I.
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang
disebabkan suatu mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang bentuk
spesifik serotipenya. Penyakit ini juga dikenal dengan nama seperti mud fever,
slim fever, swamp fever, autumnal fever, infectoius jaundice, field fever, cane
cutler fever.
B.
Etiologi
Penyakit yang terdapat di negara yang beriklim tropis. Berbagai
subgroup yang masing- masing terbagi dalam atas :
1.
L icterohaemorhagiae
dengan reservoire tikus (syndroma weil)
2.
L. canicola dengan
reservoire anjing
3.
L pamona dengan
reservoire sapi dan babi
Insiden :
Penyakit ini dapat berjangkit pada laki-laki dan perempuan pada
semua umur.
C.
Manifestasi klinis
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata
10 hari.
Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klini sbifasik :
1.
Leptopiremia
(berlangsung 4-9 hari)
Timbul demam mendadak, diserta sakit kepala (frontal, oksipital atau
bitemporal). Pada otot akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot gastronemius,
paha pinggang,) dandiikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam
tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan
kesadaran, dan injeksi konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam
berbentuk makular/makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan,
splenomegali, dan hepatomegali.
2.
Fase imun (1-3 hari)
Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM sementara
konsentrasi C3, tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC.
Gejala lain yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis,
ensefalitis, serta neuripati perifer.
3.
Fase penyembuhan (minggu
ke-2 sampai minggu ke-4)
Dapat ditemukan adanya demam atau nyeri otot yang kemudian
berangsur-angsur hilang.
D.
Patofisiologi
Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput
lendir yang luka/erosi dengan air, lumpur dan sebagainya yang telah tercemar
oleh air kemih binatang yang terinfeksi leptospira. Leptospira yang masuk
melalui kulit maupun selaput lendir yang luka/erosi akan menyebar ke
organ-organ dan jaringan tubuh melalui darah. Sistem imun tubuh akan berespon
sehingga jumlah laptospira akan berkurang, kecuali pada ginjal yaitu tubulus
dimana kan terbentuk koloni-koloni pada dinding lumen yang mengeluarkan
endotoksin dan kemudian dapat masuk ke dalam kemih.
Gambaran patofisilogi
Organisme
Kontak pada kulit. Selaput lendir,
Luka erosi dengan air, tanah, lumpur)
air kemih binatang yang terinfeksi leptospira
endoktoksin
Masuk darah dan alirannya
Leukositosis, nuetro-filia (proses fagosi-tosis)
Demam sampai meng-gigil
Miokar-ditis
Peningkatan suhu tubuh *)
Kurang pengetahuan *)
|
Vaskulitits
difus di kapiler
Trombositopenia
Pertaharan
Epitaksis
Hemoptisis
Hemetem-isis
melena
Perdarahan
adrenal, gagal ginjal, perdarahan paru
Risiko
defisit cairan dan eletrolit *)
Cemas
/takut *)
|
Gastro-intestinal
Hepatomegali,
spleno-megali
Mual
Muntah
Risiko
nutrisi kurang dari kebutuhan *)
|
Leukosit CSS
Meningismus
ensepalitis
Panas
nyeri
kepala (frontal, oksipital)
fotofobia,
Nyeri *)
|
Pretibial
fever
Eritema-tosa
ruam,
makular, makulopapula
Kerusakan
kulit *)
|
Rekasi kimia
kinin, bradikin, prostag-landing
Mialgia,
Nyeri*)
|
E.
Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah
iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis.
Perdarahan masif jarang ditemui dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian.
F.
Penatalaksanaan
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin,
strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan siproflokasasin. Obat
pilihan utama adalah penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari.
Dalam 4-6 jam setelah pemeberian penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer
yang menunjukkan adanya aktivitas antileptospira> obat ini efektif pada
pemberian 1-3 hari namun kurnag bermanfaat bila diberikan setelah fase imun dan
tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan
suporatif diberikan sesuai denan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.
G.
prognosis
Tergantung keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada
tidaknya kekebalan yang didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder
dari faktor pemberat seperti gagal ginjal atau perdarahan dan terlambatnya
klien mendapat pengobatan.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitis
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan
tingkat kejadiannya sama.
2.
Keluhan utama
Demam yang mendadak
Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri
tekan (frontal) mata merah, fotofobia, keluahan gastrointestinal. Demam
disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptosis, penurunan
kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung 1-3 hari.
3.
Riwayat keperawatan
a.
Imunisasi, riwayat imunisasi
perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.
Riwayat penyakit, influenza,
hapatitis, bruselosis, pneuma atipik, DBD, penyakit susunan saraf akut, fever
of unknown origin.
c.
Riwayat pekerjaan klien apakah
termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,
rawa, sungai atau petani.
4.
Pemeriksaan dan
observasi
a.
Fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
Ø
Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
Ø
Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
Ø
Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata
merah.fotofobia, injeksi konjunctiva,iridosiklitis
Ø
Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
Ø
Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
Ø
Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria yang
teresebar pada badan. Pretibial.
b.
Laboratorium
ü
Leukositosis normal, sedikit
menurun,
ü
Neurtrofilia dan laju endap
darah (LED) yang meninggiu
ü
Proteinuria, leukositoria
ü
Sedimen sel torak
ü
BUN , ureum dan kreatinin
meningkat
ü
SGOT meninggi tetapi tidak
melebihi 5 x normal
ü
Bilirubin meninggi samapai 40 %
ü
Trombositopenia
ü
Hiporptrombinemia
ü
Leukosit dalam cairan
serebrospinal 10-100/mm3
ü
Glukosa dalam CSS Normal atau
menurun
5.
penatalaksanaan
Lihat pada landasan teori.
6.
Diagnosa keperawatan
a.
Peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya.
b.
Cemas / takut
berhubungan dengan perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai
dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.
c.
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf, inflamasi), ditandai dengan klien
mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi
nyeri, kelemahan.
d.
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
e.
Pemenuhan nutrisi
(kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
nausea dan vomitng, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan
massa otot dan lemak subkutan,
f.
Resiko tinggi kurangnya
volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake
g.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik,
penurunan intake nutrisi dan anemia.
B.
Perencanaan
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses
infeksi dari perjalanan penyakitnya.
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dalam batas normal
36 – 37 0 C
-
Klien bebas demam
-
Mukosa mulut basah, mata tidak
cekung, istirahat cukup
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Bina hubungan baik dengan klien dan
keluarga
b. Berikan kompres dingin dan ajarkan cara
untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan
paha.
c.
Peningkatan
kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d. Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
e.
Observasi
tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.,
antibiotika (Pinicillin G )
|
a. Dengan hubungan yang baik dapat
meningkatkan kerjasama dengan klien
sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.
b. Pemberian kompres dingin merangsang
penurunan suhu tubuh.
c.
Air
merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap
ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat
dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
d. Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap
keringat yang keluar.
e.
Observasi
tanda-tanda vital merupakan deteksi
dini untuk mengetahui komplikasi yang
terjadi sehingga cepat mengambil tindakan
f.
Pemberian
obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga
mempercepat proses penyembuhan
sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh. Antibotika spektrrum luas.
|
2. Cemas / takut berhubungan dengan perubahan
kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai dengan peningkatan tegangan,
kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak
adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-
Klien dapat mengurangi rasa
cemasnya
-
Rileks dan dapat melihat
dirinya secara obyektif.
-
Menunjukkan koping yang efektif
serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan
pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang prognosis
secara akurat.
c.
Beri
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.
Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek
samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e.
Catat
koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan
dll.
f.
Anjurkan
untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
g.
Berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara
dan sentuhlah dengan wajar.
|
a. Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat membantu klien
dalam memahami proses penyakitnya.
c.
Dapat
menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan
untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e.
Mengetahui
dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya
meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f.
Agar
klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g.
Memberikan
kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
|
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf, inflamasi), ditandai dengan klien
mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi
nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol
rasa nyeri melalui aktivitas
-
Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program
pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi
dan intensitas
b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi,
khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
c.
Berikan
pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV (distraksi)
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress
(tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan
therapeutik.
e.
Evaluasi
nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter
dan juga dengan klien
g.
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik
dll
|
a. Memberikan informasi yang diperlukan
untuk merencanakan asuhan.
b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan
sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c.
Untuk
meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e.
Untuk
mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana
klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan
obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar
terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.
Untuk
mengatasi nyeri.
|
4. Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, nausea dan vomitng, berat
badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak
subkutan,
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat
badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya
terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet
yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Monitor intake makanan setiap hari,
apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran
triceps serta amati penurunan berat badan.
c.
Kaji
pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil
untuk klien.
e.
Kontrol
faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
f.
Ciptakan
suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g.
Anjurkan
tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang
problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
i.
Amati
studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
j.
Berikan
pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
k. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan
makanan secara enteral, imbangi dengan infus.
|
a.
Memberikan
informasi tentang status gizi klien.
b.
Memberikan
informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c.
Menunjukkan
keadaan gizi klien sangat buruk.
d.
Kalori
merupakan sumber energi.
e.
Mencegah
mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu
makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f.
Agar
klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g.
Untuk
menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h.
Agar
dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i.
Untuk
mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan
penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j.
Membantu
menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan
klien.
k.
Mempermudah
intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai
kebutuhan.
|
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada ting-katan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan
tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya
hidup dan berpartisipasi dalam pengo-
batan.
- Bekerjasama dengan
pemberi informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Review pengertian klien dan keluarga
tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker
dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c.
Beri
informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga
sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi.
Jujurlah pada klien.
e.
Anjurkan
klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang
penyakitnya.
f.
Review
klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.
Anjurkan
klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan
kulit dan rambut.
|
a. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b. Memungkinkan dilakukan pembenaran
terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c.
Membantu
klien dalam memahami proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat
keputusan pengobatan.
e.
Mengetahui
sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f.
Meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.
Mengkaji
perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah
dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
|
6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan
berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal,
membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine
output normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor
intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase
luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang
berat badan jika diperlukan.
c.
Monitor
vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
d.
Kaji
turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
e.
Anjurkan
intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f.
Observasi
kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah,
adanya ekimosis dan pethekie.
g.
Hindarkan
trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
h.
Kolaboratif
-
Berikan
cairan IV bila diperlukan.
-
Berikan
therapy antiemetik.
-
Monitor
hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
|
a.
Pemasukan
oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b.
Dengan
memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c.
Tanda-tanda
hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu
tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d.
Dengan
mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e.
Memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang.
f.
Segera
diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g.
Mencegah
terjadinya perdarahan.
h.
Kolaborasi
:
-
Memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang.
-
Mencegah/menghilangkan
mual muntah.
-
Mengetahui
perubahan yang terjadi.
|
7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi
intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan
percepatan penyembuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a. Monitor perkembangan kerusakan integritas kulit untuk melihat adanya efek
kerusakan kulit,
b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk
bagian yang gatal.
c.
Ubah
posisi klien secara teratur.
d. Berikan advise pada klien untuk
menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
|
a.
Memberikan
informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal
terhadap perubahan integritas kulit.
b.
Menghindari
perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari
penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d.
Mencegah
trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
|
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien
D. Evaluasi
Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Donna, D.I. Et al. 1995. Medical
Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB
Sauders.
Carpenito LJ. 2000. Dokumentasi dan Asuhan Keperawatan. EGC.
Jakarta
FKUA, 1984. Pedoman Diagnosis dan Ilmu Penyakit Dalam. FKUA,
Surabaya
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan
Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997.
Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Sylviana. 1996. Kapita Selekta
Kedokteran Buku 1. EGC. JAkarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar