Pengertian
Pembedahan perut sampai membuka selaput
perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1.
Midline
incision
2.
Paramedian,
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
3.
Transverse
upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan
colesistotomy dan splenektomy.
4.
Transverse
lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya; pada operasi appendictomy.
Indikasi
1.
Trauma
abdomen (tumpul atau tajam)
2.
Peritonitis
3.
Perdarahan
saluran pencernaan.
4.
Sumbatan
pada usus halus dan usus besar.
5.
Masa
pada abdomen
Komplikasi
1.
Ventilasi
paru tidak adekuat
2.
Gangguan
kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
4.
Gangguan
rasa nyaman dan kecelakaan
Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk,
menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring
dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
POST LAPARATOMI
Perawatan post laparatomi adalah bentuk
pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut.
Tujuan perawatan post laparatomi;
1.
Mengurangi
komplikasi akibat pembedahan.
2.
Mempercepat
penyembuhan.
3.
Mengembalikan
fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4.
Mempertahankan
konsep diri pasien.
5.
Mempersiapkan
pasien pulang.
Komplikasi post laparatomi;
1.
Gangguan
perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya
timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila
darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah
sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan
kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum
mencoba ambulatif.
2.
Buruknya
intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46
jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan
pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan
antiseptik.
3.
Buruknya
integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya
tepi-tepi luka.
Eviserasi luka adalah keluarnya
organ-organ dalam melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi
adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat
pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
Proses penyembuhan luka
·
Fase
pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang
lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi
penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
·
Fase
kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14.
Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1
minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
·
Fase
ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen
terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan
kembali.
·
Fase
keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut
dan mengkerut.
Intervensi untuk meningkatkan
penyembuhan
1.
Meningkatkan
intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
2.
Menghindari
obat-obat anti radang seperti steroid.
3.
Pencegahan
infeksi.
Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan
segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan
mobilisasi dini.
Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa
terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan
pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support
psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien
post laparatomy, adalah;
1.
Respiratory
·
Bagaimana
saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2.
Sirkulasi
·
Tensi,
nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3.
Persarafan
: Tingkat kesadaran.
4.
Balutan
·
Apakah
ada tube, drainage ?
·
Apakah
ada tanda-tanda infeksi?
·
Bagaimana
penyembuhan luka ?
5.
Peralatan
·
Monitor
yang terpasang.
·
Cairan
infus atau transfusi.
6.
Rasa
nyaman
·
Rasa
sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
7.
Psikologis
: Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2.
Potensial
terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3.
Potensial
kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
Kriteria Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi,
meliputi;
1.
Tidak
timbul nyeri luka selama penyembuhan.
2.
Luka
insisi normal tanpa infeksi.
3.
Tidak
timbul komplikasi.
4.
Pola
eliminasi lancar.
5.
Pasien
tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
6.
Kehilangan
berat badan minimal atau tetap normal.
7.
Sebelum
pulang, pasien mengetahui tentang :
·
Pengobatan
lanjutan.
·
Jenis
obat yang diberikan.
·
Diet.
·
Batas
kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan
Kuliah Patologi. FKUI
Brunner / Sudart. Texbook of Medical
Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam :
Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Assesment
Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.
1.
Data subyektif meliputi;
·
Nyeri yang sangat pada daerah
perut.
2.
Data obyektif meliputi :
·
Napas dangkal
·
Tensi turun
·
Nadi lebih cepat
·
Abdomen tegang
·
Defense muskuler positif
·
Berkeringat
·
Bunyi usus hilang
·
Pekak hati hilang
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman, abdomen
tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2.
Potensial terjadinya infeksi
sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3.
Potensial kekurangan caiaran sehubungan
dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
Hasil yang diharapkan
1.
Pasien akan tetap merasa
nyaman.
2.
Pasien akan tetap
mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3.
Pasien akan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tindakan keperawatan (intevensi
keperawatan) pre operatif :
1.
Pertahankan pasien untuk
bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan.
2.
Tidak memberikan apapun melaui
mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan dan minum.
3.
Monitoring cairan intra vena
bila diberikan.
4.
Mencatat intake dan output.
5.
Posisi pasien seenak mungkin.
6.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan.
7.
Ajarkan pasien hal-hal yang
perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8.
Monitoring tanda-tanda vital.
Tindakan keperawatan post operasi:
1.
Monitor kesadaran, tanda-tanda
vital, CVP, intake dan output
2.
Observasi dan catat sifat darai
drain (warna, jumlah) drainage.
3.
Dalam mengatur dan menggerakan
posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
4.
Perawatan luka operasi secara
steril.
Evaluasi
1.
Tanda-tanda peritonitis
menghilang yang meliputi :
·
Suhu tubuh normal
·
Nada normal
·
Perut tidak kembung
·
Peristaltik usus normal
·
Flatus positif
·
Bowel movement positif
2.
Pasien terbebas dari rasa sakit
dan dapat melakukan aktifitas.
3.
Pasien terbebas dari adanya
komplikasi post operasi.
4.
Pasien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum
seperti biasa.
5.
Luka operasi baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan
Kuliah Patologi. FKUI
Brunner / Sudart. Texbook of Medical
Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar