A. KONSEP DASAR
1.
Definisi
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien
menilai dan merespon pada realitas. Klien tidak bisa membedakan rangsangan
internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respon secara
akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
(Stuart and sundeen, 1998).
Salah satu bentuk perilaku
yang berhubungan dengan gangguan orientasi adalah halusinasi. Halusinasi adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus / ransangan dari luar
(eksternal). Stuart and sundeen, 1998).
2. Rentang Respon
Neurobiologis
Rentang respon neurobiologis menurut stuart and sundeen, 1998.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon adaptif Respon Mal Adaptif
-
Pikiran
logis Pikiran
kadang menyimpang Kelainan pikiran
delusi
- Persepsi akurat ilusi Halusinasi
-
Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan Ketidakmampuan
dengan pengalaman atau
kurang untuk
mengalami
- Perilaku
sesuai perilaku ganjil atau tak
lazim Emosi
-
Hubungan sosial Menarik diri Ketidakteraturan
Isolasi sosial
|
3. Faktor Prediposisi dan Presipitasi
a.
Faktor Predisposisi
1.
Teori Biologi
? Teori ini mengidentifikasi faktor genetik yang mungkin terlihat
dalam perkembangan suatu kelainan psikologis (Riwayat keluarga dengan kelainan
yang sama).
? Kelainan skizofrenia yang merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi
pada hypothalamus otak atau terdapat kekacauan sel-sel pyramidal dalam otak.
? Teori biokimia, terjadi peningkatan dopamine neurotransmitter yang
diperkirakan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan
dan pemecahan asosiasi yang umumnya ditemukan pada psikisis.
2.
Teori Psikososial
?
Teori
system keluarga, terjadi disfungsi perkembangan keluarga dimana terjadi konflik
antara orang tua yang mempengaruhi anak.
? Teori interpersonal, hubungan orang tua
dengan anak yang pernah dengan ansietas. Bila
diperhatiakan maka konsep diri maka akan mengalam ambivalens.
? Teori psikodinamik, mekaisnisme pertahanan ego pada waktu terjadi
ansietas berat yang maladaptife.
b. Faktor Presipitasi
1.
Teori Biologi
? Penelitian tentang penciptaan otak menunjukkan keteralihatan orak
yang luas dalam perkembangan skizofrenia lesi pada area frontal, temporal dan
limbus paling berhubungan dengan prilaku psikotik.
? Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia, penelitian
menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
§ Dopemine neuro transmitter yang
berlebihan.
§ Ketidak seimbangan antara dopamine dan
neuro transmitter lain.
§ Masalah-masalah pada system dopamine.
2.
Teori Psikologis
-
Sosial Budaya
Situasi yang berkembang dimasyarakat dapat berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang disingkirkan dari lingkungan selanjutnya akan
berakibat kesepian dan stres ada akhirya tidak teratasi, stress yang menumpuk
dapat menunjukkan terjadinyanya skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
-
Kehilangan
Kehilangan orang yagn dicintai, kehilangan cinta, fungsi
fisik, kedudukan, harga diri dapt mencetuskan terjadinya gangguan persepsi
individu menganggap sesuati yang telah hilang itu masih ada. Sehingga
mengakibatkan seseorang lari dari kenyataan dunia nyata.
-
Kekacauan pola komunikasi dalam
keluarga
Tidak ada hubungan saling percaya terbuka sesama anggota
keluarga serta tidak adanya rasa saling menghargai dapat dipengaruhi persepsi
seseorang. Gangguan pada persepsi ini lama kelamaan akan mencetuskan terjadinya
halusinasi (Struart and Sundeenm, Keperawatan Jiwa, edisi, 1998)
4. Proses Terjadinya Halusinasi
BIOLOGI |
PSIKOLOGI
|
SOSIAL BUDAYA |
|||||||||||||||||||||
-
Gangguan perkembangan otak
frontal dan temporal, lesi dan kortek frontal temporal, limbic
-
Gangguan tumbuh kembang pada
masa perinatal dan neonatal, anak-anak
-
Kembar 1 telur berisiko 2
telur
|
-
Pengaruh ortu yang
overprotektif
- Hubungan dengan ayah yang tidak adekuat
atau perhatian yang berlebihan
-
Konflik perkawinan
-
Komunikasi perkawnan
-
Komunikasi double bind
-
Pola asuh yang tidak adekuat
-
Koping maladaptive
-
Gangguan identitas
-
Ketidak mampuan
mencapai cita-cita
|
-
Kemiskinan
-
Ketidakmampuan
-
Sosbud
-
Hidup terisolasi
-
Stress yang menumpuk
-
Tinggal di ibu kota
|
|||||||||||||||||||||
·
Kondisi kesehatan
·
Kondisi lingkungan
·
Sikap dan perilaku klien
Perasaan diacam oleh lingkungan, cemas
dan merasa sesuatu
yang tidak menyenangkan terjadi
Individu mencoba mengingkari ancaman
dari persepsi diri dan
objek realitas dengan menyalahkan
artikan kesan terhadap kejadian
individu memproyeksikan pikiran internal
pada linkungan
sehingga persasan, pikiran dan keinganan
negatif tidak dapat diterima
sebagai bagian eksternal
HALUSINASI |
5.
Jenis – Jenis Halusinasi
Menurut
Wilsons dan kneils 1988 halusinasi terbagi dalam 5 jenis yaitu:
1. Halusinasi
dengar atau auditorik
Dimana
individu tersebut mendengar suara – suara yang membicarakan, mengecewakan dan
menertawakan serta mengancam dirinya, halusinasi jenis ini sering ditemui pada
schizofrenia
2. Halusinasi
lihat atau visual
Dimana
individu melihat pemandangan atau orang lain yang sebenarnya hal tersebut tidak
ada.halusinasi jenis ini biasanya terjadi pada sindrom otak organik
3
Halusinasi penciuman
Dimana individu merasa mencium bau sesuatu padahal
bau tersebut sebenarnya tidak ada.
2.
Halusinasi raba
Pada
keadaan ini individu merasa ada binatang yang merayap pada kulitnya, bila
rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka disebut halusinasi heptik yang
biasanya dijumpai pada alkohol with drawl.
3.
Halusinasi pengecapan / Gistatorik
Dimana individu merasa
mengecap suatu rasa di mulutnya sumbernya
tidak ada. Hal ini
sering terjadi pada seizure disorder.
6. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Halusinasi
Tahapan halusinasi,
karakteristik dan perilaku yang ditampilkan
(Tim keperawatan Jiwa FIK – UI, 1999)
Tahap |
Karakteristik
|
Perilaku Klien
|
Tahap 1
-
Memberi rasa nyaman tingkat
ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan sesuai kesenangan
|
· Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
· Mencoba berfokus pada pikiran yang dpat menghilangkan ansietas
· Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran
NON Psikotik
|
·
Tersenyim, tertawa sendiri
·
Menggerakkan bibr tanpa suara
·
Pergerakan mata yang cepat
·
Respon verbal yang lambat
·
Diam dan berkonsentrasi
|
Tahap II
-
Menyalahkan
-
Tingkat kecemasan berat
secara umum halusinasi menyebabkan rasa aktifitas
|
· Pengalaman sensori menakutkan
· Merasa dilecehkan oleh pengalaman
sensori tersebut
· Mulai merasa kehilangan kontrol
· Menarik diri orang lain non psikotik
|
·
Terjadi
peninkatan denyut jantung, pernafasan dan TD
·
Perhatikan dengan lingkungan
berkurang
·
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya
·
Kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
|
Tahap III
-
Mengontrol
-
Tingkat kecemasan berat
-
Pengalaman
halusinasi tidak dapat ditolak lagi
|
· Klien menyerah dan menerima pengalaman
sensori (Halusinasi)
· Isi halusinasi menjadi aktraktif
· Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik
|
·
Perintah halusinasi ditaati
·
Sulit berhubngan dengan orang
lain
·
Perhatikan
tehadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik
·
Tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat
|
Tahap IV
-
Klien sudah dikuasai oleh
halusinasi
-
Klien panik
|
|
·
Perilaku panik
·
Resiko tinggi menciderai
·
Agitasi atau kataton
·
Tidak
mampu berespon terhadap lingkungan
|
7. Mekanisme Koping Yang Digunakan
Perilaku
yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan yang berhubungan dengan respon neorobiology termasuk :
a.
Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk mengurangi ansietas hanya mempunyai sedikit enegi yang tertinggal untuk
aktifitas sehari-hari
b.
Proyeksi
Sebagai upaya untuk
menejelaskan kerancuan proyeksi
c.
Menarik diri
8. Penatalaksanaan
a.
Farmakoterapi
Obat – obatan untuk terapi halusinasi berupa anti psikotik,haloperidol dll.
b.
Terapi psikososial
Karena
karakteristik utama daridari halusinasi adalah rusaknya kemampuan untuk
membenntuk dan memepertahankan hubungan sesama manusia, maka intervensi utama
difokuskan untuk membantu klien memasuki dan mempertahankan sosialisasi yang
penuh arti dalam kemampuan klien.
c.
Alternatif
1). Terapi
modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit
disarankan untuk menggunakan komunikasi
yang terapeutik, termasuk semua (Staf administrasi, pembantu kesehatan,
mahasiswa dan petugas instalasi)
2). Terapi
kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang
dilakukan pada klien bersama – sama dengan jalan aukusi yang di arahkan oleh
seseorang yang tertatih.
3). Terapi
keluarga
Tujuan dari terapi keluarga
-
Menurunkan Konflik kecemasan
-
Meningkatkan kesadaran keluarga
terhadap kebutuhan masing – masing keluarga
-
Meningkatkan pertanyaan kritis.
-
Menggambarkan
hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh kembang. Perawat
membekali keluarga dengan pendidikan tentang kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian
adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari prses keperawatan terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosiakl dan
spritual,. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat pula berupa
faktor, presipitasi, penilaian terhadap stessor, sumber koping dan kemampuan
yang dimiliki klien.
a.
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian,
tanggal dirawat, , No MR.
b.
Alasan Masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering
berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,
membanting peralatan dirumah, menarik diri.
c.
Faktor Predisposisi
·
Biasanya
klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam pengobatan
·
Pernah
mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
·
Klien
dengan gangguan orientasi bersifat irediter
·
Pernah
mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
d.
Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik
e.
Psikososial
1.
Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2.
Konsep Diri
a. Gambaran diri : klen
biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b.
Identitas diri : Klien biasanya mampu menilai identitasnya
c. Peran diri : klien
menyadari peran sebelum sakit, saat di rawat peran klien terganggu
d. Ideal Diri : Tidak menilai
diri
e.
Harga diri : Klien memiliki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya
3.Hubungan sosial
Klien kurang dihargai dilingkungan dan di keluarga
4.Spiritual
-
Nilai dan keyakinan
Biasanya
klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya
-
Kegiatan ibadah
Klien biasanya menjalankan ibadah
di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan
f.
Status Mental
1.
Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi
atau cocok dan berubah dari biasanya
2.
Pembicaraan
Tidak terorganisasir dan
bentuknya yang maladaptif seperti kehilangan berhubungan dengan, tidak logis,
berbelit - belit
3.
Aktifitras motorik
Meningkat atau menurun,
impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang abnormal
4.
Alam Perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presiptasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis
5.
Afek
Afek sering tumpul, datar,
tidak sesuai dan ambivalen
6.
Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang
tampak komat kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
7.
Persepsi
·
Halusinasi apa yang terjadi
dengan klien
·
Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri
dan menghindar dari orang lalin, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata,
tidak dapat memusatkan perhatian, curiga bermsuhan, merusak, takut, ekspresi
muka tegang, mudah tersinggung
8.
Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu
mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan,
berbelit. Ketidak mampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan merasa
aneh terhadap klien.
9.
Isi Fikir
Keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan
memproses stimulus internal dan eksternal melalui proses informasi dapat
menimbulkan waham.
10.
Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami
disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu
11.
Memori
Terjadi gangguan daya ingat
jangka panjang maupun jangka pendek.
Mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepkati,
tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
12.
Tingkat konsentrasi dan
berhitung
Kurangnya kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi
terhadap realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsetrasi
pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah
dalam memberikan perhatian
13.
Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan, menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
14.
Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputsusan. Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap
lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama sekali tidak dapat mengambil
keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi
motivasi dan insiatif klien.
g.
Kebutuhan persiapan pulang
1.
Makan
Pada keadaan berat, klien sibuk dengan
halusinasinya dan cenderung tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak penduli
makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulan
2.
BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan klien utnuk
membersihkan dirinya
3.
Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tikda
mandi sama sekali
4
Berpakaian
Bisanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak
diganti-ganti
5
Istirahat
Observasi tentang lam dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang
6
Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
sistem pendukung sangat menentukan
7
Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas didalam
rumah seperti menyapu
h. Aspek medis
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti hallo peridol (HLP), chlorpromazine (CPZ) Triflnu perazin
(TFZ) dan anti parkinson ; trihenski
phenidol (THP), triplofrazine arkine
j.
Masalah Keperawatan
Yang bisa ditemuakan pada
klien halusinasi :
Ã’ Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
Ã’ Resiko tinggi kekerasan
Ã’ Kersakan interaksi sosial : menarik diri
Ã’ Harga diri rendah
Ã’ Perubahan proses pikir
i. Pohon Masalah
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
ditemukan klien halusinasi adalah :
·
Resiko tinggi melakukan
kekerasan berhubungan dengan halusinasi penglihatan
·
Perubahan
persepsi sensori halusinasi penglihatan b.d menerik diri
·
Kerusakan interaksi sosial :
menarik diri b.d harga diri rendah
·
Kerusakan komunikasi verbal b.d
waham
·
Gangguan konsep diri : harga
diri rendah b.d koping individu inefektif (mary townsend, 1998)
3.
Perencanaan
a. Resiko tinggi melakukan kekerasan
b.dhalusinasi penglihatan
TUM : Klien dapat mengontrol
perilakunya
TUK I : Klien dapat membina
hubungan saling percaya diri perawat
1.
Bina hubungan saling percaya
diri
Rasional : Suasana yang penuh rasa
percaya diri memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaanya secara terbuka
2. Ciptakan lingkungan yang hangat dan
bersahabat
Rasional : Memungkinkan
timbulnya rasa peccaya diri
3.
Dorong dan beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan persaanya
Rasional : Kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya menunjukkan penerimaan klien terhadap perawat
4.
Beri pujian atas kemampuan
klien untuk mengungkapkan perasaanya
Rasional : Pujian dapat meningkatkan harga diri klien
TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
1. Observasi prilaku (verbal dan non-verbal)
yang berhubungan dengan Halusinasi
Rasional : Intervensi awal dapat mencegah respon agresif
karena perilaku halusinasinya
2. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata
bagi klien dan tidak nyata bagi perawat
Rasional : Perawatan
harus jujur kepada klien sehingga klien menyadari bahwa halusinasinya tidak
benar
3.
Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaanya ketika halusinasinya muncul
Rasional : Hal ini penting untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya cidera pada klien atau orang lain karena perintah
halusinasinya dapat dicegah
TUK III : Klien dapat mengendalikan halusinasinya
1.
Diskusikan cara mencegah
timbulnya halusinasi dan mengendalikan halusinasi seperti : bicara dengan
klien, melakukan kegiatan, menghilangkan bangan tersebut
Rasional : Diskusi
diharapkan dapat menambah pengetahuan klien dalam mengendalikan halusinasinya
2. Dorong klien untuk melakukan tindakan
dalam mengatasi halusinasinya sesuai cara yang telah didiskusikan
Rasional : Penting untuk mengetahui tingkat konsentrasi
klien tentang apa yang didiskusikan
3.
Beri reinforcement positif atas
upaya yang telah dilakukan klien
Rasioanal : Pujian
dapat meningkatkan harga diri klien
TUK IV
: Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya
1. Bina hubungan saling percaya dan keluarga
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar
terjadinya halusinasi terbuka
2.
Kaji pengetahuan dalam merawat
klien
Rasional : Tingkat pengetahuan keluarga dapat membantu
dalam memberikan perawatan
3. Diskusikan dengan keluarga tentang
halusinasi, tanda dan cara merawat klien dirumah
Rasional : Diskusikan dapat meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang keadaan klien sehingga memungkinkan keluarga memberikan
perawatan yang efektif
TUK V :
Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya
1. Diskusikan dengan klien, keluarga tentang
obat untuk mengendalikan halusinaya.
Rasional : Penting untuk menambah pengetahuan klien dan
keluarga dalam menunjang perawatan setelah dirumah
2. Observasi tanda dan gejala atau efek
samping obat
Rasional : Mengantisipasi
secara dini kemungkinan terjadinya efek s amping
yang benar
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
Tujuan umum :
Klien dapat melakukan
komunikasi verbal dengan baik
Tujuan khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling
percaya
2) Klien dapat mengindentifikasi kemampuan
yang dimiliki
3)
Klien dapat mengindentifikasi
kebuthan yang belum terpenuhi
4)
Klien dapat berhubungan dengan realitis
5)
Klien dapat dukungan keluarga
6) Klien dapat menggunakan obat secara
teratur
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya
dengan klien : salam terapeutik, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
interaksi, menciptakan lingkungan yang terang, membuat kontrak yang jelas
(aktu, tempat, topik)
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar hubungan
perawat dan klien pada interaksi selanjutnya
Jangan
mendukung dan membantah waham klien. Tunjukkan ekspresi
menerima tanpa ragu tapi empati dan jangan membicarakn isi waham klien.
Rasional : Sikap
tidak mendukung menyebab klien tidak larut dalam wahamnya dan sikap tidak
membantah memperkuat kepercayaan pada perawatt
Yakin
klien dalam keadaan aman dan terlindung. Gunakan
keterbukan dan kejujuran.
Rasional : Keterbukaan dan kejujuran akan menciptakan
rasa aman dan meningkatkan kepercayaan klien
1.4.
Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari
Rasional : Ujian dapat menimbulkan rasa kepercayaan
diri sehingga klien tetap mempertahankan
kemampuanya
2.1. Beri pujian pada
kemampuan klien yang realitis
Rasional : Pujian dapat menimbulkan rasa kepercayaan diri
sehingga klien tetap mempertahankan kemampuannya
2.2.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis
Rasional : Dengan
mengatahui kemampuan diri akan menimbulkan rasa percaya diri untuk
mengembangkan kemampuanya.
2.3.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan dan anjurkan untuk melakukan saat ini
Rasional : Memudahkan klien untuk mengembangklan
kemampuannya
2.4. Jika
klien membicarakan wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada
Rasional : Membantah atau memotong pembicaraan klien
saat membicarakan waham akan menimbulkan sifat defesif klien, sehingga dapat
mengurangi kepercayaan pada perawat.
3.1. Observasi kebutuhan klien
sehari – hari
Rasional : Dapat diketahui tindakan yang tepat
3.3 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi baik dirumah maupun di rumah
sakit
Rasional : Mengetahui sejauhmana aktivitas klien
dirumah dan di rumah sakit
3.3. Hubungkan kebutuhan yang
tidak terpenuhi dengan timbulnya waham
Rasional : Memeperbanyak
aktivitas akan mengurangi waktu klien untuk memikirkan wahamnya
Tingkatkan
aktivitas yangdapat memenuhi kebutuhan klien yang memerlukan waktu dan tenanga
Rasional : Memperbanyak aktivitas akan mengruangi
waktu klien untuk memikirkan wahamnya
3.5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya
Rasional : Jadwal kegiatan akan mengalihkan pikiran
klien dari wahamnya
4.1.
Berbicara dengan klien dalam konteks realita diri, orang lain, tempat dan
waktu.
Rasional : Mencegah
klien dan perawat larut membicarakan waham
4.2 Sertakan klien dalam
terapi aktivitas kelompok
Rasional : Dapat mengurangi waktu klien untuk
terstimulasi oleh factor yang menimbulkan waham
4.3. Beri pujian setiap
kegiatan positif yang dilakukan klien
Rasional : Pujian meningkatkan kepercayaan diri dan
merupakan motivasi untuk mempertahankan kemampuan
5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang gejala
waham, cara merawat, lingkungan keluarga dan follow up obat
Rasional : Kunjungan keluarga akan menimbulkan rasa
bahwa klien masih diterima dilingkungannya
6.1.
Diskusikan dengan keluarga tentang obat, frekuensi, efek therapu, efek samping
serta akibat pengertian
Rasional : Pengetahuan tentang obat akan meningkatkan
kepatuhan akan regimen obat
6.2. Diskusikan perasaan klien
setelah minum obat
Rasional : Dapat
mengatasi motivasi klien minum obat
6.3. Berikan obat dengan
prinsip 5 (lima) benar
Rasional : Untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian obat
c. Kerusakan interaksi
sosial : Menarik diri b.d harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien dapat mengambil cara keputusan yang objektif untuk
menurunkan perasaan rendah diri
Tujuan khusus :
- Klien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
- klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
- klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan dirinya
- Klien dapat termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realitas
- klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Intervensi :
1.1.Lakukan pendekatan yang hangat, menerima
klien apa adanya dan empati
Rasional : Pendekatan yang hangat dan menerima klien apa
adanya akan memudahkan terjalinya huungan saling percaya
1.2.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina
hubungan yang sifatnya suportif
Rasional : Menunjukkan penerimaan dan kesediaan perawat
untuk membantu klien
1.3.Beri waktu untuk klien berespon
Rasional : Menunjukkan
penghargaan terhadap klien serta memberikan kesempatan klien untuk berfikir
2.1. Gunakan teknik komunikasi terapeutijk terbuka
Rasional : Komunikasi
terbuka akan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaanya.
2.2. Bantu klien mengekspresikan perasaanya
Rasioanal : Memudahkan
klien mengungkapkan perasanya
3.1. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawat yang
ingin di capai
Rasional : Melibatkan
klien menunjukkan penghargaan pada klien
3.2.
Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya
Rasional : Kegiatan yang terjadwal akan meningkatkan
harga diri klien sehingga termotivasi untuk mempertahankan kemampuanya.
3.3.
Motivasi klien untuk melakukan kegiatan tersebut.
Rasional : Menambah semangat klien
4.1.
Bantu klien menetapkan tujuan yang realitis
Rasional : Tujuan yang realistis akan membantu klien
dalam memecahkan masalah
4.2. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam
membantu klien dalam menurunkan perasaan rendah diri
Rasional : Dukungan dapat meningkatkan harga diri klien
5.1. Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga
diri rendah
Rasional : Mengantisipasi
masalah yang timbul
5.2. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk
mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota keluarga
Rasional : Menyiapkan
support sistem yang adekuat
5.3. Diskusikan dengan keluarga cara berespon
terhadap klien dengan HDR seperti menghargai klien, tidak menjauhi
Rasional : Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam merawat klien
dengan HDR
5.4. Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa
adaya
Rasional : Membantu meningkatkan harga diri klien
5.5. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien
dalam setiap pertemuan keluarga
Rasional : Meningkatkan interaksi klien dengan anggota
keluarga
5.6.
Anjurkan pada keluarga untuk melibatkan
4.
Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan ditentukan maka
langkah selanjutnya adalah menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam
tindakan nyata. Dimana pelaksanaanya didokumentasikan dalam implementasi
keperawatan yang mencakup tindakan dan kemajuan setelah melakukan tindakan
tersebut
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhlir dari proses keperawatan
yang dilakukan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Dari
evaluasi dapat diketahui apakah tujuan tercapai./ masalah dapat diatasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar