
ü  nafas cuping hidung
ü  perubahan gerakan dada

Perdarahan di otak

Edema otak


 
Peningkatan tekanan intracranial

Penekanan batang otak

Depresi pusat pernafasan


 
Cynestoke, apnea

Pola nafas tidak efektif
22222222222222
DO :
ü  Purpura, ekimosis
ü  Melena
ü  Perdarahan intra cerebral
ü  PT/APTT memanjang
ü  Trombositopenia
Defisiensi vitamin K

Berkurangny aktifator faktor pembekuan

Perdarahan
Resiko perdarahan








33
DO:
ü  konvulsi
ü  kulit memerah
ü  peningkatan suhu tubuh diatas normal (> 37,5°C)
ü  kulit teraba hangat dan lembab
Perdarahan intrakranial
 

Edema otak

Peningkatan TIK
 

Penekanan Hypothalamus
 

Gangguan mekanisme termogulasi

Hypertermi
Hypertermia

DO :
ü  samnolen, apatis, coma
ü  GCS <13 span="">
ü  Sulit menelan
ü  Pupil melebar
Perdarahan cerebral

Kurangnya suplay O2 ke otak
Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif

3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN HDN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA HASIL (NOC)
INTERVENSI
(NIC)
TINDAKAN
1.
Pola nafas tidak efektif
ü  Kepatenan jalan nafas
ü  Status pernafasan : ventilasi
ü  Status tanda-tanda vital
Manajemen jalan nafas







Monitoring respirasi















a.       Membuka jalan nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan
b.       Memposisikan pasien untuk mengurangi dispnea/memaksimalkan ventilasi
c.        Mendengarkan bunyi jalan nafas, mencatat daerah yang mengalami penurunan atau ada tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
d.       Memberikan terapi oksigen

a.       Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas
b.       Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan supraklavikula dan retraksi otot intercostal
c.        Monitor bising pernafasan seperti bunyi ribut dan dengkuran
d.       Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, ceyne stokes, apnoe, biot dan pola ataksi
e.        Palpasi jumlah pengembangan paru
f.        Perkusi anterior dan posterior thoraks dari apeks sampai basis secara  bilateral
g.        Catat lokasi trakea
h.       Monitor kelemahan otot diafragma
i.         Auskultasi kelemahan bunyi nafas, catat ventilasi yang turun atau hilang

2.
Resiko Perdarahan
ü  Status sirkulasi
ü  Status koagulasi
ü  Pengetahuan: keamanan pribadi
ü  Pengetahuan: prosedur pengobatan
ü  Kontrol resiko

Pencegahan perdarahan








Pengurangan perdarahan








Perawatan Sirkulasi









Monitor tanda-tanda vital

a.         Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
b.         Catat tingkat HB, HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
c.          Memantau tanda dan gejala perdarahan yang persisten
d.         Memantau tanda-tanda vital
e.          Menjaga istirahat selama perdarahan aktif
f.          Melindungi pasien dari trauma
g.          Menginstruksikan keluarga untuk meningkatkan asupan makanan yang kaya vitamin K

a.       Identifikasi penyebab perdarahan
b.       Monitor jumlah dan sifat dari kehilangan darah
c.        Catat kadar HB dan HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
d.       Memonitor status cairan termasuk intake dan output yang sesuai
e.        Memantau faktor pengiriman oksigen jaringan seperti PaO2, Sa O2
f.        Mengatur ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika perlu

a.        Lakukan penilaian yang komprehensif dari sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas, memeriksa denyut nadi perifer, edema, dan tekanan perifer
b.       Menilai tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
c.        Tinggikan anggota badan yang terkena 20 derjat atau lebih
d.       Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam
e.        Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mencegah viskositas darah meningkat
f.        Memantau status cairan

a.       Pantau TD, N, S, status pernafasan
b.       Laporkan tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
c.        Pantau kualitas nadi
d.       Pantau irama jantung
e.        Pantau irama dan aliran pernafasan
f.         Pantau pola nafas
g.        Monitor bunyi paru
h.       Perhatikan cianosis
i.         Periksa keakuratan alat yang digunakan

3.
Hypertermia
ü Termoregulasi
Suhu kulit dalam batas normal
Perubahan warna kulit tidak muncul
Denyut nadi dalam batas normal
Status hidrasi adekoat
Tidak terlihat keringat
ü Termoregulasi neonatus
Monitor tanda-tanda vital


Regulasi temperatur



Pengobatan demam







Manajemen cairan




Kontrol infeksi
a.         Pantau TD, D, S dan status pernafasan
b.         Laporkan tanda-tanda hipotermi dan hipertermia
c.          Pantau kualitas nadi
d.         Pantau pola nafas

a.       Monitor warna kulit dan temperatur
b.       Pantau asupan nutrisi dan cairan
c.        Atur temperatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pasien

a.       Memantau WBC, HGB, ,dan nilai-nilaihematokrit
b.       Mengadministrasikan obat antipiretik
c.        Memberikan obat  untuk mengobati demam yang sesuai
d.       Mendorong peningkatan asupan cairan oral
e.        Terapkan kantong es ditutupi dengan lowel di pangkal paha dan ketiak
f.        Memonitor aktifitas kejang

a.         Monitor status hidrasi
b.         Hitung haluan
c.         Pertahankan intake yang adekoat
d.         Pasang kateter urine
e.         Kaji persediaan darah untuk tranfusi
f.          Berikan terapi IV
g.         Nasogastrik untuk mengganti kehilangan cairan

a.         Batasi jumlah pengunjung yang membezuk
b.         Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan yang benar
c.         Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien
d.         Gunakan sarung tangan sebagai pengaman umum
e.         Lakukan terapi antibiotik yang tepat
f.          Pastikan keadaan steril saat menangani IV
g.         Ajarkan klg tentang tanda-tanda infeksi  dan gejala infeksi dan segera melaporkan  pada tim kesehatan


III. TINJAUAN KASUS
Bayi Ana masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.30 WIB rujukan dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan penurunan kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O2 2 lpm, terdapat ptekie pada bagian lengan, terpasang chateter urine dan NGT.
I.              Identitas Data
Nama Anak                 : By. A                            BB/PB      : 5 kg/ 56 cm
TTL/Usia                     : 29 Oktober 2012/ 2,5 bulan
Anak Ke                      : 2 dari 2 bersaudara
Nama Ayah                 : Tn.Firdaus                     Nama Ibu : Ny.Roslawati
Pekerjaan                     : Tani                               Pekerjaan : Tani
Pendidikan                  : SMP                              Pendidikan: SD
          Tanggal Pengkajian           : 14 januari 2013
         Tanggal masuk RS               : 7 Januari 2013     
          No RM                           : 813337
Alamat                        : Sungai Talang, komplek TK.A Solok Selatan
Dx Medis                    : Haemorraghic Desease of  Newborn (HDN).
II.           Keluhan Utama
Demam kejang 1 hari sebelum masuk RS disertai dengan penurunan kesadaran

III.        Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1.     Prenatal 
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ibu klien mengatakan kehamilannya tidak direncanakan. Keluhan selama kehamilan tidak ada. Ibu klien juga mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Kontrol kehamilan ada yaitu sebanyak 3 kali. Ibu klien mengatakan tidak pernah mendapat imunisasi TT, hanya mendapat kapsul vitamin A sebanyak 1 kali.
2.     Intranatal
Klien lahir melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan setempat dengan usia kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu klien mengatakan tidak dapat mengingat berapa lama proses persalinan. Penggunaan alat khusus seperti vacum, dan forcep untuk membantu proses persalinan tidak ada, komplikasi persalinan tidak ada.
3.     Neonatal
BB klien waktu lahir 2800 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu lupa). ASI diberikan 48 jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien mendapat 8x30 cc susu formula.
4.     Postnatal
Klien dirawat di rumah bidan selama 2 hari. Perubahan berat badan tidak diketahui. Ibu klien mengatakan setelah lahir klien tidak diberikan profilak vitamin K. Selama di rumah klien ditidurkan diayunan (diayun-ayun).
IV.        Riwayat Kesehatan dahulu
1.      Penyakit yang diderita sebelumnya          :
Ibu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti demam, klien juga tidak pernah mengalami jatuh.
2.      Pernah dirawat di RS        :
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien telah dirawat di RS Muara Labuh selama 1 hari dengan keluhan demam ± 2 hari, demam hilang timbul disertai dengan muntah yang menyemprot
3.      Obat-obatan yang pernah digunakan        :
·         Ampicillin 4 x 250 mg
·         Gentamicin 2 x 12,5 mg
·         Neo K 1 x 1 mg
·         Luminal 1 x 50 mg (IM)
4.      Alergi                    : Tidak ada alergi terhadap susu formula ataupun obat-obatan
5.      Kecelakaan            : Riwayat jatuh tidak ada, riwayat bayi diayun-ayun ada
6.      Riwayat Imunisasi            : Belum pernah mendapat imunisasi dasar

V.           Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.30 WIB rujukan dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan penurunan kesadaran. GCS 8 (E3M3V2). Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Januari 2012 pukul 10.00 WIB, GCS 10 (E4M4V2). Nadi 120 x/i, RR 56 x/i, Suhu 37 oC, TD 100/60 mmHg, terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O22 lpm, terdapat ptekie pada bagian lengan, terpasang chateter urine dan NGT.
VI.        Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit gangguan pembekuan darah
Genogram :


 








Keterangan:
               : laki-laki
               : perempuan
               : klien
               : tinggal serumah

VII.     Riwayat Tumbuh Kembang
1.      Kemandirian dan Bergaul
Belum dapat dikaji
2.      Motorik Kasar
Sebelum sakit klien sudah mampu melakukan gerakan membalikkan badan dan mengangkat kepala
3.      Motorik Halus
Klien mampu mengikuti ke garis tengah dan mengukuti ke garis tengah
4.      Kognitif dan Bahasa
Sebelum sakit klien sudah mampu bersuara, berteriak dan tertawa
5.      Psikososial
Sebelum sakit klien sudah mampu membalas senyum lawan bicara dengan tertawa
VIII.  Riwayat Sosial
1.      Yang mengasuh klien
Ibu klien mengatakan bahwa klien diasuh langsung oleh kedua orangtua. Klien adalah anak kedua. Ibu klien mengatakan dalam mengasuh, anak-anaknya tidak diberi kebebasan untuk berpendapat ataupun dalam hal lainnya. Semua aturan ditetapkan oleh orangtua klien.
2.      Hubungan dengan anggota keluarga
Belum bisa dinilai
3.      Hubungan dengan teman sebaya
Belum bisa dinilai
4.      Pembawaan secara umum
Belum bisa dinilai
5.      Lingkungan rumah
Rumah permanen dengan halaman rumah sempit, tidak ada WC, MCK di sungai, sumber air bersih adalah air sungai, sampah diolah dengan cara dibakar
IX.        Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum        : buruk, GCS 10 (E4M4V2).
2. PB/BB                       : 56 cm / 5 kg
3. Kepala                       : Normochepal, terpasang infus D 12,5 %
   Sutura                         : belum menutup
   Ubun-ubun                 : tampak mennojol
Lingkar Kepala           : 37 cm           
Kebersihan                 : kurang bersih
Warna rambut             : pirang                
Tekstur                       : halus dan tidak mudah dicabut
Distribusi rambut        : Tidak merata
4. Mata         
  Simetris                    : ada
Sklera                       : ikterik
Konjungtiva             : pucat
Palpebra                    : oedema (-)
5. Telinga
Simetris                    : ada
Serumen                   : tidak ada
Pendengaran            : baik
6. Hidung                     : bersih +/+, terpasang slang NGT +/_ dan slang oksigen binasal
Septum                     : simetris
Sekret                       : tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
7. Mulut                        : bersih
Warna Bibir        : merah muda
Kelembapan          : lembab
a.     Lidah                 : bersih dan berwarna merah
b.    Gigi                    : belum tumbuh
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening     : tidak ada pembesaran
b. Kelenjer Tiroid                  : tidak ada pembesaran
c. JVP                                   : sukar dinilai
9. Jantung
a. Inspeksi                : ictus tidak terlihat
b. Palpasi                  : ictus teraba di LMCS RIC V
c. Auskultasi            : irama teratur
10. Paru-paru
a. Inspeksi                : simetris, retraksi epigastrium (+)
b. Palpasi                  : fremitus kiri = kanan
c. Perkusi                 : sonor
d. Auskultasi            : bronchovesikuler, Ronchy (-/-), wheezing (-/-)
11. Perut
a. Inspeksi               : distensi (+)
b. Palpasi                 : hepar dan lien tidak teraba
c. Perkusi                : tympani
d. Auskultasi           : bising usus (+) 2-3 x / menit

12. Ekstremitas
Atas              : lengkap (+/+)
Bawah          : lengkap (+/+)
CRT             : < 3 detik
terpasang infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
13. Genitalia   : terpasang catheter, terlihat bengkak pada labia mayora kiri
14. Kulit                      
Warna         : kuning langsat
Turgor         : baik, kembali cepat    
Elastisitas   : elastis
X.           Pemeriksaan Tumbuh Kembang DDST
·         Klien tidak mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang
Status Nutrisi :
·         BB/U x 100 % = 5/5,6 x 100 % = 89,2 % (N)
·         TB/U x 100 % = 56/59,5 x 100 % = 94,11 % (N)
·         BB/TB x 100 % = 5/4,8 x 100 % = 104 % (N)
·         Kesimpulan: status nutrisi klien tergolong baik
1. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
·         Tanggal 08/1/13
ü  Hb       : 6,1 gr%,         (N: 11 –14 gr %)
ü  HT       : 18 %              (N: 30 – 43 %)
ü  Leuko  : 14.560/mm3  ( 5- 10 x 103/ mm3)
ü  Ca        : 0,25 mmol/L  (1,12-1,32 mmol/L)
·         Tanggal 10/1/13
ü  Hb       : 12,8 gr%,       (N: 11 –14 gr %)
ü  HT       : 37,8 %           (N: 30 – 43 %)
ü  Leuko  : 10.000 mm3   (N: 5- 10 x 103/ mm3)
ü  Trombo: 27.000 mm3  (N:150.000-400.000 mm3)
ü  SGOT  : 104 U/L         (N: 0-31 U/L)
ü  SGPT  : 37 U/L           (N: 0-30 U/L)
·         Tanggal 11/1/13
ü  Ca        : 9,1 mmol/L    (1,12-1,32 mmol/L)
ü  GD      : 66 mg/dl        (N: 30 – 43 %)
·         Tanggal 12/1/13
ü  Trombo: 9.000 mm3    (N: 150.000- 400.000 /mm3)
ü  Hb       : 7,3gr%,          (N: 11 –14 gr %)
ü  HT       : 21 %              (N: 30 – 43 %)
ü  Albumin: 3,5 gr/dl       (N: 3,5 – 5,2 gr/dl)
·         Tanggal 13/1/13
ü  Hb       : 11,1gr%,        (N: 11 –14 gr %)
ü  HT       : 33 %              (N: 30 – 43 %)
ü  Trombo: 10.000 mm3  (N: 150.000- 400.000 /mm3)
  1. Brain Ct Scan  tanggal 7 januari 2013 : infark luas di hemisfer cerebri dextra + perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
  2. Lain-lain     :
a.         Pengobatan :
ü            Meropenem 3 x 200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
ü            Lasix 1x 5 mg (IV): jam 24
ü            Transamin 3x75 mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
ü            Luminal 2 x 50 mg (oral): jam 6 dan jam 18
ü            Urdafak 2 x  50mg (oral): jam 6 dan jam 18
ü            Kcl 3x 12 mg (oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
b.         Terapi : O2 1 lt/ menit
c.         Infus : D 12,5% 12 tts/ menit
d.        Infus aminofusin Paed 150 cc/ hari
e.         Asi 8 x 5 cc/ NGT
XI.        Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No
Jenis kebutuhan
Dirumah/Sebelum Sakit
Di Rumah Sakit
1
Makan
-
-
2
Minum
Asi ekslusif  saban 3 jam
Asi ekslusif 8x 5 cc
3
Tidur
± 18 jam
Tidak dapat dinilai
4
Mandi
1x/ hari (mandi celup)
1x/ hr ( mandi dilap)
5
Eliminasi
BAK > 7x/ hari
BAB 1 x / hari (warna kuning)
Terpasang cateter
BAB bewarna coklat kehitaman (2 x/ hari)
6
Bermain
Sudah dapat main cilukba
-

ANALISA DATA
No.
Data
Patofisiologi
Masalah
1
DO : 
ü Nafas 56 x/ menit
ü Terlihat adanya penggunaan otot bantu pernafasan
ü Terpasang O2 1 lpm
ü Jenis pernafasan tachypnea
DS :
ü Keluarga mengatakan klien mengalami sesak nafas semenjak tadi malam
Tidak mendapat profilaks vit K pada awal kelahiran

Defisiensi vit K

Berkurangnya faktor koagulasi
 

Perdarahan di otak

Edema di otak

Peningkatan tekanan intrakranial

Penekanan batang otak
 

Cynesstoke, apnea, tachypnea
Pola nafas tidak efektif










2
DO :
ü  Terlihat adanya ptekie pada daerah lengan
ü  BAB bewarna coklat kehitaman
ü  Hasil CT Scan : perdarahan subdural dan perdarahan sub arachnoid (7/1/13)
ü  Trombosit: 10.000/mm3
DS :
ü  Keluarga mengatakan bintik-bintik  merah sudah ada semenjak 2 hari yang lalu
Defisiensi vitamin K

Berkurangnya aktifitas pembentukan faktor pembekuan (faktor II, VII, IX dan X)

Tombositopenia  dan  
Trauma


 
Resiko perdarahan
Resiko perdarahan
3
DO :
ü  Akral teraba hangat
ü  Temperatur : 38, 5 °C
ü  Muka terlihat memerah
ü  Klien terlihat rewel
ü  Kulit teraba lembab
ü  Infus  terpasang  D 12,5% 12 tts/ menit
DS :
ü  Keluarga mengatakan klien demam
Perdarahan tekanan intracranial

Edema otak

Peningkatan tekanan intra cranial

Penekanan hypothalamus
 

Gangguan mekanisme termoregulasi
 

Hypertermi
Hypertermia


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY A DENGAN HAEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA HASIL (NOC)
INTERVENSI
(NIC)
TINDAKAN
1.
Pola nafas tidak efektif
ü  Kepatenan jalan nafas
ü  Status pernafasan : ventilasi
ü  Status tanda-tanda vital
Manajemen jalan nafas






Monitoring respirasi















a.       Membuka jalan nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan
b.       Memposisikan pasien untuk mengurangi dispnea/memaksimalkan ventilasi
c.        Mendengarkan bunyi jalan nafas, mencatat daerah yang mengalami penurunan atau ada tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
d.       Memberikan terapi oksigen

a.       Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas
b.       Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan supraklavikula dan retraksi otot intercostals
c.        Monitor bising pernafasan seperti bunyi ribut dan dengkuran
d.       Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, ceyne stokes, apnoe, biot dan pola ataksi
e.        Palpasi jumlah pengembangan paru
f.        Perkusi anterior dan posterior thoraks dari apeks sampai basis secara  bilateral
g.        Catat lokasi trakea
h.       Monitor kelemahan otot diafragma
i.         Auskultasi kelemahan bunyi nafas, catat ventilasi yang turun atau hilang

2.
Resiko Perdarahan
ü  Status sirkulasi
ü  Status koagulasi
ü  Pengetahuan: keamanan pribadi
ü  Pengetahuan: prosedur pengobatan
ü  Kontrol resiko

Pencegahan perdarahan










Pengurangan perdarahan









Perawatan Sirkulasi













Monitor tanda-tanda vital

a.       Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
b.      Catat tingkat HB, HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
c.       Memantau tanda dan gejala perdarahan yang persisten
d.      Memantau tanda-tanda vital
e.       Menjaga istirahat selama perdarahan aktif
f.       Melindungi pasien dari trauma
g.      Menginstruksikan keluarga untuk meningkatkan asupan makanan yang kaya vitamin K

a.       Identifikasi penyebab perdarahan
b.      Monitor jumlah dan sifat dari kehilangan darah
c.       Catat kadar HB dan HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
d.      Memonitor status cairan termasuk intake dan output yang sesuai
e.       Memantau faktor pengiriman oksigen jaringan seperti PaO2, Sa O2
f.       Mengatur ketersediaan produk darah untuk transfusi, jika perlu

a.       Lakukan penilaian yang komprehensif dari sirkulasi perifer, misalnya pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas, memeriksa denyut nadi perifer, edema, dan tekanan perifer
b.      Menilai tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
c.       Tinggikan anggota badan yang terkena 20 derjat atau lebih
d.      Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam
e.       Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mencegah viskositas darah meningkat
f.       Memantau status cairan

a.       Pantau TD, N, S, status pernafasan
b.      Laporkan tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
c.       Pantau kualitas nadi
d.      Pantau irama jantung
e.       Pantau irama dan aliran pernafasan
f.       Pantau pola nafas
g.      Monitor bunyi paru
h.      Perhatikan cianosis
i.        Periksa keakuratan alat yang digunakan

3.
Hypertermia
ü Termoregulasi
Suhu kulit dalam batas normal
Perubahan warna kulit tidak muncul
Denyut nadi dalam batas normal
Status hidrasi adekoat
Tidak terlihat keringat
ü Termoregulasi neonatus
Monitor tanda-tanda vital



Regulasi temperatur



Pengobatan demam







Manajemen cairan






Kontrol infeksi
a.       Pantau TD, D, S dan status pernafasan
b.      Laporkan tanda-tanda hipotermi dan hipertermia
c.       Pantau kualitas nadi
d.      Pantau pola nafas

a.       Monitor warna kulit dan temperature
b.      Pantau asupan nutrisi dan cairan
c.       Atur temperatur ruangan sesuai dengan kebutuhan pasien

a.       Memantau WBC, HGB, , dan nilai-nilai hematokrit
b.      Mengadministrasikan obat antipiretik
c.       Memberikan obat  untuk mengobati demam yang sesuai
d.      Mendorong peningkatan asupan cairan oral
e.       Terapkan kantong es ditutupi dengan lowel di pangkal paha dan ketiak
f.       Memonitor aktifitas kejang

a.       Monitor status hidrasi
b.      Hitung haluan
c.       Pertahankan intake yang adekoat
d.      Pasang kateter urine
e.       Kaji persediaan darah untuk tranfusi
f.       Berikan terapi IV
g.      Nasogastrik untuk mengganti kehilangan cairan

a.       Batasi jumlah pengunjung yang membezuk
b.      Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan yang benar
c.       Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap pasien
d.      Gunakan sarung tangan sebagai pengaman umum
e.       Lakukan terapi antibiotik yang tepat
f.       Pastikan keadaan steril saat menangani IV
g.      Ajarkan klg tentang tanda-tanda infeksi  dan gejala infeksi dan segera melaporkan  pada tim kesehatan
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  1. Bayi dikatakan HDN apabila terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factor pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal. Penyakit ini ditandai dengan terjadi hipertermi, perdarahan di kulit berupa purpura, perdarahan di mata, hidung, saluran cerna dan intracranial.
  2. Setelah dilakukan pengkajian, diperoleh 3 diagnosa keperawatan, yaitu: pola nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskular, resiko perdarahan, dan hipertermi.
  3. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul, disusun rencana asuhan keperawatan sesuai teoritis untuk mengatasi masalah HDN berdasarkan intervensi NIC dan NOC.
  4. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga di lakukan sesuai rencana asuhan keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi bayi, walaupun ada beberapa rencana asuhan keperawatan yang tidak bisa terlaksana.
  5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada By.O, hari pertama sampai hari ketiga By.O memperlihatkan adanya perbaikan, terutama untuk masalah pola nafas tidak efektif. Sedangkan untuk masalah resiko perdarahan dan hipertermi belum teratasi secara keseluruhan disebabkan karena proses penyakit klien.

B.     Saran 
1.      Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
2.      Diharapkkan makalah ini dapat menjadi refensi bagi mahasiswa keperawatan.





DAFTAR PUSTAKA

Waldo E. Nelson. (2007) . Ilmu kesehatan Anak Edisi 12 Bagian 2. EGC ; Jakarta
Hoffbrand, A.V.dkk.( 2006).Essential haematology Fourth Edition, Blackwell Science
Bambang P. (2010). Buku Ajar Haematologi–Onkologi Anak  Cetakan ketiga, EGC ; Jakarta
Markum,dkk. (1991).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI; Jakarta
Judith M. Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, EGC : Jakarta
Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition.UnitedState : Mosby
Hidayat, A. (2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.UnitedState:Mosby
Price, S.A & Wilson, L.M (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Suriadi., (2006), Asuhan Keperawatan Pada Anak, (2 Edition) Jakarta: Sagung Seto.
Windiastuti, E. (2005). Buku ajar hematologi onkologi anak. Jakarta : IDAI.
Wong, D.L. (2003). Pedoman klinis keperawtan pediatrik. Jakarta: EGC
.




Tidak ada komentar: