1.
Jelaskan
apa yang dimaksud:
a.
Kepemimpinan
Global
b.
Karakteristik
c.
Gaya
kepemimpinan global
2.
Jelaskan:
a.
Apa
kepemimpinan di komunitas?
b.
Apa
karakteristik dan alasan kepemimpinan di komunitas memerlukan karakteristik
perilaku kepemimpinan?
c.
Gaya
kepemimpinan apa yang tepat dipilih di komunitas jelaskan alasannya?
Jawaban:
1.
Penjelasan:
a. Kepemimpinan global adalah suatu hubungan secara sosial dimana satu kelompok
memiliki suatu kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku orang
lain daripada untuk dipengaruhi oleh orang lain. Jadi, kepemimpinan didasarkan
pada suatu perbedaan kekuatan diantara orang-orang yang berhubungan (Gillies,
2000).
b.
Karakteristik
pemimpin adalah sebagai berikut:
Karakteristik
pemimpin menurut Covey
(2004) adalah memiliki visi, keberanian, dan kerendahan hati. Memiliki mimpi
atau visi adalah keharusan, tetapi seseorang harus memiliki keberanian untuk
terus mendefinisikan visi tersebut kepada suatu kelompok dan, pada saat yang
sama, menjadi cukup rendah hati untuk mengetahui kapan untuk mendefinisikan
kembali untuk memenuhi kebutuhan waktu yang berubah dan mempersiapkan diri
untuk masa depan.
Bennis dan Nanus (1995) menggambarkan kepemimpinan
mencakup visi, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, kemampuan untuk
menjadi teguh, dan kemampuan untuk menunjukkan diri yang positif. Memiliki
kemampuan untuk secara konsisten mendorong visi dalam suatu kelompok atau
organisasi membutuhkan kepercayaan diri dan ketegasan. Parse (1997) menggemakan
pemikiran Bennis dan Nanus ketika dia menggambarkan para pemimpin sebagai orang
yang berkomitmen pada visi, mau mengambil risiko ditantang oleh orang lain, dan
menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.
Karakteristik pemimpin transformasional menurut
Marshall (2011):
1) Karismatik
dan Mampu mempengaruhi
Seorang pemimpin adalah model bagi
pengikutnya. Pemimpin dipercaya memiliki komitmen dalam mencapai tujuan.
Karismatik memiliki arti bahwa seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk
menginspirasi visinya sehingga orang lain dapat mempercayai dirinya. Kedua hal
ini merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan meginspirasi orang lain.
Pemimpin yang karismatik mengetahui apa tujuan mereka dan bagaimana mencapai
tujuan tersebut. Pemimpin karismatik didasari pada komitmen terhadap nilai
etika, mempengaruhi orang lain untuk berbuat positif. Penelitian menunjukkan
kepuasan yang lebih tinggi dan kebahagiaan pada pemimpin karismatik.
2) Inspirasi
dan tujuan
Kepemimpinan harus dilandasi karakter
moral pemimpin, landasan nilai etika dan proses etika. Dari landasan etika,
seorang pemimpin dapat menetapkan tujuan masa depannya.
3) Intelektual
Pemimpin adalah individu yang terdidik
dan dapat melihat hal yang lama dengan cara pandang yang baru, memiliki
kreativitas, ide, disiplin, dan dapat mencari solusi. Seorang pemimpin juga
membutuhkan keberanian dan tanggung jawab dalam mengambil resiko. Pemimpi dapat
mengetahui strategi yang perlu diambil.
4) Pertimbangan
individu
Seorang pemimpin menggunakan
keterampilan professional, empati, dukungan dari anggotanya dalam mengambil
keputusan. Pemimpin yang efektif mengakui dan meningkatkan kontribusi orang
lain.
c.
Gaya
kepemimpinan global
Kepemimpinan merupakan proses memengaruhi kelompok untuk menentukan dan
mencapai tujuan. Berbicara tentang kepemimpinan maka akan menitikberatkan pada
gaya kepemimpinan. Adapun beragam macam gaya kepemimpinn bermuara dari
terbitnya teori kepemimpinan yang terdiri atas (Swansburg, 2000):
1)
Model
Bersyarat Kefektifan dari Fiedler
Fiedler mengungkapkan bahwa harus ada kelompok terlebih dahulu sebelum
ada pimpinan. Dalam gaya ini lebih berfokus pada hubungan antara pemimpin
dengan anggota kelompok. Dimana dalam memimpin akan dipengaruhi oleh 3 hal
yakni; Kepribadian dimana kepribadian pemimpin mempengaruhi interaksi anggota
kelompok, Susunan Tugas dimana apabila tugas yang diberikan terlalu berat maka
kekuasaan pimpinan hanya sedikit, tapi bila tugasnya mengutamakan perencanaan
dan pemikiran maka posisi pimpinan memiliki kuasa penuh, dan terakhir adalah
kekuasaan atas posisi pimpinan, dimana gaya kepemimpinan akan bekerja dengan
sangat baik tidak harus dipengaruhi oleh kekuasaan pimpinannya. Apabila
pimpinan memiliki pengaruh yang kuat pada anggota kelompok maka gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan akan bekerja dengan baik. Fiedler
menyimpulkan bahwa ini tentang situasi dimana gaya kepemimpinan akan efektif
atau tidak efektif tergantung pada situasi.
2)
Model
Siklus Kehidupan dari Hersey dan Blanchard
Teori ini meramalkan gaya kepemimpinan yang paling tepat tergantung pada
tingkat kematangan dan ketidakmatangan pemilih gaya. Dengan ketidakmatangan,
gaya kepemimpinan akan memfokuskan pada tugas dimana pemilih gaya akan relatif
pasif dan tergantung. Sementara dengan kematangan gaya kepemimpinan maka akan
berfokus pada hubungan perilaku yang menjadikan pemimpin aktif dan tidak
tergantung.
3)
Teori
Organisasi Z
Berfokus pada pengambilan keputusan yang disepakati bersama. Gaya
kepemimpinan demokratis termasuk desentralisasi, manajemen partisipatif,
keterlibatan pegawai, dan kualitas hidup. Pemimpin berkonsentrasi pada
perkembangan dan memanfaatkan keterampilan interpersonal mereka.
4)
Teori
Perilaku
Dalam teori ini menerbitkan beberapa gaya kepemimpinan yang dicetuskan
oleh Kurt Lewin dan Likert Michigan. Lewin mengungkapkan bahwa gaya
kepemimpinan dikaitkan dengan kekuatan yang ada pada pemimpin, anggota kelompok
dan situasi. Studi Gaya Kepemimpinan
menurut Kurt Lewin (Megginson, 1986) :
a)
Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka cenderung
memperhatikan penyelesaian tugas daripada karyawan. Kepemimpinan Autokratik
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif
b)
Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antar manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis
menimbulkan peningkatan produktivitas dan kepuasan kerja. Gaya Kepemimpinan
Demokratis bisa disebut juga dengan gaya kepemimpinan partisipatif dimana
anggota tim berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan hasilnya para
pengikut merasa lebih terlibat dalam proses manajemen, lebih berkomitmen pada
tujuan dan lebih termotivasi untuk bekerja secara efisien (Gill, 2017; Bass
& Avolio, 1995).
c)
Laissez
Feire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staf. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada
setiap orang dan menginginkan setiap orang merasa senang. Pimpinan Laissez
Faire mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan merasa frustasi.
Sementara itu, Michigan mengidentifikasi empat daya gaya dasar dan
sistem kepemimpinan yang terdiri atas
·
Sistem
I (Kewenangan mengeksploitasi)
·
Sistem
II (Kewenangan lebih baik)
·
Sistem
III (Demokratis Konsultatif)
·
Sistem
IV (Demokratis Partisipatif). Michigan mengakui gaya kepemimpan yang baik dan
efektif adalah pada sistem ini.
5) Transformational
Leadership Theory
Kepemimpinan
transformasional adalah hubungan antara pemimpin
dan pengikut di mana mereka saling memotivasi ke
tingkat yang lebih tinggi dan menghasilkan sistem nilai kesesuaian antara
pemimpin dan pengikut. Visi dan kepribadian yang
kuat adalah ciri-ciri umum di antara pemimpin
transformasional dimana mereka menggerakkan para anggota
kelompok
mereka disesuaikan dengan
memaksimalkan potensi anggota kelompok melalui dorongan inovasi, kreativitas
dan rangsangan intelektual (Krishnan, 2002 ; Bass, 1985; Bass dan Avolio, 1994).
Secara khusus, teori kepemimpinan transformasional difokuskan
pada perubahan. Para pemimpin yang menggunakan gaya ini dianggap sebagai agen
perubahan yang menggunakan kualitas dan kepribadian mereka untuk memotivasi
anggota mereka untuk mencapai tujuan mereka, berbagi visi bersama, dan
memberdayakan mereka. Pemimpin transformasional mempengaruhi pengikut oleh
mendorong dan menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun
bentuk gaya kepemimpan transformasional terdiri dari ; Pertama, para pemimpin
harus membangun hubungan kepercayaan dengan anggota kelompok. Hubungan
kepercayaan ini dapat dibentuk dengan menjadi terbuka, adil, dan jujur dengan
staf dan dengan memotivasi mereka untuk menjadi independen dalam pengambilan
keputusan mereka. Kedua, para pemimpin harus menggunakan komunikasi yang
efektif untuk memimpin staf agar mampu mencapai tujuan akhir. Lebih jauh lagi,
para pemimpin harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tegas dan percaya
pada visi mereka dan memiliki keberanian untuk mencapai tujuan mereka
(Christian, 2016; Kuhnert & Lewis, 1987).
6)
Transactional Leadership Theory
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada pengaturan
tujuan yang jelas untuk para anggota kelompok serta penerapan hadiah dan hukuman untuk memotivasi mereka dan mendorong kepatuhan. Dalam teori kepemimpinan transaksional, bawahan dan pemimpin memiliki kesepakatan di mana pemimpin memberikan imbalan
positif seperti bonus, cuti, manfaat kesehatan, atau hanya
gajinya sebagai gantinya untuk penyelesaian tugas. Di sisi lain,
jika tugas tidak terpenuhi atau tidak memenuhi harapan pemimpin, para pemimpin juga dapat menggunakan imbalan negatif seperti ancaman melakukan hal lain atau kehilangan pekerjaan (Aarons, 2006; Kuhnert & Lewis, 1987)
5)
Penjelasan:
a.
Kepemimpinan
di komunitas adalah perilaku yang
mengarahkan anggota dan menentukan dan mempengaruhi aksi kelompok. Proses
pengaruh yang terjadi antara pemimpin dan individual, kelompok, organisasi,
komunitas, sering dengan menginspirasi, menghidupkan, melibatkan pihak lain
untuk berpartisipasi dalam pencapaian tujuan (Stanhope dan Lancaster, 2016).
b.
Karakteristik
dan alasan kepemimpinan di komunitas memerlukan karakteristik perilaku
kepemimpinan
Seorang perawat komunitas perlu memiliki
karakteristik karismatik dan mampu mempengaruhi. Perawat komunitas banyak
berinteraksi dengan masyarakat dan memiliki tugas mempengaruhi orang lain dalam
hal melakukan hidup sehat. Tidak hanya itu, visi perawat komunitas juga harus
mampu menginspirasi masyarakat untuk dapat melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan komunitas. Tak hanya itu, karakteristik menginsiprasi dan
memiliki tujuan di masa depan juga perlu dimiliki oleh perawat komunitas.
Lingkup kerja yang berhubungan dengan kehidupan kesehatan masyarakat membuat
perawat komunitas perlu memikirkan kesehatan apa yang harus dimiliki oleh
masyarakat sehingga kedepannya masyarakat terhindar dari sakit dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Dengan karakteristik intelektual, perawat
komunitas dapat menggunakan keterampilan profesionalnya dalam melakukan
intervensi kepada masyarakat yang didasari oleh riset – riset yang berkualitas.
Kepemimpinan dalam keperawatan komunitas membutuhkan
visi bersama yang jelas dengan melibatkan masyarakat. Pemimpin dalam
keperawatan komunitas perlu mengembangkan pola pikir tentang masalah kesehatan
dan profesi, mengintegrasikan teknologi yang memfasilitasi mobilitasnya dalam
menjalankan misi, mempertimbangkan hal-hal untuk mengambil keputusan, dan
menjadi visioner yang proaktif dalam menanggapi perubahan cepat dalam perawatan
kesehatan sehari-hari.
c.
Gaya
kepemimpinan yang tepat dipilih di komunitas adalah
Gaya kepemimpinan yang
berbeda
diperlukan
untuk situasi yang berbeda, dan para pemimpin harus tahu pendekatan mana yang
paling efektif yang sesuai dengan kondisi untuk mencapai tujuan organisasi
(Hui Xu, 2017). Dalam pelaksanaannya Keperawatan Komunitas sangat berbeda
dengan kondisi yang ada di klinik, dimana perawatan yang diberikan dalam
lingkup dan cakupan keperawatan komunitas diberikan secara terus menerus dalam
jangka yang panjang dan membutuhkan kerjasama dari beberapa pihak termasuk
keluarga dimana akan dikombinasikan dengan jumlah pasien yang dengan usia tua yang
memiliki kebutuhan yang semakin kompleks dan memiliki harapan yang tinggi dalam
kesehatannya (Quenns Nursing Institute, 2013; Oliver et al, 2014). Sehingga dalam hal ini dibutuhkan perawat komunitas
yang cakap dan handal dalam mengelola tata organisasinya agar mampu memberikan
efektifitas yang besar bagi kesehatan masyarakat (Layton, 2015).
Beberapa penelitian menyebutkan terdapat
beberapa gaya kepemimpinan yang tepat diterapkan di keperawatan komunitas,
salah satunya adalah menggunakan gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan
transformasional dikenal sebagai
gaya
yang paling efektif karena berbasis hubungan
dan
adaptif terhadap situasi yang berubah. Pemimpin
transformasional adalah model peran, mereka mampu memotivasi
staf
mereka untuk mengadopsi perubahan demi kebaikan yang lebih besar
bagi pasien serta layanan, daripada masing-masing
anggota
tim yang berfokus pada kepentingan mereka sendiri (Doody
&
Doody, 2012). Motivasi ini bermula dari
menggabungkan nilai-nilai tim (yaitu memberi perawatan
yang berpusat pada pasien) dengan orang-orang dari pemerintah. Penggabungan
nilai-nilai
ini mampu meningkatkan komitmen
terhadap visi (Gopee dan Galloway 2009).
Honkavuo
dan Lindstrom (2014) berpendapat bahwa tujuan
utama para perawat adalah untuk meringankan penderitaan.
Ini dicapai dengan menciptakan kepedulian lingkungan
dengan komunikasi terbuka dan pemahaman emosional dalam
tim. Klinis tim berkinerja dengan
baik
ketika para pemimpin mendukung dan menghargai staf, dan
memungkinkan mereka untuk bekerja.
Dalam keperawatan komunitas maka arah kerja
perawat bukan hanya sesama tenaga kesehatan saja, namun juga kepada masyarakat,
tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga bahkan instansi pemerintah yang
memegang kendali penuh dalam hal kebijakan kesehatan masyarakat. Sehingga yang
dibutuhkan dalam penerapan sebuah organisasi adalah kemampuan pemimpin dalam
bersifat terbuka, mampu mengkomunikasikan dengan orang yang menjadi anggota
timnnya. Dalam kepemimpinan transformasional adalah penting bahwa para
pemimpin di semua tingkatan memahami visi dan rencana
organisasi tentang bagaimana perubahan ini
akan dilaksanakan. Pemimpin tidak memahami visi
kepercayaan, tentu dia tidak akan dapat mengkomunikasikannya secara efektif ke
tim
yang lebih luas. Komunikasi yang jelas dengan cara itu
membawa
pemahaman dan kepemilikan adalah penting, jika
tidak, setiap perubahan akan terfragmentasi; staf akan
merasa
itu adalah perubahan lain yang dilakukan pada mereka
dan justru menghasilkan de-motivasi
(Adair, 2009; Gopee & Galloway, 2009;
Barr & Dowding, 2012). Pemimpin
jelas memahami apa yang perlu dikomunikasikan
kepada tim. Perawat harus mengerti
apa
artinya 6C secara pribadi, menerapkannya pada miliknya
atau
pekerjaannya dan menjadi panutan; tidak hanya
berbicara
tentang visi tetapi juga memperagakannya (Olshansky
2007, Schantz 2007, Straughair 2012). Adapun 6C dalam
kepemimpinan Transformasional yang harus dikuatkan adalah care, compassion,
communication, courage,
commitment
dan competence (Francis, 2013).
Pada akhirnya pentingnya gaya
kepemimpinan transformasional begitu penting dimengerti dalam Asuhan
Keperawatan Komunitas karena gaya ini lebih fleksibel untuk diterapkan dimana
gaya ini cenderung menguatkan kerjasama tim sehingga bukan hanya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang dicapai tapi juga pada komitmen tim terhadap
visi yang telah dirancang sebelumnya. Satu yang penting dan
kadang-kadang diabaikan bidang kepemimpinan
adalah merawat anggota staf. Mereka perlu merasa
dihargai dan didukung, bahkan ketika ada yang salah. Dengan merawat staf selama
masa-masa
sulit, budaya yang terbuka dan jujur terus dipupuk
di mana pelajaran dapat dipelajari. Menerapkan 6C
untuk kepemimpinan akan meningkatkan ketercapaian kesehatan masyarakat
(Layton, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Aarons
GA. (2006). Transformational and
transactional leadership: association with attitudes toward evidence-based
practice. Psychiatry Serv.
2006;57:1162e1169.
Adair J. (2009). Effective leadership: how to be a successful leader. Second
edition. Pan Macmillan, Oxford.
Barr, J., Dowding, L. (2012). Leadership in health care. Second
edition. London: Sage Publications.
Bass
BM, Avolio BJ. (1995). The multifactor
leadership questionnaire e 5x Short Form. Redwood: Mind Garden.
Bass,
B.M., Avolio, B.J., (1994). Improving
organizational effectiveness through transformational leadership. London:
Sage Publications.
Bass
BM. (1985). Leadership and performance beyond
expectations. New York: The Free Press.
Bennis,
W., & Nanus, B. (1995). Leadership: the
strategies for taking charge. New York: Harper & Row.
Christian
Brothers University. (2016). Participating
leadership, delegation and empowerment. Available at: https://www.facstaff.cbu.edu/~rlawrenc/.../Courses/...-/
Chapter%2004.ppt.
Covey,
S. (2004). The 8th habit: from
effectiveness to greatness. New York: Free Press.
Doody, O., Doody, C. (2012). Transformational leadership in nursing
practice. British Journal of Nursing.
21(20), 1212-1218.
Francis R. (2013). Report of the mid staffordshire nhs foundation trust public inquiry –
volume 3: present and future. London: The Stationery Office.
Gill
E. (2017). What is
democratic/participative leadership? How collaboration can boost morale.
Available at: http://online.stu.edu/democratic-participativeleadership/.
Gillies, Dee Ann. (2000). Manajemen keperawatan sebagai
suatu pendekatan. Bandung: Yayasan IAPKP.
Gopee, N., Galloway, J. (2009). Leadership and management in healthcare.
London: Sage Publications.
Honkavuo, L., Lindstrom, U. (2014). Nurse leaders’ responsibilities in
supporting nurses experiencing difficult situations in clinical nursing. Journal of Nursing Management, 22(1)
117-126.
Hui Xu, J. (2017). Leadership
theory in clinical practice. Chinese
Nursing Research. https://doi.org/10.1016/j.cnre.2017.10.001
Krishnan
VR. (2002). Transformational leadership
and value system congruence. Int J
Value-based Manage.
Kuhnert
KW, Lewis P. (1987). Transactional and
transformational leadership: a constructive/developmental analysis. Acad Manage Rev. 12:648e657.
Layton, H. (2015). How district nurses can influence organisational effectiveness in the
community. Primary Health Care
Journal. journals.rcni.com/r/ phc-author-guidelines
Marshall,
E.S. (2011). Transformational leadership in nursing: from expert clinician to
influential leader. USA: Springer Publishing Company.
Megginson,
L., et al. (1986). Management; concept and applications. Harper
& Row Publisher, Inc.
Oliver, D., Foot, C., Humphries, R.
(2014). Making our health and care
systems fit for an ageing population. London: King’s Fund.
Olshansky, E. (2007).What do we mean by compassion and caring in
nursing and why does it matter anyway? Journal of Professional Nursing.
23(5), 247-248.
Parse, R. (1997).
Leadership: the essentials. (Editorial). Nursing Science Quarterly, 10(3), 109.
Queen’s Nursing Institute. (2013). Report on district nurse education in
England. Wales and Northern Ireland 2012/13. tinyurl.com/qgb8rkk
Schantz, M.(2007). Compassion: a concept analysis. Nursing Forum. 42(2), 48-55.
Stanhope,
M and Lancaster, J. (2016).
Community public health nursing. St.Louis-Missouri:
Mosby.
Swansburg,
R.C. (2000). Introductory management and
leadership for clinical nurse. Jones & Bartlet Publisher, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar