Konsep
Gizi Pada Balita
1.
Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu zat yang terkandung dalam
bahan makanan yang di butuhkan manusia (Hendra, 2010).
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Istiqomatunnisa,
2008).
Zat
gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur
proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001).
2.
Klasifikasi
Status Gizi
a.
Status gizi lebih
Status gizi lebih berkaitan dengan konsumsi
makanan yang melebihi dari yang dibutuhkan terutama konsumsi lemak yang tinggi
dan makanan dari gula murni (Djaeini Ahcmad, 2000 : 27).
b.
Status gizi baik
Status gizi baik adalah kesesuaian antara
jumlah asupan dengan kebutuhan gizi seorang anak (Santoso Soegeng, 2004).
c.
Status gizi kurang
Status gizi kurang pada dasarnya merupakan
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein
dalam waktu tertentu (DepKes RI, 2002).
d.
Status gizi buruk
Bila kondisi gizi kurang berlangsung lama
maka akan berakibat semakin berat kekurangannya, dalam keadaan ini dapat
menjadi gizi buruk (DepKes RI, 2000).
3.
Pengertian Balita
Anak Balita adalah sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut
anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (scribd, 2010).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Balita
a.
Ketersediaan pangan ditingkat keluarga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan
pangan ditingkat keluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan
yang dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup
sehat (Depkes RI, 2004 : 19). Jika tidak cukup bisa dipastikan konsumsi setiap
anggota keluarga tidak terpenuhi (Depkes RI, 2002 : 13). Padahal makanan untuk
anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan
yang baik (scribd, 2010).
b.
Pola asuh keluarga
Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada
anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan
berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap
anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh
yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi
(Herwin B, 2004). Anak yang mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik
maupun emosional misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika
berceloteh, mendapatkan ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya
lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapatkan
perhatian orang tuanya (Depkes RI, 2002 : 12).
c.
Kesehatan lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena
dipengaruhi oleh ketidak seimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi
oleh penyakit infeksi. Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan
penting dalam bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti
penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi
resiko kejadian penyakit infeksi (Depkes RI, 2002 : 12). Sebaliknya,lingkungan
yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada saluran penampungan air
limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat menyebabkan penyebaran
penyakit. Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan
asupan makanan menjadi rendah dan akhirnya menyebabkan kurang gizi (FKM UI,
2007).
d.
Pelayanan kesehatan dasar
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan
tindak lanjut berupa konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh
pada pertumbuhan anak. Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti penimbangan
balita, pemberian suplemen kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit
serta imunisasi (Depkes RI, 2002 : 12).
e.
Budaya keluarga
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat
karena ada beberapa kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh
kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan
dibutuhkan oleh kelompok umur tertentu (FKM UI, 2007 : 277). Unsur-unsur budaya
mampu menciptakan suatu kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya, terdapat budaya yang
memprioritaskan anggota keluarga tertentu untuk mengonsumsi hidangan keluarga
yang telah disiapkan yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut
berlangsung lama dapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada
golongan rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui , bayi dan anak balita
(Suhardjo, 2008 : 9).
f.
Sosial ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan
gizi buruk di sejumlah wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua
akan pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan
pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi
bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial ekonomi yaitu
kemiskinan (scribd, 2010).
g.
Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Permasalahan kurang
gizi tidak hanya menggambarkan masalah kesehatan saja, tetapi lebih jauh
mencerminkan kesejahteraan rakyat termasuk pendidikan dan pengetahuan
masyarakat. (Menkes, 2010). Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga membuat seseorang berpandangan
luas, berpikir dan bertindak rasional. (Notoatmodjo, 2003 : 121)
5.
Penilaian
dan Standar atau Alat Ukur Status Gizi
Penilaian status gizi dapat
dilakukan dengan pengukuran langsung maupun tidak langsung :
a.
Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian
gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
1)
Klinis
Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.
2)
Biokimia
Metode ini menggunakan pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris.
3)
Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan (Supariasa IDN).
4)
Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran
terhadap dimensi tubuh dan komposisi
tubuh (FKM UI). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat digunakan
dalam memberikan indikasi tentang kondisi sosial ekonomi penduduk. Antropometri
sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). (Supariasa
IDN, 2001).
a)
Berat badan
Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Penentuan berat badan
dilakukan dengan cara menimbang. Alat ukur yang digunakan di lapangan sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan : mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat
ketempat lain, mudah diperoleh dan relatif murah harganya, ketelitian
penimbangan sebaiknya 0,1 kg, skalanya mudah dibaca dan cukup aman untuk
menimbang badan anak balita. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian
dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah
dacin (Supariasa IDN, 2001).
b)
Umur Faktor umur sangat penting dalam
penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan dapat menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Cara menghitung umur yaitu dengan
menentukan tanggal, hari, bulan dan tahun pada waktu anak ditimbang kemudian
dikurangi tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu lahir sehingga didapat umur
anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari sampai 30 hari
dibulatkan 1 bulan. Bila kelebihan atau kekurangan 1 hari sampai 15 hari
dibulatkan menjadi 0 bulan. (Supariasa IDN, 2001).
b.
Penilaian status gizi secara tidak langsung.
1)
Survei konsumsi makanan
Adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi.
2)
Statistik vital
Adalah menganalisis data beberapa statistik
kesehatan.
3)
Faktor ekologi
Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. (Supariasa IDN, 2001)
Sedangkan menurut Menkes (2002) Klasifikasi
Status Gizi Anak Balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel
2.1 Klasifikasi status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)
Indeks
|
Status Gizi
|
Ambang Batas *)
|
Berat
badan Menurut Umur (BB/U)
|
Gizi
lebih
|
>
+ 2 SD
|
Gizi
Baik
|
>
-2 SD sampai +2 SD
|
|
Gizi
Kurang
|
<
-2 SD sampai ≥ -3 SD
|
|
Gizi
Buruk
|
<
-3 SD
|
|
Tinggi
badan Menurut Umur (BB/U)
|
Normal
|
≥
2 SD
|
Pendek
(Stunted)
|
<
-2 SD
|
|
Berat
badan Menurut Tinggi Badan (BB/U)
|
Gemuk
|
>
+ 2 SD
|
Normal
|
>
-2 SD sampai +2 SD
|
|
Kurus
(Wasted)
|
<
-2 SD sampai ≥ -3 SD
|
|
Kurus
Sekali
|
<
-3 SD
|
*) SD = Standar Deviasi, (Dinkes Riau, 2010).
6. Dampak Gizi Tidak Seimbang
a.
Dampak gizi lebih
Obesitas (gizi lebih) jika tidak teratasi
akan berlanjut sampai remaja dan dewasa, hal ini akan berdampak tingginya
kejadian berbagai penyakit infeksi. Pada orang dewasa tampak dengan semakin
meningkatnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes melitus,
hipertensi dan penyakit hati (Almatsiar S, 2001).
b.
Dampak gizi kurang
Pertumbuhan fisik terhambat (anak akan
mempunyai tinggi badan lebih pendek), perkembangan mental dan kecerdasan
terhambat, daya tahan anak menurun sehingga anak mudah terserang penyakit
infeksi (Depkes RI, 2002).
c.
Dampak gizi buruk
Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
sistem organ yang akan merusak sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
maupun pertahanan mekanik. Dampak selanjutnya dapat terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan skor tes IQ (Pudjiadi S,
2001). Penurunan fungsi otak berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan
anak bereaksi terhadap rangsangan dari lingkungannya dan perubahan kepribadian
anak (Moehji, 2003 ).
DAFTAR PUSTAKA
Nunik (2005). Pendapatan dan pangan. Diakses
08 Maret 2011. http://keluargasehat.co.id
Paath
(2004). Gizi pada Balita. Diakses 05 Maret 2011. http://Paath-information.com
Pudjiaji (2001). Permasalahan Gizi. Diakses
01 April 2011. http://gizi-indonesia.co.id
Voni (2010). Hubungan Pengetahuan dan
Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Batita di Kecamatan Rakit Kulim
Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010. Stikes Hang Tuah, Pekanbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar