1. Defenisi Obat Anti Tuberkulosis
(OAT)
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) merupakan obat yang
harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT antara lain :
a. Membuat
konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
b. Mencegah
kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
c. Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
(Mansjoer,
2002 : 473).
2. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
Terhadap Hati
Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap Hati yaitu :
a. Rifampisin
dapat menyebabkan masalah yang paling menonjol dan dapat menyebabkan kematian.
Hepatitis jarang terjadi pada pasien dengan fungsi hati normal, tetapi
penyakit-penyakit hati kronik, alkoholisme dan usia lanjut dapat menaikkan
insidennya.
b. Rifampisin
juga dapat menyebabkan sindrom Redman yang
mana terjadi kerusakan hati yang berat, warna merah terang (seperti udang yang
direbus) pada urin, air mata, ludah dan kulit.
c. Pirazinamid
dapat menyebabkan efek samping yang tersering dan terserius. Dosis 40-50
mg/kgBB/hari dapat menyebabkan gangguan faal hati, ikterus dan dapat
menyebabkan kematian karena nekrosis hati.
d. Penggunaan
Isoniazid harus dimonitor fungsi hati (antara lain transaminase) minimal
1x/bulan, terutama bila terdapat tanda-tanda hepatitis seperti anoreksia,
malaise, lelah, nausea dan ikterus.
(Mansjoer,
2002 : 475).
3. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
Terhadap Sistem Pencernaan
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
Terhadap Sistem Pencernaan adalah :
a. Etambutol
dapat menyebabkan nyeri epigastrik dan nyeri perut.
b. Pirazinamid
dapat menyebabkan anoreksia dan mual muntah.
c. Rifampisin
dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
d. Isoniazid
dapat menyebabkan nyeri epigastrik dan mulut kering.
(Mansjoer,
2002 : 475).
4. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
Terhadap Sistem Syaraf
Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap Sistem Syaraf yaitu :
a. Isoniazid
dapat menyebabkan neuritis perifer yang ditandai dengan kejang, atrofi optik,
kejang-kejang otot, sempoyongan, ataksia, stupor, ensefalopati toksik dan
kematian.
b. Streptomisin
dapat mempengaruhi saraf otak kedelapan, dapat menimbulkan gangguan vesikuler seperti
sempoyongan, vertigo dan tuli.
c. Etambutol
dapat menyebabkan neuritis optik dimana terjadi penurunan ketajaman penglihatan
dan buta warna merah atau hijau.
d. Florokuinolon
dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat berupa halusinasi, delirium, dan
kejang.
e. Sikloserin
dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat seperti mengantuk, sakit kepala,
tremor, disatria, vertigo, bingung, gelisah, iritabilitas, psikosis dengan
kecendrungan bunuh diri dan gangguan penglihatan.
(Mansjoer,
2002 : 475).
5.
Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap Sistem Peredaran Darah dan Ginjal
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap Sistem
Peredaran Darah dan Ginjal yaitu :
a. Rifampisin
dapat menyebabkan Flu – like Syndrome yang
ditandai dengan demam, menggigil, artralgia, eosinofilia, nefritis
interstisial, nekrosis tubular akut, trombositopenia, anemia hemolitik dan
syok.
b. Etambutol
dapat menyebabkan asam urat dalam darah meningkat yang disebabkan oleh
penurunan ekskresi asam urat diginjal.
c. Pirazinamid
dapat menyebabkan Hiperurisemia yang terjadi karena menurunnya ekskresi asam
urat.
d. Streptomisin
dapat menurunkan fungsi ginjal.
(Mansjoer,
2002 : 475).
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arif ( 2002 ). Kapita Selekta
Kedokteran Edisi III. Media Aesculapius, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar