ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
CONGENITAL HEART DISEASES (CHD)
1. KONSEP DASAR
A. Definisi
Congenital heart disease (CHD)
atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak
bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan
jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi lahir; tidak
jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan
atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah).
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung
congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu,
jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin
disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama trimester
pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Factor-faktor
prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
insulin serta factor-faktor genetic juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit
jantung congenital. Selain factor orang tua, insiden kelainan jantung juga
meningkat pada individu. Fackor-faktor lingkungan seperti radiasi, gizi ibu
yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga mempengaruhi perkembangan
embrio.
C. Klasifikasi
Terdapat berbagai cara
penggolongan penyakit jantung
congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang
didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
1. Penyakit
Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru.
Terdapak
detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan
adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung
dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
a. Ventrikel
Septum Defek (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel
tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke
bilik kanan pada saat systole.
- Manifestasi Klinik
Pada
pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah,
sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek
dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal dan region epigastrium. Pada anak
yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
- Penatalaksanaan
Pasien
dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal
jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat
memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya
berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah
sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
b. Atrium
Septum Defek (ASD)
Kelainan
septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum
atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan jantung
meningkat.
- Manifesfasi klinik
Anak mungkin
sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan
adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung
dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.
- Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup
dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan
prognosis baik.
c. Persisten
Duktus Arteriosus (PDA)
PDA adalah
terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis
sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal
arteri subklavikula kiri. PDA terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi
lahir. Penyebab PDA bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan
prematuritas.
- Manifestasi klinik
Neonatus
menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung
membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan
volume darah, adanya tanda machinery type .murmur jantung akibat aliran darah
turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin
tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
- Penatalaksanaan
Karena
neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan
aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus
arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru
normal.
a. Stenosis
aorta
Pada
kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya
sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.
·
Manifestasi Klinik
Anak menjadi
kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih
nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi
serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur
sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan
gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
·
Penatalaksanaan
Stenosis
dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu
dilakukan pembedahan toraks.
b. Stenosis
pulmonal
Kelainan
pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi
puncaknya menyatu.
·
Manifestasi klinik
Tergantung
pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena
aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari
cardiac output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali
ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis
ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung.
·
Penatalaksanaan
Stenosis
dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia
2-3 tahun.
c. Koarktasio
Aorta
Kelaianan
pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin
proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera
diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening
anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan
olah raga.
·
Manifestasi klinik
Ditandai
dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan
penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.
Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral.
Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
·
Penatalaksanaan
Kelainan
dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi
atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.
3. PJB
sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang.
Tetralogi Of Fallot
(TOF)
Tetralogi of
fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:
1) stenosis pulmonal,
2) hipertropi ventrikel kanan,
3) kelainan septum ventrikuler,
4) kelainan aorta yang menerima darajh dari
ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
·
Manifestasi klinik
Bayi baru
lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi
dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai
jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan
dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan
untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran
pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung,
EKG foto rongent dan kateterisai jantung.
·
Penatalaksanaan
Pembedahan
paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan
kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia
sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif
adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub
ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara
Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju
arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi
dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
4.
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru
bertambah
Transposisi arteri besar (TAB)/
Transpotition Great artery (TGA)
Apabila
pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan
pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada
suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang
menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat
kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan
dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar
dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima
darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah
diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan
ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya
ke paru. Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah
dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi
ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan
foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan
foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak
terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa
penderita.
·
Manifesfasi klinik
Transposisi
pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis.
Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi
kegagalan jantung akan terjadi.
·
Penatalaksanaan
Pembedahan
paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu
kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar
kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan
septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk
koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah
yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk
sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke
arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan
ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
D. Pafofisiologi
Kelainan
jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan
tekanan darah. Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada
sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang
abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir ke
dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat
bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola
pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi
pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah
bergerakdari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena
dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi
dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak
adekuat dan kongesti pulmonal.
E. Pemeriksaan
Penunjang
·
Gambaran
ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
·
Diagnosa
ditegakkan dengan cartography,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar