Makalah Gangguan Orientasi Realita (GOR)



I. Defenisi
            Gangguan orientasi realita (GOR) adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan internal dan eksternal, klien tidak dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan.

II. Realita
o   GOR disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu oleh fungsi kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial (respon neurobilogik).
o   Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.
o   Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku verbal dan non verbal.
o   Umumnya GOR ditemukan  pada klien yang menderita skizoprenia dan psikotik lain.
o   Gejala yang tampak dari skizoprenia adalah halusinasi, waham dan gangguan daya ingat.

III. Rentang Respon
            Klien gangguan orientasi realita (GOR) mengalami perubahan proses pikir, persepsi efek, dan kegiatan motorik serta kegiatan sosial.

A. Perubahan Proses Pikir
Pada klien GOR pola realita dan proses pikir mengalami kemunduran ke pola dan proses pikir masa kanak-kanak (pola pikir primitif)
Klien sukar berperilaku koheren, tindakan cenderung berdasarkan penilaian pribadi (autistik) yang dimanifestasikan dengan pemikiran primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, waham, perubahan linguistik.
B. Perubahan Pada Persepsi
Persepsi diarahkan sebagai reaksi dari reseptor tubuh terhadap rangsangan dari luar, persepsi melibatkan proses pikir dan pemahaman emosional terhadap suatu objek.
Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan pada klien GOR adalah halusinasi dan depersonalisasi.

C. Perubahan Pada Afek atau Emosi
            Afek adalah komponen pikiran dan ide yang terkait dengan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
            Afek berkaitan dengan emosi, respon emosional klien yang mungkin tampak bizar dan tidak sesuai.

D. Perubahan  Motorik
            Perilaku motorik adalah kegiatan fisik yang ditampilkan klien, perubahan motorik pada klien gangguan orientasi realita (GOR) dapat dimanifestasikan dnegan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik, seperti impulsif, otomatis.

E. Konsep Diri
            Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang terpenting dalam kehidupan. Jika hubungan ini tidak sehat, tidak adekuat akan menyebabkan kegagalan pada individu yang akibatnya cenderung akan memisahkan diri dari orang lain sehingga menimbulkan kesepian, isolasi, hubungan yang dangkal / tergantung.
Dapat Digambarkan Sebagai Berikut
Rentang Respon Neurobiologik
Respon Adaptif                                                                     Respon Maladaptif

-      Pikiran logis
-      Persepsi akurat
-      Emosi konsisten
-      Perilaku cocok
-      Hub. sosial harmonis
-      Kadang proses pikir terganggu
-      Emosi berlebihan/kurang
-      Ilusi
-      Perilaku tidak biasa
-      Menarik diri
-      Ggn isi pikir/waham
-      Halusinasi
-      Kerusakan proses emosi
-      Isolasi sosial

IV. Faktor Prediaposisi (Stuart & Sundeen, 1995)
Faktor predisposisi yang mungkin menyebabkan gangguan orientasi realita (GOR) adalah :
1. Faktor
            Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat dapat menimbulkan gangguan orientasi realita (GOR), seperti :
·         Hambatan perkembangan otak, khususnya korteks frontal, korteks temporal dan limbik.
·         Perkembangan individu masa prenatal sampai masa kanak-kanak

2. Faktor Psikologis
            Keluarga, teman sebaya dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap yang berpengaruh adalah penolakan, kekerasan dalam kehidupan klien.

3. Sosial Budaya
            Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan) dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita (GOR).

IV. Faktor Presipitasi
  • Faktor presipitasi yang bersumber internal / eksternal, stres, sosial budaya, kecemasan serta perpisahan dengan orang terpenting, dll.
  • Faktor Biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinefrin, zat halusinogen berkaitan dengan gangguan orientasi realita.
  • Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang

VI. Mekanisme Koping
            Mekanisme koping yang dapat diarahkan sebagai suatu usaha yang digunakan individu dalam mengatasi situasi yang tertekan. Mekanisme koping yan sering digunakan oleh klien GOR adalah :
  • Pengingkaran
Pernyataan ketidaksetujuan terhadap realita dengan mengingkari realita tersebut. Mekanisme koping ini adalah yang paling sederhana dan primitif.
  • Proyeksi
Kemunduran akibat stres terhadap suatu perilaku.
  • Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang.























WAHAM
(Delusi)

I.         Defenisi
Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan realita atau kenyataan secara berulang kali.

II.      Proses Terjadinya Waham
  • Perasaan diancam oleh lingkungan
Cemas dan merasa sesuatu tidak menyenangkan terjadi
  • Individu mencoba mengingkari
Ancaman dari persepsi diri atau objek realita dengan menyalah artikan tentang kesan terhadap kejaidan
  • Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan, sehingga perasaan, pikiran dan keinginan tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal.
  • Individu mencoba memberi yudifikasi atau rasional atau alasan tentang interpretasi tentang realita pada diri dengan orang lain.

III.   Macam-macam Waham
  1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan yang diucapkan berulang tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
  1. Waham Kebesaran
Keyakinan klien secara berlebihan bahwa ia memiliki suatu kebesaran atau kekuatan khusus.
  1. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang mengancam dirinya.


  1. Waham Somatik
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu atau terserang suatu penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
  1. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia atau sudah meninggal dunia.

IV.   Etiologi Terjadinya Waham
A.    Biologis
·         Gangguan perkembangan otak frontal
·         Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
·         Gangguan tumbuh kembang pada perinatal, neonatus dan masa perkembangan anak-anak
·         Kembar 1 telur lebih beresiko dari kembar 2 telur
B.     Psikologis
·         Ibu pengasuh yang cemas / over protektif, dingin, dan tidak sensitif
·         Hubungan dengan ayah tidak dekat / perhatian yang berlebihan
·         Konflik perkawinan
·         Pola asuh tidak adekuat
·         Koping dalam menghadapi stres tidak konstruktif/tidak adaptif
·         Gangguan identitas
·         Ketidakmampuan menggapai cinta
C.    Sosial Budaya
·         Kemiskinan
·         Ketidak harmonisan sosial budaya
·         Hidup terisolasi
·         Stress yang menumpuk
·         Kemelaratan




V.      Prinsip Tindakan Keperawatan Pada Klien Dengan Waham
A.    Bina Hbungan Saling Percaya
·         Jangan mengemukakan alasan berdebat atau menentang delusi, upaya untuk tidak menyetujui waham tidak ada manfaatnya.
·         Yakinkan pada orang tersebut bahwa ia dalam keadaan aman dan tidak berbahaya
·         Jangan tinggalkan klien sendiri, gunakan keterbukaan / kejujuran setiap saat
·         Pusatkan kepada klien sebagai manusia, daripada kebutuhan untuk mengendalikan gejala
B.     Indentifikasi Isi/Jenis Waham
·         Bantu dalam pemantauan klien dan manfat waham
·         Klasifikasi kerancuan tentang verbalisasi dengan menanyakan apa yang sedang dikatakan oleh klien
·         Identifikasi adanya topik sentral
C.    Selidiki Arti Waham
·         Kaji area dalam kehidupan individu yang tidak dapat lagi klien atur, kendalikan atau ikut serta
·         Kaji secara konkrit delusi mengganggu fungsi atau mungkin menjelaskan malfungsi terhadap individu
·         Tanyakan seperti klien tersebut telah melakukan sesuatu berdasarkan delusi atau wahamnya
D.    Kaji Intensitas, Frekuensi Dan Lama Waham
·         Delusi sekilas dapat diatasi dalam waktu singkat
·         Delusi campuran yang telah dialami dalam waktu lama
·         Apabila klien snagat bersemangat untuk menceritakan pada perawat tentang delusinya, dengarkan saja sampai tidak ada kebutuhan lagi untuk mendiskusikannya
·         Akan bermanfaat untuk menyakinkan bahwa sebagai manusia, dirinya telah orang baik
E.     Identifikasi Stress Berat Yang Baru Terjadi
·         Kaji apakah invidu dalam stress berat, seperti kesulitan finansial atau konflik dengan keluarga.
F.     Selalu Membawa ke Realita
 Jika kelin bertanya secara langsung, apakah perawat percaya dengan delusi, tanpa mendengarkan atau menentang persepsinya. Selalau menyajikan realita pada klien yang sedang mengalami delusi tanpa mendengarkan atau menentang persepsinya.
G.    Penuhi Kebutuhan Yang Dipenuhi Oleh Delusi
·         Tingkatkan aktivitas yang memerlukan perhatian, keterampilan fisik atau tindakan, jika tenaga klien dialihkan maka pemikiran yang patologik dapat dihentikan
·         Aktivitas yang memuaskan akan membantu individu untuk mengurangi waktunya dengan pemikiran yang berdelusi
·         Mengenali kepribadian dan aspek klien yang sehat.
·         Atur situasi, sehingga sulit bagi klien untuk menggunakan waktunya dalam sistem delusinya
H.    Jangan Biarkan Berulangnya Delusi
 Begitu waham dipahami hindarkan dan jangan membiarkan secara berulang delusinya :
·         Dorong klien untuk bertanggungjawab terhadap perilakunya
·         Beri cara pengendalian aktivitas hidup sehari-hari
·         Libatkan keluarga jika memungkinkan
Biologis
Psikologis
Sosial Budaya
-      Ggn. Perkembangan otak frontal dan temporal
-      Lesi pada korteks serebri, temporal dan limbik
-      Ggn. Tumbang pada massa perinatal/neonatal dan anak-anak
-      Kembar 1 telur lebih beresiko dari 2 telur
-      Hubungan dengan ortu tidak dekat/perhatian  yang berlebihan
-      Konflik perkawinan
-      Pola asuh tidak adekuat
-      Komunikasi 2 arah tidak jalan semestinya
-      Koping maladaptif
-      Ggn. Identitas
-      Ketidakmamuan mencapai cita
-      Kemiskinan
-      Ketidakmampuan sosial budaya
-      Hidup terisolasi
-      Stress yang menumpuk

Kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, sipak dan perilaku klien menurun

Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
 

Individu mencoban meningkari ancaman dari persepsi diri dan objektif realita dengan menyalahkan kesan tehadap kejadian.
 

Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan personal tentang realita pada diri sendiri/orang lain

WAHAM











ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
a.      Identitas Klien
Meliputi jenis kelamin, tanggal pengkajian, nama, alamat dan nomor register
b.      Alasan Masuk
Alasan atau keluhan yang menyebabkan klien dibawa ke RSJ, biasanya klien sering bicara sendiri, tidak bisa mengendalikan emosi, klien menyatakan sesuatu yang tidak nyata dan klien selalu menceritakan keadaan klien yang tidak sesuai kenyataan.
c.       Faktor Predisposisi
Biasanya klien disebabkan oleh penolakan, kekerasan, pola asuh usia kanak-kanak yang tidak adekuat, konflik dan kekerasan dalam keluarga. Bisa disebabkan karena kemiskinan dan konflik sosial budaya, seperti peperangan dan kerusahan. Biasanya ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
d.      Psikososial
Data yang perlu dikumpulkan adalah
1.      Genogram
Yang diberisikan tentang anggota keluarga klien sebayak 3 generasi dan melihat apakah ada anggota keluarga klien yang lain yang menderita penyakit yang sama
2.      Konsep diri
Biasanya klien mengalami gangguan dalam berhubungan seperti permusuhan, isolasi, tekanan dan disertai perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya
3.      Hubungan sosial
Dalam hubungan sosial biasanya mengalami gangguan ditandai ketidakmampuan klien mempercayai orang lain, perasaan takut sampai panik dan kewaspadaan berlebihan.
4.      Spiritual
Pada waham kebesaran biasanya klien memiliki keyakinan yang berlebihan tentang dirinya yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak   sesuai dengan kenyataan.
e.       Status Mental
1.      Penampilan
Berubah dari biasanya
2.      Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuknya maladaptif seperti kehilangan, tidak logis dan berbelit-belit
3.      Aktivitas motorik
Biasanya meningkat atau menurun, impulsif dan beberapa gerakan yang abnormal
4.      Alam perasaan
Dapat berupa suasana emosi yang menunjang akibat dari faktor presipitasi misalnya sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, ketakutan, khawatir disertai perilaku apatis.
5.      Afek
Afek yang maladaptif adalah biasanya tumpul, datar, tidak sesuai, labil.
6.      Interaksi selama wawancara
Biasanya biasa kurang lancar, bermusuhan, mudah tersinggung, dan keyakinan yang terkait dengan waham, sedangkan perilakunya tidak kooperatif, kontak mata tidak ada, cenderung meninggalkan perawat.
7.      Persepsi
Klien yang mengalami waham, biasanya juga mengalami halusinasi pendengaran, penglihataj, penciuman, pengecapan dan perabaan.
8.      Proses pikir
Inkoheren, tidak berhubungan dan tidak logis, klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis dan koheren.

9.      Isi pikir
Adanya gangguan isi pikir dapat ditandai dengan adanya keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
10.  Tingkat kesadaran
Kesadaran akan realitas merupakan hal yang perlu dikaji, yaitu orientasi waktu, tempat dan orang.
11.  Memori
Biasanya pada klien waham tidak ditemukan adanya gangguan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang
12.  Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan memperlihatkan sering terganggu, klien sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan, perhatian mudah untuk dialihkan (distraksi)
13.  Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan, dimana klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
14.  Daya tilik diri
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya, menyalahkan orang lain yang menyebabkan kondisi saat ini.
f.       Kebutuhan persiapan pulang
Beberapa hal yang perlu dikaji adalah
·         Makan
·         Minum
·         Berpakaian
·         Eliminasi
·         Berpakaian
·         Istirahat/tidur
·         Penggunaan obat
·         Pemeliharaan kesehatan
·         Aktivitas didalam dan diluar rumah

g.      Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maladaptif yang ditandai dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, kerusakan proses emosi dan gangguan proses pikir.
h.      Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien mengalami masalah dalam interaksi dengan lingkungan, dukungan keluarga / kelompok kurang
i.        Kurang Pengetahuan
Data yang dikaji sehubungan dengan pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistim pendukung, penyakit fisik dan obat-obatan.
2.      Masalah Keperawatan
a.       Perubahan isi pikir : waham
b.       Intoleransi aktivitas
c.       Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
d.      Koping individu in efektif
e.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah
f.       Defisit perawatan diri
g.      Resti kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Pohon Masalah
         Resti kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Kerusakan komunikasi verbal

 
        Perubahan isi pikir : waham            Defisit perawatan
        Kerusakan interaksi sosial:           Intoleransi aktivitas 
menarik diri
 

Gangguan konsep diri :
harga diri rendah diri
Koping individu inefektif

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul :
1.      Resti kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d waham
2.      Kerusakan komunikasi verbal b.d waham
3.      Perubahan isi pikir : waham b.d menarik diri
4.      Intoleransi aktivitas b.d menarik diri
5.      Kerusakan interaksi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah
6.      Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas
Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d koping individu in efektif

Tidak ada komentar: