“PENGKAJIAN FUNGSIONAL GORDON NANDA, NOC, NIC KASUS “HIPERTIROID”



CONTOH KASUS         
Tn.D berusia 54 tahun datang kerumah sakit pada 9 agustus 2011,dengan keluhan terjadinya pembengkakan pada lehernya, mengalami kesulitan menelan dan bernafas, selain itu dia juga mengalami kesulitan untuk tidur. Tn D juga mengeluh sering buang air kecil.

·         Pengkajian Data Klinis Klien

Tanggal masuk            : Selasa, 16-08-2011 jam 09:20 WIB
Tanggal pengkajian    : Selasa, 16-08-2011                          
Ruang                          : Melati
Pengkaji                     : Ns. Desmi Nurfianti, S.kep

a. Identitas pasien
Nama                          :  Tn. D
Umur                           : 54 th
Jenis kelamin              : laki-laki
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : S1
Pekerjaan                    : karyawan kantor
Alamat                        : Jl limau Manis 07 Padang
Status perkawinan      : menikah

b. Penanggung jawab
Nama                          : Ny S
Umur                            : 50 th
Jenis kelamin              : perempuan
Agama                          : Islam
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                    : Jl limau Manis 07 Padang
Status perkawinan      : menikah
Hub.dengan pasien     : Istri







1.      Pengkajian Berdasarkan Pola Kesehatan Fungsional Gordon

1.      persepsi- Penanganan Kesehatan :
            Bagi klien dan keluarga kesehatan itu penting, karena kalau sakit klien tidak bisa bekerja dan akan menusahkan keluarga. riwayat keluarga klien positif pada tiroid atau adanya gangguan autoimun. Klien mengungkapkan kalau beberapa bulan lalu ia pernah demam hebat, di bawa ke RS namun belum di diagnosis hipertiroid karena belum terlihat adanya pembengkakan pada bagian leher, dan demam itupun telah sembuh saat itu, namun semenjak itu ia telah mulai mengalami kelelahan jika beraktifitas dari level ringan sampai sedang. Isteri klien telah melarang untuk terlalu sibuk di kantor, dan karena TD klien memang tinggi  140 mmhg istri klien telah mengurangi garam di tiap masakannya sebagai pesan dari dokter saat itu. beberapa hari yang lalu klien demam kembali disertai sedikit pembesaran pada bagian leher, istri klien pun segera membawa ke rumah sakit karena ia melihat ada pembengkakan pada bagian leher.
2.      Nutrisi dan metabolik :
            Klien kehilangan berat badan semenjak ia sakit, nafsu makan meningkat namun ia merasakan mual dan ingin muntah dan nyeri di perut , Namun semenjak klien demam hebat BB klien turun 5 kg. klien mengeluhkan bahwa badannya terasa panas seperti orang demam, menurut istri klien klien terlihat lebih kurus, sering gemetaran, dan denyut jantung serta nadinya cepat, sering kelelahan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan bahwa TD klien 150: mmhg, N : 105 kali permenit, RR: 20 kali permenit dan T: 38.5’C. BB klien sebelum sakit 60 kg, dengan TB: 165 cm. Dari hasil Hb di dapatkan 13 gr/dl, konjungtiva pucat, air muka dan bibir juga terlihat pucat, sebelumnya klien tidak mempunyai riwayat anemis. Turgor kulit klien agak sedikit kering namun basah karena keringat, setelah di lakukan pengecekan,kulit yang di genggam bisa kembali selama 4 detik. Sebelum sakit klien makan 3 kali sehari 1 porsi habis dengan lauk, namun setelah sakit klien merasakan lapar, ingin banyak makan, namun mual, dan ingin muntah bila makan. Semenjak sakit klien jadi mudah merasakan haus karena tubuhnya terasa panas, dan berkeringat. Kllien bisa minum sampai 3000 ml gelas perhari sedangkan output cairan yang di keluarkan melalui keringat dan urin 3500 ml, klien mengalami dehidrasi. Karena klien memang memiliki tekanan darah yang tinggi istri klien telah mengurangi garam untuk setiap masakannya. Biasanya istri klien memasukkan ¼ sdt garam pada masakannya, namun klien mengungkapkan kadang sering makan di luar rumah yang banyak mengandung garam dan lemak seperti rendang dan sate padang tanpa sepengetahuan istri.
3.      Eliminasi
 Sebelum sakit klien mengungkapkan BAB 2 kali setiap pagi dan sore dengan konsistensi normal, tidak begitu keras dan tidak begitu lembek dan tidak mengalami kesulitan dalam mengejan.setelah sakit  klien mengalami diare, konsistensi feses yang lembek dan cukup sering, bisa 4-5 kali sehari, hal itu juga membuat klien lelah. Klien mengungkapkan bahwa ia juga mengalami Perubahan pola berkemih , menjadi lebih banyak dan sering malam hari, Urine encer, pucat, kuning menandakan klien dehidrasi karena pengeluaran keringat dan poliuria. Tidak diperlukan pemasangan kateter. Klien terbiasa meminum obat tradisional bila diare, yaitu putik saus yang di haluskan di campur dengan air kemudian airnya di minum.
4.      Aktivitas-latihan
klien mengeluhkan mengalami dispnea saat beraktivitas, palpitasi (berdebar), lemah otot, kelelahan dan TD dengan mudah meningkat. Dari hasil inspeksi di dapatkan bahwa klien sudah berkeringat bila melakukan aktivitas yang ringan pun, level aktivitas klien berada pada rentang 2. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan bahwa dalam keadaan istirahat pun klien mengalami tachycardia dan disritmia. Hal ini di ketahui dengan pemeriksaan melalu stetoskop,irama denyut jantung klien tidak seirama. Pada pemeriksaan elektrokardiogram diketahui bahwa terjadi inversi pada gelombang T yang menunjukkan telah terjadi vibrilasi atrium dan itu merupakan sebuah abnormalitas. Klien mengeluhkan sering merasakan sakit kepala, pusing dan pola pikirnya agak lemah setelah ia sakit dan butuh bantuan untuk beberapa aktivitas seperti memakai baju yang membutuhkan gerakan banyak pada tangan.
5.      Tidur-istirahat :
Semenjak sakit klien mengalami masalah insomnia, biasanya klien bisa tidur pukul 22.00 WIB dan terbangun pada pukul 05.30 WIB. namun setelah terasa nyeri, panas dan bengkak pada lehernya klien kesulitan untuk tidur dan baru bisa tertidur pada pukul 23.00 dan terbangun pada pukul 5.00 WIB, namun klien sering terbangun di malam hari karena nocturia, klien bisa terbangun sampai 3 kali juga karena disebabkan sering BAK dan rasa haus pada malam hari, disamping itu nyeri yang dirasakan juga menjadi faktor dalam pola tidur klien yang tidak efektif.
6.      Kognitif-persepsi :
Sebelum mengalami penyakit ini klien tidak merasakan nyeri pada mata, dan kepekaan klien normal. Namun setelah demam berulang dan telah terjadi pembesaran pada bagian leher, terjadi perubahan pada mata klien. Mata klien menjadi terlalu peka terhadap cahaya, Klien akan merasakan nyeri pada mata bila terpapar sinar secara langsung walau dalam intensitas tidak kuat, gejala eksoftalmus belum terlihat karena klien cepat dibawa ke  rumah sakit untuk diobati. Kesensitivan  kulit klien pun meningkat setelah sakit.  klien menjadi intoleran terhadap panas karena kelebihan panas tubuhnya. Klien mudah berkeringat sebagai kompensasi untuk homeostatis tubuh. Indera pendengaran klien tidak mengalami gangguan, bisa mendengar dengan normal.

7.      Persepsi diri-konsep diri :
Meski dengan kondisi leher  agak membesar, namun klien tetap sabar dan menyadari bahwa ia adalah makhluk Allah yang sedang di uji. Namun ia ingin agar segera sembuh  dan kemballi bekerja di kantor karena bagaimanapun ia akan menyulitkan keluarganya dalam hal waktu dan aktivitas lain, namun dari segi biaya klien tidak begitu kesulitan dan membebani keluarga karena keseluruhan pengobatan dibantu oleh kantor dimana ia bekerja. Berkat dukungan dan motivasi dari istri dan anak-anaknya, klien tetap merasakan dirinya berharga
8.      Peran-hubungan
Klien bekerja di sebuah kantor sebagai pegawai negeri. klien seorang ayah dan suami yang bertanggung jawab. sebagai seorang masyarakat sosial ia biasa diikutsertakan dalam kegiatan sosial misalnya gotong royong dan siskamling, namun sejak sakit klien  mengatakan kalau ia sering merasa lelah bila beraktivitas berlebihan, hal itu terlihat dari keringat berlebihn tachypneu dan tachycardia, sejak sakit klien jadi lebih banyak beraktivitas di rumah sepulang dari kantor.
9.      Seksualitas
Tidak terkaji.
10.  Koping – toleransi stres
klien bukan termasuk orang yang pemarah (menurut istri), hal itu juga terlihat dari perawakanya yang murah senyum dan ramah pada semua orang termasuk kepada perawat dan pasien lain. Klien adalah ayah dan suami yang bertanggung jawab, ia selalu berusaha memberikan apa yang terbaik untuk keluarganya karena hal itulah yang diinginkanya. Klien selalu menceritakan semua masalah yang dialami kepada istrinya. Klien selalu bermusyawarah dengan anak-anaknya jika ada masalah keluarga yang cukup berarti. Klien menghabiskan waktu  berkumpul bersama keluarga jika telah stres dan lelah dengan pekerjaan. Klien mempunyai harapan agar cepat sembuh dan bisa bekerja lagi di kantor, meski seorang karyawan di kantor dan pegawai negeri namun klien sangat berharap agar segera sembuh dan tidak menyusahkan istri dan anak-anaknya lagi. Bagi klien agama adalah segala-galanya, karena itu klien selalu berserah diri atas apa yang di alami pada Allah SWT.
11.  Nilai kepercayaan
klien beragama islam, taat menjalankan agama yang di anutnya dengan baik. Bagi klien penyakit yang dialami adalah takdir dari Allah SWT. Klien menerima penyakitnya dan mengungkapkan bahwa sakit yang dialami adalah penghapus dosa dan klien ikhlas menghadapi. Istri klien mengungkapkan setiap sakit suaminya hampir tidak pernah mengeluh dan selalu ikhlas menjalani semuanya
2.      Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus menurut NANDA

No
Pengkajian data
Diagnosa menurut NANDA
1.
DO : suhu tubuh klien 38.5’C.
            Klien terlihat berkeringat.

DS : klien mengeluhkan bahwa       badannya terasa panas seperti orang demam.

Istri klien mengungkapkan kalau denyut jantung klien cepat, dan rate pernafasan klien pun juga cepat seperti orang demam.





                      Hiperthermy
2
DO : BB klien turun 5 kg sejak sakit.
 Klien terlihat kurus.
 Konjungtiva pucat.
 Air muka dan bibir pucat.
 HB : 13 gr/dl.
 Nyeri abdomen saat di palpasi.
 BAB 4-5 kali/hari, konsitensi   encer.

DS :  istri klien mengatakan bahwa klien lebih kurus dari biasanya.

          Klien merasa mual dan ingin muntah setiap makan, meski dalam keadaan lapar dan ingin makan

          Klien merasa cepat letih dan lelah walaupun dengan aktivitas ringan.

         Klien mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen sehingga merasa mual dan ingin muntah








                      Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh













3
DO :   tremor otot dan ujung jari.
          Level aktivitas berada pada rentang 2.
          dispnea saat beraktivitas.   palpitasi (berdebar).
          lemah otot.
          Kelelahan.
          Tachycardia.
 Disritmia.
       

DS: Klien mengeluhkan mudah        mengalami kelelahan bila beraktivitas.
          
          Klien mengatakan bahwa jantungnya sering berdebar-debar

         Klien mengeluhkan bahwa ia merasakan kelemahan di otot dan tremor di ujung jari

         Klien mengeluhkan sesak nafas bila beraktivitas lebih dan cepat sekali lelah








Intoleransi aktivitas

Tidak ada komentar: