TINJAUAN KASUS HALUSINASI



A.    Pengkajian
I.                   Identitas klien :
Initial                  : Nn. R
Umur                  : 22 tahun
Informan            : Klien, keluarga, status klien dan tim kesehatan
Tgl. Pengkajian  : 15 Januari 2007
No.MR               :
Tgl. Masuk         : 07 Januari 2007
II.                Alasan Masuk
Klien masuk via IGD dengan keluhan 3 hari yang lalu tidak pulang kerumah, mengejar orang tua dengan sabit, banyak bicara dan bicara ngawur, klien suka memaksa kehendak pada keluarga, tidur kurang, curiga pada orang lain. Sebelumnya klien juga pernah dirawat di RSJ HB. Saa’nin padang dan kemudian pulang dalam keadaaan tenang, keluarga membawa klien untuk kontrol ke rumah sakit M. Djamil karena klien tidak mau minum obat akhirnya kambuh lagi lalu keluarga membawa klien kembali ke RSJ Prof. Dr. HB. Saanin Padang.
III.             Faktor Predisposisi
a.       Klien sakit jiwa sejak 4 tahun yang lalu, dirawat terakhir 1 bulan yang lalu
b.      Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
Rawat I : Tahun 2003 klien pulang tenang, dirumah klien kontrol secara teratur kerumah sakit M. Djamil padang, Klien tidak mau minum obat karena merasa sudah sembuh.
Rawat II : Tahun 2004 Klien  pulang tenang, kontrol rutin kerumah sakit M. Djamil Klien sudah mulai bergaul dengan lingkungan tapi masih sering memperlihatkan Perilaku kekerasan.
Rawat III : Tahun 2005 Klien pulang tenang, kontrol rutin kerumah sakit M. Djamil, obat tidak diminum. Dirumah sering marah-marah sering memukul adek-adeknya.
Rawat IV : Tahun 2006 November Klien pulang tenang, kontrol dirumah sakit M. Djamil, klien tidak mau minum obat.
Rawat V : Januari 2007
c.       Aniaya Fisik : Klien mengatakan mengalami penganiayaan fisik oleh ayahnya, klien memperlihatkan memar pada paha kiri bekas pemukulan yang terakhir kali dilakukan ayahnya. Klien mengatakan pernah atau sering menyaksikan ibunya di pukuli ayahnya saat ia masih kanak-kanak sampai sekolah SMK. Klien pernah menampar gurunya yang sering menangih uang SPP ketika kelas 1 SMK Kosgoro. Klien mengatakan pernah mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya sebelah kiri.

MK : - Resiko perilaku kekerasan

                            - Respon pasca trauma

       

d.      Ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu paman (saudara ayah) dengan gejala atau keluhan malas bergaul dengan lingkungan, paman pernah dirawat tapi kurang berhasil.

MK : Koping keluarga inefektif


e.       Pengalam masa lalu yang tidak menyenangkan : ditinggal mati oleh neneknya yang merupakan orang yang terdekat dengan klien saat itu (Tahun 1997) sampai sekarang Nn. R masih sering menangis kalau teringat neneknya, Nn.R mengatakan neneknyalah yang paling sayang dan mengerti dengannya.

MK : - Gangguan proses keluarga

    - Respon pasca trauma




IV.  Fisik
-          TTV :  TD : 130/80 mmHg, N: 80x/i, S: 37 0C, RR : 20 x/i
-          Ukur : TB : 145 cm, BB : 37 Kg
-          Keluhan fisik : Klien mengeluh pada ulu hati, klien mengatakan sudah
                              lama mengalami nyeri seperti ini (maag).

MK : -




V.                Psikososial
1.      Genogram

 






Keterangan :
               : Laki-laki
               : Perempuan
               : Yang meninggal
               : Klien
               : Tinggal serumah

klien anak ke 4 dari 8 bersaudara.Dikeluarga keputusan diambil oleh ayah, karena sibuk dak anak yang banyak, menurut An.R ayahnya tidak bisa memberikan perhatiannya pada anak – anaknya.

MK : Koping keluarga tidak efektif






2.      Konsep diri

a.       Gambaran diri
Klien mengatakan tubuhnya tidak lagi sempurna karena kakinya pernah patah, sehingga jalannya agak timpang. Selain itu klien mengatakan tulang punggungnya juga cedera sehingga bibirnya agak mencong jika bicara ditambah lagi sejak sakit klien mengatakan klien bertambah kurus dan ceking. Klien mangatakan semuanya ini tidak membuat klien malas bergaul dengan orang lain karena klien sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, karena kecelakaan tersebut terjadi saat ia berusia 5 tahun.klien mngatakan sudah puas denga kondisi tubuhnya saat ini.
b.      Identitas diri
Sebelum sakit klien mengatakan ia adalah murid yang aktif ( klien pernah menjabat ketua OSIS sewaktu SMP ) dan berprestasi.klien sangat puas dengan posisinya tersebut di sekolah. Klien mengatakan puas dengan identitas dirinya sebagai perempuan.
c.       Peran
Klien berperan sebagai anak dan anggota masyarakat. Klien mengatakan ia sudah berupaya melakukan tugasnya sebagai anak. Sedangkan untuk kegiatan di masyarakat klien jarang ikut berpartisipasi.
d.      Ideal diri
Klien berharap dia sembuh dan keluarga serta masyarakat serta bisa menerimanya dan tidak menganggap dirinya orang gila lagi setelah ia keluar dari RSJ.
e.       Harga diri
Klien merasa tidak dihargai di rumah, setiap apapun yang dikerjakannya selalu salah dimata ayah dan kakaknya.
MK : Gangguaan Konsep Diri : Harga Diri Rendah





3.      Hubungan sosial
a.       Klien mengatakan ibunya adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Ibu adalah tempat mengadu, tempat bicara dan minta bantuan serta sokongan.
b.      Klien mengatakan kalau di rumah dia tidak mengikuti kegiatan dilingkungannya. Klien hanya dirumah membantu ibunya melakukan kegiatan rumah tangga. Klien mengatakan sejak dirawat dirumah sakit jiwa ia tidak mempunyai teman dekat.

MK : Isolasi sosial : menarik diri


4.      Spiritual
Klien taat beribadah selama dirawat, klien mengatakan ia sholat baik di ruangan maupun di rumah. Klien juga beranggapan bahwa sakit jiwa dapat sembuh dan semua kesalahan yang pernah dilakukannya pasti akan dimaafkan oleh Tuhan

VI.       STATUS MENTAL
1.      Penampilan 
Penampilan rapi, baju sesuai, mandi dengan sabun, menyisir rambut dan menukar baju sehabis mandi.

MK : -

2.      Pembicaraan
Cepat dan keras, klien mampu menjawab pertanyaan yang mahasiswa berikan tetapi pembicaraan klien mudah berobah dari satu topik ke topik yang lain yang tidak ada kaitannya.

MK : Hambatan komunikasi 

3.      Aktivitas motorik
Klien terlihat tegang, gelisah, klien mencengkram terali dengan kuat dan berjalan mondar mandir, tangan klien tremor.

MK : -

4.      Alam perasaan
Klien sedih kerena harus berpisah dengan ibunya, klien mudah menangis setiap ditanya perasaanya. Klien terlihat putus asa dengan keadaannya yang harus dirawat lagi untuk ke lima kalinya. Klien sering nyanyi lagu – lagu sedih dengan suara keras. Menurut klien dia sehat tetapi ayahnya selalu membawanya ke RSJ jika ia tidak mau berbicara dengan ayahnya.

MK : keputusasaan

5.      Afek
Labil, emosi mudah berubah, klien terkadang menunjukkan ekspresi sedih, gembira berlebihan dan marah dalam waktu yang tidak berselang lama.

MK : Resti cedera

6.      Interaksi selama wawancara
      Klien kooperatif , kontak mata ada dan defensif ( klien berusaha mempertahankan kebenarannya ).
      MK : -
7.      Persepsi
Klien mengatakan tidak melihat hal – hal aneh seperti bayangan – bayangan, mendengar suara – suara  yang memerintah / memanggil. Kien tidak ada bicara – bicara sendiri, tertawa sendiri, halusinasi (-). 

MK : -

8.      Proses pikir
Flight of idea, dimana klien harus diarahkan ketika komunikasi karena klien sering mengubah topik pembicaraan tanpa disadari klien.

MK : -

9.      Isi pikir
Klien selalu membicarakan tentang kekerasan rumah tangga yang terjadi dalam keluarganya. Klien sering mengatakan binggung harus melakukan apa agar orangtuanya rukun tidak sering bertengkar lagi.

MK : -

10.  Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang baik, klien tahu sedang di RSJ, klien tahu waktu.

MK : -



11.  Memori
Pembicaraan klien ada yang tidak sesuai dengan kenyataan ( konfabulasi ). Klien mengatakan tamat SLTA padahal klien tidak selesai menamatkan SLTA karena harus dirawat di RSJ.

MK : -

12.  Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Perhatian klien mudah dialihkan berganti dari satu objek ke objek lain. Klien mampu berhitung, klien dapat melakukan penambahan dan pengurangan pada benda – benda nyata.

MK : -

13.  Kemampuan dan penilain

Klien sudah mampu mengambil keputusan dalam hidupnya meskipun hal- hal kecil seperti saat ditanya apakah klien selalu cuci tangan sebelum makan? Klien menjawab “ya, saya selalu mencuci tangan “

MK : -

14.  Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sudah sembuh, tidak sakit lagi. Klien terkadang tidak mau minum obat. Klien mengatakan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya adalah karena ayahnya yang selalu bertindak dengan kekerasan dalam keluarga.

MK : -


VII.    KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1.      Klien mapu memenuhi / menyediakan pakaian
2.      Kegiatan hidup sehari – hari :
§  Klien mampu melakukan perawatan diri sendiri
§  Klien malas makan, klien hanya mengahabiskan sambal saja.
§  Tidur :
o   Klien mengatakan agak susah tidur malam
o   Klien tidak ada tidur siang

MK : kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


3.      Kemampuan klien minum obat :
§  Di ruang rawat klien terkadang agak susah disuruh minum obat
§  Di rumah klien, keluarga mengatakan klien tidak mau minum obat
MK :  ketidakefektifan penatalaksanaan   program terapeutik

4.      Klien mempunyai sistem pendukung

5.      Klien sangat menikmati saat bekerja/kegiatan hobi.
Klien sangat senang membuat kaligrafi dan puisi

VIII.  MEKANISME KOPING
Adaptif                                                        Maladaptif
Bicara dengan orang lain                             Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah                   Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif                                    Menghindar
Olah raga                                                      Mencederai diri

Masalah keperawatan : Koping individu inefektif


IX.       MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
o   Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tak berinteraksi dengan masyarakat sejak gangguan jiwa. Lingkungan agak cuek dengan kondisi klien, tadak mengganggu namun tidak pula membantu.
o   Keluarga masih tinggal dirumah milik paman, rumah belum siap dibangun
o   Keluarga memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, pekerjaan ayah hanya sopir truk, ibu hanya di rumah sedangkan tanggungan ada 7 anak. Klien mengeluhkan kecewa karna orang tua bisa membiayai sekolah
o   Klien memiliki kartu sehat untuk berobat ke pelayanan kesehatan





X.          KURANG PENGETAHUAN TENTANG
- Penyakit jiwa                                             - sistem pendukung
- Faktor predisposisi                                     - penyakit fisik
- koping                                                        - obat – obatan

Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan penyakit jiwa   

        

XI.       ASPEK MEDIS
Dx : Skizofren paranoid
Th : HLP ( haloperidol )       1,5 mg                3x1 hari
       Cpz  ( chlorpromazine )

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN:

1.      Resti perilaku kekerasan

2.    Respon pasca trauma
3.    Koping keluarga inefektif
4.    Gangguan proses keluarga
5.    Gangguan konsep diri : harga diri rendah
6.    Gangguan isolasi sosial : menarik diri
7.    Keputusasaan
8.    Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9.    Ketidakefektifan pelaksanaan program terapeutik
10.  Koping individu inefektif
11.  Kurang pengetahuan penyakit jiwa

ANALISA DATA
No
DATA PENUNJANG
MASALAH
1.
DS :
Ø  Klien mengatakan dia dibawa ke RS karena mengejar orang tuanya dengan sabit
Ø  Klien mengatakan pernah menampar gurunya
Ø  Klien mengatakan pernah mengiris pergelangan tangan dan jarinya
DO :
Ø  Klien bicara dengan cepat dan keras
Ø  Ekspresi klien marah ketika menceritakan bahwa dia sakit karena kekerasan yang ada di keluarganya
Ø  Klien sering terlibat cekcok dengan teman seruangannya
Ø  Klien mudah tersinggung dan mudah emosi
Resti Prilaku Kekerasan
2.
DS :
Ø  Klien mengatakan pernah / sering dipukuli ayahnya
Ø  Klien mengatakan pernah pernah menyaksikan ibunya di pukuli ayahnya
Ø  Klien mengatakan sangat sedih dan kehilangan ketika neneknya meninggal dunia

DO :
Ø  Klien memperlihatkan ada luka memar dipaha kiri
Ø  Klien menangis ketika menceritakan tentang neneknya yang sudah meninggal
Respon pasca trauma
3.
DS :
Ø  Keluarga mengatakan ada saudara suaminya pernah dirawat dirumah sakit jiwa
Ø  Klien mengatakan ayah dan ibunya sering bertengkar
Ø  Keluarga mengatakan membawa klien ke RSJ, karena tidak kuat lagi menghadapinya
DO :
Ø  Didalam keluarga klien ada riwayat kelainan jiwa seperti yang diderita klien
Koping keluarga inefektif
4.
DS :
Ø  Klien mengatakan sedih sejak neneknya meninggal dunia
Ø  Klien mengatakan neneknya yang paling sayang dan mengerti dia

DO :
Ø  Klien tampak sedih saat menceritakan tentang neneknya
Gangguan Proses keluarga
5.
DS :
Ø  Klien mengatakan merasa tidak dihargai dirumah, semua yang dilakukannya salah
Ø  Klien mengatakan sejak sakit dia tidak memiliki teman dekat lagi
DO :
Ø  Klien tampak menunduk pada saat interaksi
Ø  Memainkan jari- jari saat bicara dengan orang lain
Ø  Kontak mata kurang
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
6.
DS :
Ø  Klien mengatakan tidak memiliki teman di rumah sejak dia sakit
Ø  Klien mengatakan lebih banyak di rumah dan jarang ikut kegiatan di masyarakat
DO :
Ø  Klien hanya berbicara dengan orang yang disukainya
Ø   
Isolasi sosial : menarik diri
7.
DS :
Ø  Klien mengatakan merasa sedih dan marah – marah ketika ayahnya membawa dia kembali ke RSJ
Ø  Klien mengatakan dia sehat tetapi keluarga terutama ayahnya juga tidak percaya
DO :
Ø  Klien terlihat sedih ketika bercerita tentang pengalamannya sampai dibawa kembali ke RSJ
Ø  Klien menangis ketika mengatakan sampai  usia yang ke- 22 ini dia masih keluar masuk RSJ
Keputusasaan
8.
DS :
Ø  Klien mengatakan makannya Cuma 2 suap
Ø  Klien mengatakan dia malas makan baik dirumah maupun dirumah sakit
DO :
Ø  BB / TB : 35 kg / 145 cm ( N : 38 kg )
Ø  Klien tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9.
DS :
Ø  Klien mengatakan kalau ada masalah dengan orang lain biasanya dia akan memendamnya, kalau tidak tahan lagi dia akan marah
Ø  Klien mengatakan masalah yang dihadapinya terlalu banyak dan dia merupakan korban dari kekerasan rumah tangga
Ø  Klien mengatakan tidak bisa menerima kondisi ekonomi keluarga
DO :
Ø  Klien tampak marah kalau tersinggung
Ø  Klien masuk ke RSJ dengan alasan  marah – marah, mengejar orang tua dengan sabit
Koping individu takefektif
10
DS :
Ø  Klien mengatakan tidak mengetahui kerugian tidak minum obat
Ø  Klien mengatakan ia tidak tahu cara mengontrol emosi yang sehat
Ø  Klien juga mengatakan tidak mengetahui cara mengatasi masalah dengan baik.
DO :
Ø  Klien diruangan terkadang malas minum obat
Ø  Klien tidak mampu menyebutkan cara mengontrol emosi yang sehat
Kurang pengetahuan
11.
DS :
Ø  Keluarga mengatakan klien dirumah tidak mau minum obat
Ø  Klien mengatakan dia sudah di rawat ke- 5 kalinya
DO :
Ø  Klien terkadang enggan minum obat
Ø  Klien sudah dirawat ke- 5 kalinya
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik












POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan













Perilaku kekerasan
 




 





Isolasi sosial : menarik diri              







Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
 

 


Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


 


Koping individu tidak efektif

Keputusasaan 


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resti mencederai diri sendiri, oranglain dan lingkungan b.d perilaku
      kekerasan
2.      Resti perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif
3.      Gangguan isolasi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah
4.      Harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif
5.      koping individu tidak efektif b.d keputusasaan
6.      ketidakefektifan penatalaksaan regimen terapetik b.d koping keluarga tidak
     efektif























No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Risiko terhadap perilaku  kekerasan ditujukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d halusinasi penglihatan dan pendengaran
Tujuan Umum ;
Klien tidak melakukan kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan Khusus ;
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.







Setelah 1x interaksi diharapkan klien dapat membina hubungan saling percaya
-          Membalas salam perawat.
-          Menyebutkan namanya.
-          Menjabat tangan dengan perawat.
-          Mengadakan kontak mata selama interaksi








1.1.Bina hubungan saling percaya dengan prinsip hubungan  terapeutik
-          Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
-          Perkenalkan diri dengan sopan.
-          Jujur dan menepati janji.
-          Pertahankan kontak mata selama interaksi tunjukan sikap empiti dan penuh perhatian selam interaksi.
-          Terima klien apa adanya.



1.2.Ciptakan lingkungan yang hangat dan saling bersahabat.





1.3.beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasannya.

1.4.Beri reinforncemen Ã… atas keberhasilan klien membina hubungan saling percaya.







Hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik merupakan pengalaman belajar bersama klien dan sangat menentukan untuk melakukan tindakan berikutnya.













Lingkungan yang hanngat dan bersahabat memberikan perasaan aman dan nyaman pada klien sehingga memudahkan dalam berkomunikasi.

Ungkapan yang diterima sebagai bukti bahwa klien mulai percaya kepada perawat.

Dengan memberikan pujian membuat klien merasa dihargai.


2.      Klien dapat mengenal halusinasinya.

Dalam waktu pertemuan klien dapat menyebutkan tentang persepsi, akibat dari halusinasi dan situasi halusinasi muncul atau tidak, waktu, frekuensi, perasaannya jika muncul halusinasi

2.1    Lakukan kontak sesering mungkin.


2.2    Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
2.3    Mengidentifikasi bersama tentang waktu munculnya halusinasi.


2.4    Identifikasi koping yang bisa digunakan klien ketika halusinasinya muncul.


2.5    Diskusikan bersama klien tentang pengertian, penyebab jenis dan obat dari halusinasi

2.6    Evaluasi kemampuan klien untuk mengenal halusinasinya.

2.7    Beri reinforcement Ã… dan tindakan klien yang Ã….

Untuk mengusrangi kontak klien dengan halusinasi.

Dapat mengadakan tindakan yang efektif untuk mencegah halusinasi.
Dapat mengetahui bahwa halusinasi dapat mempengaruhi perasaan untuk melakukan tidakan maladaptif
Koping yang adaptif diberi dukungan, koping yang maladaptif dicarikan alternatif pemecahannya.

Klien dapat mengenal halusinasinya pada dirinya.



Mengetahui peranan klien untuk tahap halusinasi

Meningkatkan harga diri klien.




3.      Klien dapat mengontrol halusinasinya
Setelah 2 x pertemuan klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi dan tindakan yang dapat digunakan bila sedang datang halusinasi.
        Identifikasi besama klien tindkan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.

        Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif.


        Diskusikan bersama klien tentang cara mengontrol halusinasi.


        Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

        Dorong klien untuk melakukan hal-hal yang dapat mencegah timbulnya halusinasi.

        Dorong klien untuk menyebutkan kembali contoh yang digunakan dalam menghadapi halusinasinya.

        Berikan latihan cara memutuskan halusinasinya.
        Dorong klien untuk melakukan tindakan yang sesuai cara yang dipilih.

        Berikan pujian / reinforcement Ã… atas tindakan yang dapat dilakukan klien.

Tindakan yang dilakukan klien merupakan upaya untuk mengatasi halusinasi.

Pujian dapat menaikan percaya diri klien.




Memudahkan klien untuk memilih cara mengatasi halusinasi.


Membantu mengurangi / menghilangkan halusinasi yang dialaminya.


Merupakan cara untuk mengendalikan halusinasi yang mandiri.


Ungkapan yang dilontarkan oleh klien dapat dipasikan benar-benar klien yang mengerti.


Dapat mengendalikan halusinasi tanpa bantuan


Membantu klien melupakan halusinasinya.

Pujian merupakan pengakuan yang dapat membantu klien untuk melakukan hal-hal yang Ã… serta dapat menaikan kepercayaan dan harga diri klien.


4.      Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya.
Diharapkan keluarga dapat mengontrol halusinasi klien serta dapat merawat klien di rumah.
        Bina hubungan saling percaya dengan keluarga


        Kaji pengetahuan klien tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.

        Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung ke RS tentang halusinasi, tanda dan cara merawat klien dirumah.

        Berikan penyuluhan / tuntun keluarga kepada terhadap tindakan yang tepat.
Hubungan saling percaya antara perawat-keluarga merupakan dasar interaksi yang terapeutik.

Mengetahui sejah mana pengetahuan klien terhadap halusinasi




Dengan informasi yang diperikan diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan klien halusinasi di rumah.


Pujian yang diberikan dapat meningkatkan semangat keluarga untuk melakukan hal-hal yang positif dab dapat meningkatkan koping.


5.      klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya
Diharapkan klien dalam waktu 1 x 24 jam klien dan keluarga mampu menyebutkan tentang jenis obat dan cara mengunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.
        Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang jenis obat, manfaat obat dan cara mengunakan obat untuk mengendalikan halusinasi.

        bantu klien untuk memastikan bahwa obat sudah diminum sesuai



        observasi tanda gejala yang berhubungan dengan eek samping obat.

        berikan reinforementÃ… atas tindakan Ã… yang dikakukan klien b.d obat.
Klien dan keluarga dpt  mengetahui obatnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan halusinasi



Obat yang diminum sesuai dengan program yang dianjurkan dapat memberikan efek yang kebih sempurna.


Setiap obat mempunyai efek samping dan efek samping muncul pada individu yang berbeda

Meningkatkan harga diri klien.






No
Diagnosa Kep
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
2
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan Menarik Diri.
Tujuan Umum ;
Klien dapat mengendalikan halusinasinya
Tujuan Khusus ;
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya.





























2.    Menyebutkan penyebab menarik diri.













  1. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain












  1. Melakukan hubungan sosial secara bertahap ; klien-perawat, klien-perawat-klien, klien kelompok


















































  1. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain











  1. Memberdayakan sistem pendukung













  1. Menggunakan obat dengan benar dan tepat




Setelah 2x interaksi klien bisa membina hubungan saling percaya.




























Setelah 3x interaksi klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri











Setelah 2x interaksi klien mengetahui keuntungan berinteraksi












Setelah 3x interaksi klien mampu berinteraksi dengan orang lain




















































Setelah 2x pertemuan, klien mampu mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain









Setelah 2 x pertemuan, klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku menarik diri









Setelah 2 x pertemuan klien mampu menggunakan obat dengan benar.




1.1.1.    Bina hubungan saling percaya salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan.

1.1.2.    Berikan perhatian dan peng- hargaan, temani klien walau klien tidak menjawab, kata kan “Saya akan duduk di samping anda, jika ingin me ngatakan sesuatu saya siap mendengarkan.



1.1.3.    Dengarkan klien dengan empati.




2.1.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain.



2.1.2.Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.




3.1.1.Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.












4.1.1      Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama)


4.1.2.    Motivasi/temani  klien untuk berinteraksi dengan perawat/ klien lain.



4.1.3.    Tingkatkan interaksi secara bertahap.





4.1.4.    Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok.







4.1.5.    Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari dengan interaksi.





4.1.6.    Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik










5.1.1. Diskusikan dengan klien   setiap selesai interaksi / kegiatan.

5.1.2. Beri pujian akan keberhasilan klien








6.1.1.  Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan individu secara rutin dan pertemuan keluarga





7.1.1. Bantu klien meng gunakan obat dengan prinsip 5 benar.


7.1.2. Anjurkan klien membicara kan efek samping obat





1.1.1.    Hubungan saling percaya dasar interaksi yang terapeutik perawat klien.





1.1.2.    Peluang yg diberikan untuk mengenal perasaan klien, yang akan membuat klien merasa dihargai dan timbul keinginan untuk berkomunikasi
1.1.3.    Ikut merasakan apa yang dirasakan klien.

2.1.1. Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat bergaul dengan orang lain.

2.1.2.  Dengan diskusi diharapkan klien tidak menarik diri lagi

3.1.1. Dengan diskusi diharapkan klien me ngetahui keuntungan bergaul dengan orang lain.

3.1.2. Dengan adanya bantuan diharapkan klien mampu untuk bergaul


4.1.1. Dengan interaksi yang sering diharapkan halusinasi klien dapat terputus.

4.1.2. Dengan menemani klien diharapkan klien dapat melupakan halusinasinya.

4.1.3. Dengan meningkatkan interaksi diharapkan halusinasi klien terlupakan.

4.1.4. Dengan melibatkan klien dalam aktifitas kelompok diharapkan klien tidak mengikuti halusinasinya

4.1.5.   Dengan membantu klien dalam aktifitas hidup sehari-hari diharapkan klien dapat melupakan halusinasi.

4.1.6. Dengan terbinanya hubungan klien dengan keluarga diharapkan klien melupakan halusinasinya.





5.1.1. Untuk menentukan interaksi selanjutnya.


5.1.2.    Dengan ada pujian diharapkan klien ber semangat untuk kegiatan selanjutnya


6.1.1.  Dengan adanya pendidikan kesehatan terhadap klien diharapkan keluarga lebih sering mengadakan kontak dengan klien



7.1.1. Agar dapat teratur makan obat.


7.1.2. Agar klien mengetahui guna dan efek samping obat










Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan di Ruang Geges
RSJ. Prof. Dr. HB. Saanin Padang tahun 2006


Umur               : 22 tahun                                                                                                                                                 Nama Klien : Tn H
No.Reg            : 61541

Hari / Tanggal
DX /TUK
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PARAF
1
2
3
4
5
Senin
10-7-2006
Dx I
TUK 1
Jam : 10.00 Wib
1.1  Membina hubungan saling percaya dengan klien
-          Menyapa klien dengan ramah
“Selamat pagi Tn H, apa kabar, bagaimana keadaan Tn.H sekarang ?”
-          Memperkenalkan diri dengan sopan sambil menjabat tangan menyebutkan nama perawat .
“Tn. H perkenalkan nama saya .......... mahasiswa PSIK Unand”.
-          Menanyakan nama panjang klien
“Tn. H nama panjangnya siapa ?”
-          Identifikasi perasaan klien saat ini
-          “ Bagaimana perasaan Tn H, saat ini?”
-          Membuat kontrak dengan klien
-          “ Apakah Tn H, bersedia untuk menceritakan tentang bayangan hitam dan suara-suara itu, kapan bisanya bpk, dan berapa lama dan dimana sebaiknya kita bicara apakah diruang makan atau tempat lain yang H, sukai?”
-          Berikan reinforcement Ã… atas kesediaan klien untuk menyepakati kontrak.
“Bagus pak, saya senang rasanya bisa bincang-bincang dengan bapak ”
Bapak H pembicaraan kita hari ini cukup sampai disini dulu, jadi sesuai dengan kesepakatan kita besok kita lanjutkan lagi pembicaraaan kita ini jam 10.00 wib selama 35 menit diruang makan geges”.
-          Memberi salam
-          “ Selamat siang, Pak”
Jam 10.25 Wib
S :
Selamat pagi Pak nama saya Hendrison “dirumah saya marah-marah dan memecahkan alat-alat rumah tangga dan melihat bayangan hitam besar.

O :
Klien tampak senang tersenyum dan menjabat tangan perawat.



A :
Hubungan saling percaya mulai terbina.

P :
Pertahankan dan lanjutkan ke TUK 2 (Mengenal halusinasi) selasa jam 10.00 wib diruangan makan Geges

Selasa
11-7-2006
Dx. I
TUK 2
Jam 09.00 wib
“Selamat pagi bapak H, bagaimana kabarnya hari ini ?”
-          Mengingatkan kembali kontrak sebelumnya
“Bapak H sesuai dengan kontrak kita kemaren sekarang kita membicarakan halusinasi selama 35 menit.
-          Mengidentifikasi isi halusinasi
-          “ Bpk H, Mengatakan ada bayanga hitam besar dan mendengar suara-suara, kira-kira seperti apa bayangan hitam dan suara-suara itu, Apakah dia mengajak / mengejar Tn H ?”
-          Mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi
-          “ Kapan bayangan hitam dan suara-suara itu muncul dan berapa kali sehari ?”
-          Identifikasi keadaan klien saat ini
“Bagaimana perasaan bapak H saat bayangan dan suara-suara itu datang ini ?”
-          Mengakhiri kontrak dan membuat kontrak baru
-          “Kalau bapak H setuju besok jam 09.00 wib yang kita bicarakan masalah tentang halusinasi tempatnya diruang makan, apa bapak H setuju ?”
-          Mengakhiri pertemuan dengan salam.
-          “ Selamat siang Pak”



Rabu
12-7-2006
Dx. I
TUK 2
TUK 3
Jam 09.00 wib
-          Memberi salam terapeutik.
“Selamat pagi pak H ?”
-          Mengingatkan kontrak
“Bapak H sesuai dengan janji kita kemaren hari ini kita membicarakan kembali tentang halusinasi”.
-          Menjelaskan tentang kontrak waktu
“Bapak H sekarang ini kita bicara sekitar 30 menit”.
-          Identifikasi perasaan klien saat ini.
“Bapak H bagaimana perasaannya saat ini ? apa tadi malam bapak bisa tidur ?”
-          Diskusikan dengan klien saat halusinasi datang
-          “ Kemaren Bpk H, mengatakan merasa takut saat bayangan dan suara-suara itu datang, saat itu apa yang bpk lakukan?” Apakah teman disebelah Tn, H juga merasakan hal yang sama?”
-          Beri reinforcement positif atas tindakan yang tepat.
-          “ Bagus Tn H,  anda telah menolak/ melawannya”
-          Menganjurkan klien mempertahankan tindakan yang tepat.
-          Mengakhiri kontrak dan menjelaskan kontrak selanjutnya
“Bapak H pertemuan kita hari ini telah berakhir tentang halusinasi, besok kalau bapak H setuju kita masih menceritakan masalah halusinasi dan kita mulai pada jam 09.00 wib diruangan makan, apa bapak setuju ?
-          Mengakhiri pertemuan dengan salam.
-          “ Selamat siang pak”
09.30. Wib
S :
Selamat pagi pak H kalau suara dan bayangan itu datang saya selalu mengatakan tidak.
O :
Klien tampak mulai tenang

A :
Klien mulai bisa mengenal halusinasinya
P :
Pertahankan di TUK 3 tentang cara mengontrol halusinasinya.
Besok jam 09.00 wib di ruangan makan Geges.

Kamis
13-7-2006
DX I
TUK 2 &
TUK 3
Jam 09.00 wib
-          Memberikan salam terapeutik
“Selamat pagi bapak H ?”
-          Mengingatkan kontrak
“Bapak H sesuai janji kita kemaren hari ini kita membicarakan kembali tentang halusinasi/ bayangan hitam dan suara-suara”.
-          Menjelaskan kontrak waktu
“Bapak H sekarang  kita bicara 25 menit”
-          Identifikasi perasaan klien saat ini
“Bapak H bagaimana perasaan Bapak H hari ini ?”
-          Diskusikan bersama klien langkah yang diambil kalau halusinasinya datang.
Bapak H telah mengatakan jika bayangan dan sura-suara itu datang Bpk H, mengatakan “ Tidak”
-          Menganjurkan klien mempertahankan tindakan yang tepat.
-          Memberi reinforcement (+) atas ungkapan yang benar
Nah itu bagus sekali pak, cara itu harus bapak pertahankan”
-          Mengakhiri kontrak dengan Bapak H dan membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
Bapak H, pembicaraan kita hari ini cukup sampai disini dulu, besok kita ulang lagi tentang cara mengontrol halusinasi / apabila bayangan hitam itu datang, jam 09.00 diruang makan seperti biasanya ya Pak ”
-          Mengakhiri pertemuan dengan salam.
       “ Selamat siang, Pak”
Jam 09.25 Wib
S : “Selamat pagi Bapak Zul”
“Kalau bayangan hitam itu datang, saya mengatakan “tidak” pada bayangan hitam dan bangun dari tidur”

O : Klien tampak tenang

A : Klien sudah mulai mengenal halusinasinya

P : Pertahankan dan ulangi lagi masih di TUK 3 tentang cara mengontrol halusinasi jam 09.00 Wib di ruang makan geges.

Jum’at
14-7-06
Dx. I
TUK 2
&
TUK 3
Jam 09.00 WIB
-          Memberikan salam terapeutik
“Selamat pagi, Pak”
-          Mengingatkan kontrak
Bapak H sesuai janji kita kemaren kita mau bicara mengenai halusinasi dan cara mengontrolnya ”
-          Menjelaskan kontrak waktu
“Bapak H, sekarang kita berbicara selama 25 menit”
-          Identifikasi perasaan saat ini
“Bapak H, bagaiman perasaan bapak hari ini?”
-          Diskusikan dengan klien tentang halusinasi
“Bapak H, coba sebutkan apa itu halusinasi/ bayangan hitam dan suara-suara?”
-          Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasi datang.
Bapak H, apa yang bapak lakukan bila halusinasi itu datang ”
-          Menganjurkan klien untuk melaksanakan alternatif lain yang bisa dilakukan untuk mengontrol halusinasinya.
Coba bapak praktekan sekarang cara mengontrol halusinasi dan cara lain. Mulai .... Usahakan ya Pak !”
-          Mengakhiri kontrak dengan Bapak H dengan membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.
“Bapak H, pembicaraan kita hari ini cukup sampai disini dulu ya, besok kita ulangi alternatif lain yang bisa bapak lakukan untuk mengontrol halusinasi dan mempraktekannya”
Besok kita bertemu jam 09.00 di ruang makan ini”
Jam : 09.25 Wib
S :  Pagi Pak Zulham. Kalau halusinasi nya datang, biasanya saya langsung bangun dan baca doa
O : Klien tampak kooperatif dan bersemangat saat komunikasi

A : Klien belum mengerti dan memahami tentang halusinasi

P :  Intervensi masih dipertahankan dan diulangi tentang cara dan alternatif lain mengontrol halusinasi di ruang makan geges jam 09.00 Wib.

Senin
17-7-06
Dx. I
TUK 2
&
TUK 3
Jam 09.00 WIB
-          Memberi salam terapeutik
“Pagi Pak H, udah mandi ?”
-          Mengingatkan kontrak
Bapak H, sekarang kita membicarakan halusinasi dan cara mengontrolnya ”
-          Menjelaskan kontrak waktu
“Bapak H, kita berbicara selama ± 25 menit ya”
-          Menanyakan tentang halusinasi
“Bapak H, coba bapak jelaskan apa itu halusinasi?”
-          Menanyakan kepada klien apa yang dilakukan bila halusinasinya datang.
“Apa yang bapak lakukan kalau halusinasinya datang?”
-          Memberikan reinforcement (+) atas ungkapan yang benar
“ Nah, itu bagus Pak, tapi tolong dilakukan “
-          Mengakhiri interaksi dengan mejelaskan kontrak berikutnya
Bapak H, pertemuan kita hari ini sudah selesai, besok kita lanjutkan lagi ya diskusi kita tentang cara mengontrol halusinasi masih jam 09.00 WIB diruang makan ini. Tapi Bapak H, besok  kita tidak berdua, besok ada pembimbing saya yang akan datang untuk melihat kita membicarakan tentang cara mengontrol halusinasi. Apa Bapak setuju? ”
-          Mengakhiri pertemuan dengan salam.
Jam 09.25 Wib.
S :  Klien mengatakan masih mendengar suara-suara dan bayangan hitam yang masih mengejarnya.

O : Klien kelihatan tida tenang dan cemas

A : Klien belum bisa mengontrol halusinasinya

P :  Interaksi masih dipertahankan karena klien masih belum bisa mengontrol halusinasinya dengan tepat dan masih takut dengan bayangan hitam yang mengejarnya. Intervensi diulangi lagi tentang cara dan alternatif lain untuk mengontrol halusinasi. Besok jam 09.00 WIB di ruang makan klien GEGES.




BAB IV
PEMBAHASAN

Tn.H merupakan salah satu klien yang berada di ruang Gelatik dan Gaduh Gelisah yang berasal dari Padang, klien masuk ke RSJ. Prof. Dr. HB. Saanin Padang pada tanggal 29 Juni 2006 untuk yang pertama kalinya dengan keluhan sewring bermenung-menung, bicara ngawur, marah tanpa sebab dan melempari anggota keluarga yang ada di rumah dengan gelas dan piring. Pada waktu malam hari, klien merasa dikejar bayangan hitam yang besar yang terus memburuinya.
Selama pengkajian dilakukan klien tampak lesu, gelisah, jari-jari tampak gemetar. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak jelas sumbernya dan bayangan hitam yang ingin mengejarnya. Biasanya suara-suara itu muncul pada malam hari ketika klien akan tidur 1-2 kali, klien merasa cemas dan takut saat melihat bayangan itu, klien mengatakan sat mendengar suara-suara dan melihat bayangan itu klien mengikuti apa yang disuruh suara-suara itu.
Menurut pendapat Keliat (1999) bahwa klien yang mengalami gannguan konsep diri: harga diri rendah menyebabkan gangguan interaksi sosial: menarik diri menyebabkan perubahan persepsi: halusinasi penglihatan dan pendengaran yang akan beresiko terjadinya menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.  Sedangkan menurut stuart & Sundeen (1998) tidak ada hubungan yang saling percaya, terbuka sesama anggota keluarga serta tidak adanya perasaan saling menghargai dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Gangguan persepsi ini lama kelamaan akan mencetuskan terjadinya halusinasi yang beresiko terjadinya perilaku kekerasan : pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan masalah yang didapatkan pada Tn.H. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa keadaan tersebut timbul timbul sebagai akibat pola asuh yang salah di dalam keluarga, terutama Bapak klien terlalu keras (otoriter) dalam mendidik, tidak jarang klien sering dibentak, dihardik apabila melakukan suatu kesalahan walaupun kecil, sehingga klien merasa takut dan cemas setiap melihat ayahnya. Selain itu, klien tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Berdasarkan pengkajian yang didapat, masalah yang timbul berupa resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perubahan persepsi sensori;halusinasi penglihatan dan pendengaran, gangguan interaksi sosial; menarik diri, gangguan konsep diri; harga diri rendah, Distress spiritual, koping individu inefektif, gangguan komunikasi verbal dan perubahan proses pikir.
Menurut keliat (1999) strategi merawat klien yang dapat dilakukan berupa : membina hubungan saling percaya, mengkaji gejala halusinasi, fokuskan pada gejala dan minta individu untuk mengungkapkan apa yang telah terjadi, identifikasi kemungkinan pernah menggunakan obat atau alkohol, bantu individu untuk mengungkapkan perasaannya dan membandingkan halusinasi sekarang dengan yang terakhir dialami, bantu klien untuk mengidentifikasi  apakah ada hubungan antara halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin terjadi dan isi halusinasinya.Hal ini sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.H yaitu membina hubungan saling percaya,  membantu klien mengenal hausinasinya, mengontrol halusinasi, klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya.

Tidak ada komentar: