Defenisi :
h Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada
jaringan epithelial dari calon / rectum. Umumnya tumor kolorectal adalah
adenokarsinoma yang berkembang dari polypadenoma.
h Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa
mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon maka disebut
kanker rectum. Bila mengenai kolon maupun rectum maka disebut kanker
kolorektal.
h Kanker kolon seperti sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat
tumbuh relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar ke jaringan sekitarnya serta
merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjer getah bening maupun pembuluh
darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke liver,
paru-paru yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani
dengan baik.
Anatomi Saluran
Pencernaan
h
Mulut
h
Esophagus
h
Stomach (lambung)
h
Usus halus
h
Kolon
h
Rectum dan anus
Fisiologi Pencernaan
h
Makanan akan dicerna dalam mulut dengan
bantuan enzim yang terdapat dalam saliva
h
Makanan diolah sampai lumat
h
Kemudian menuju lambung melalui
esophagus
h
Di lambung makanan akan di cerna dengan
cairan gastric
h
Dengan gerakan lambat menuju usus halus
(duodenum, jejenum dan ileum + 6 mtr)
h
Proses pencernaan dan penyebaran
nutrisi di mulai di usus halus
h
Proses ini hampir sempurna sebelum sisa
produk melewati kolon
h
Kolon dengan panjang 2 meter berakhir
dengan rectum
h
Di kolon terjadi penyerapan air dan
garam, sumber refleks ke otak untuk menimbulkan respon pengosongan lambung
h
Usus besar adalah bagian dari sistem
pencernaan, sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut lalu
kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus (duodenumyeyunum, ileum), usus
besar (kolon), rectum dan berakhir di dubur
h
Usus besar terdiri dari kolon dan
rectum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri
dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon
transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden)
h
Setelah kolon barulah rectum yang
merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus
halus disebut circum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rectum
disebut kolon sigmoid
Etiologi
Penyebab
pasti belum diketahui, namun terdapat faktor-faktor predisposisi yang terdiri
dari :
h
Usia lebih dari 40 tahun
h
Herediter
h
Riwayat kanker di bagian tubuh yang
lain
h
Polip Benigna, Polip Kolorektal, Polip
Ademotosa atau Adenoma Vilus
h
Kolitus ulseratif lebih dari 20 tahun
h
Merokok, obesitas
h
Diet tinggi kolesterol / lemak dan
protein (konsumsi daging) serta rendah serat / karbohidrat
Patofisiologi
h
Umumnya tumor kolorektal adalah
adenokarsinoma yang berkembang dari polyp adedoma
h
Insidensi tumor dari kolon kanan
meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rectum dan kolon sigmoid
h
Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak
terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul gejala penyakit
mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan
organ-organ yang berdekatan
h
Kanker kolorektal menyebar dengan
perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan dinding luar
usus
h
Struktur yang berdekatan seperti hepar,
kurvutura mayor, lambung, duodenum, usus halus, pancreas, limpa, saluran
genitourinary dan dinding abdominal juga dapat dikenal oleh perluasan
h
Metastasis ke kelenjer getah bening
regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi,
bisa saja kelenjer yang jauh sudah dikenai namun kelenjer regional masih normal
(Way, 1994)
h
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder
seperti hepar, paru-paru, otak, tulang dan ginjal, “penyemaian” dari tumor ke
area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa
atau selama pemotongan pembedahan
h
Awalnya sebagai nodul, kanker usus
sering tanpa gejala hingga tahap lanjut. Karena pola pertumbuhan lamban, 5
sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Way, 1994)
h
Manifestasi tergantung pada lokasi,
tipe dan perluasan dan komplikasi. Perdarahan sering sebagai manifestasi yang
membawa klien datang berobat
h
Gejala awal yang lain sering terjadi
perubahan kebiasaan buang air besar, diarhea atau konstipasi
h
Gejala awal yang lain sering terjadi
perubahan kebiasaan buang air besar, diarhea atau konstipasi
h
Karakteristik lanjut adalah nyeri,
anorexia dan kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau
rectum. Biasanya klien tampak ameis akibat dari perdarahan
h
Prognosis kanker kolon tergantung pada
stadium penyakit saat terdeteksi dan penanganannya sebanyak 75% klien kanker
kolorektal mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih
rendah pada usia dewasa tua (Hazzard et al, 1994)
h
Komplikasi primer dihubungkan dengan
kanker kolorektal :
(1)
Onstruksi usus diikuti dengan
penyempitan lumen akibat lesi
(2)
Perforasi dari dinding usus oleh tumor,
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus
(3)
Perluasan langsung tumor ke organ-organ
yang berdekatan
Manifestasi Klinis
h
Bervariasi dan tidak spesifik. Bisa
dijumpai tanpa keluhan sampai adanya keluhan berat dan tergantung pada lokasi /
biasanya tumor
h
Umumnya asymptomatis atau relative
bergejala ringan pada saat penyakit ditemukan. Perdarahan peranal merupakan
keluhan penderita dengan gejala berupa perdarahan segar bercampur atau tanpa
disertai tinja
h
Gejala tidak khas yaitu anemia patik,
nausea malaisea. Haemoroid, anoreksia dan perubahan berat badan (BB menurun)
akibat iritasi dan respon refluks
Gejala
Spesifik
h
Karsinoma kolon kanan :
Keluhan
ada masa di abdomen kanan, onstruksi akan timbul bila tumor sudah besar.
Biasanya terjadi nyeri dangkal abdomen, diare dan melena
h
Karsinoma kolon kiri :
-
Tanda-tanda obstruksi (nyeri abdomen
dan kram)
-
Penipisan feses yang mengakibatkan
feses berbentuk pensil, (konstipasi dan distensi) lesi yang melingkar pada
kolon kiri mengakibatkan obstruksi
-
Adanya darah segar dalam feses
-
Perut masih terasa penuh meskipun sudah
buang air besar
Komplikasi
h
Obstruksi usus parsial atau lengkap
diikuti penyempitan lumen akibat lesi
h
Haemorhagi / perdarahan
h
Pembentukan abses akibat perforasi
dinding usus oleh tumor yang diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh
isi usus
h
Shock akibat peritonitis dan sepsis
h
Mestatase ke organ lain yang berdekatan
terjadi fistel pada kantor kemih, vagina / usus
Deteksi
Dini
Prosedur
skrining rutin
h
Pemeriksaan rectal tuse (usia > 40
th)
h
Tes guaiac untuk pem. darah dalam feses
(>50 th)
h
Sigmoideskopi tiap 3-5 (> 50 th)
h
Fecal occult blood test (FOBT),
sigmoidoscopy, colonoscopy, double contrast barium enema, colok dubur
Tes
Diagnostik dan Lab
h
Jumlah sel-sel darah merah (evaluasi
anemia)
h
Tes pada feses untuk melihat bekuan
darah dalam feses
h
CEA
h
Pemeriksaan kimia darah alkaline
phosphatase dan kadar bilirubin (indikasi mengenai hepar)
h
Tes lab lain serum protein, kalsium dan
kreatinin
h
Kanker maupun polyp dapat menyebabkan
perdarahan dan FBOT dapat mendeteksi adanya darah pada tinja FBOT ini adalah
test untuk memeriksa tinja
Diagnostik
h
Sigmoidoscopy adalah suatu pemeriksaan
dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat
petunjuk yang ada cahaya dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoid scope,
pemeriksaan disebut sigmoidoscopy
h
Alat ini dimasukkan melalui lubang
dubur ke dalam rectum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rectum dan
kolon sigmoid dapat dilihat
h
Bila ditemukan adanya polyp, dapat
sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsy
kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas
tidaknya dan jenis keganasannya
h
Colonoscopy, sama seperti
sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel yang lebih panjang sehingga seluruh
rectum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan
adalah colonoscope
h
Barium edema adalah pemeriksaan
radiology dengan sinar rontgen (sinar x) pada kolon dan rectum. Penderita
diberikan edema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam
rectum. Kemudian di foto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat
apakah normal atau ada kelainan
h
Colok dubur adalah pemeriksaan yang
sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua dokter, yaitu dengan memasukkan
jari yang sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi ke dalam dubur
kemudian memeriksa bagian dalam rectum. Merupakan pemeriksaan yang rutin
dilakukan. Bila ada tumor di rectum akan teraba dan diketahui dengan
pemeriksaan ini
Penatalaksanaan
h
Pendidikan mengenai diet agar individu
meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar dan padi-padian untuk
meningkatkan masa makanan menurunkan lemak dan menyediakan antioksidan
h
Manajemen stress
Penatalaksanaan
Medik
h
Keberhasilan pengobatan kanker
kolorektal ditentukan oleh stadium saat diagnosa dibuat. Terdapat berbagai
macam stadium penyakit.
h
Dalam penatalaksanaan medik diberikan
terapi adjuvant, mencakup komoterapi, terapi radiasi, dan ataupun imunoterapi.
Terapi radiasi diberikan pada periode preoperative, intra operatif dan
pascaoperatif. Untuk tumor yang tidak di operasi atau direseksi, radiasi
digunakan untuk menghilangkan gejala
Penatalaksanaan
Medik Berdasarkan Stadium
h
Pada stadium 0, berupa polip di mukosa
colon disebut juga dengan precursor Ca. Penatalaksanaanya dengan pemotongan polip
(colonoskopi)
h
Pada stadium 1, tumor tumbuh di mukosa
usus, penetalaksanaannya dengan pembedahan
h
Pada stadium 2, tumor menyebar hingga
lapisan muskularis mukosa lap usus, penatalaksanaannya pembedahan
h
Pada stadium 3, tumor menyebar ke
kelenjar getah bening, penatalaksnaaanya : pembedahan, kemoterapi, radiasi
terapi
h
Pada stadium 4, tumor bermetastase,
penatalaksanaanya kemoterapi
Tempat Pemasangan Kolostomi
h
Kolostomi sigmoid feses padat
h
Kolostomi desenden feses semu bubur
h
Kolostomi tranversal feses bubur
h
Kolostomi asenden feses cair
Penatalaksanaan
Keperawatan
h
Pra-Operatif
-
Pastikan tanda-tanda prosedur
valid ini berguna bagi pasien dan keluarga memahami prosedur dan kemungkinan
resiko dan alternatif persiapan prosedur. Penandatanganan inform consent
sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju
-
Kaji pemahaman klien dan keluarga
tentang prosedur, klarifikasi dan interprestasikan sesuai kebutuhan
-
Pemasangan NGT / IVFD, reintroduksi
intake oral makanan dan cairan
-
Persiapan klien yang adekuat selama
preoperative biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik mendukung perawatan
pasca operasi, mengurangi kebutuhan analgesik dan meningkatkan pemulihan klien
-
Pemasangan NGT, pemasangan di kamar
bedah untuk pembedahan NGT dipasang preoperative untuk membuang sekrea dan
mengosongkan lambung
-
Prosedur persiapan usus, antibiotik
oral dan pareteral sebaiknya kathartik dan enema / ditelan dapat diberikan
preoperative untuk membersihkan uus dan mengurangi resiko kontaminasi
peritoneal oleh isi usus selama pembedahan
Tujuan
Perawatan Pre-Operatif
h
Menghilangkan nyeri
h
Meningkatkan toleransi aktivitas
h
Memberikan tindakan nutrisional
h
Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
h
Menurunkan ansietas
h
Mencegah infeksi
h
Pendidikan klien preoperatif
Pasca
Operatif
h
Monitor TTV dan intake dan output,
meliputi drainase lambung dan lainnya dari dalam luka. Kaji penatalaksanaan
insisi abdomen dari perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka
yang lainnya dan pertahankan integritas psikologi
h
Monitor bising usus, dan derajat
distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari usus menghentikan peristaltic,
menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya
peristaltic
h
Sediakan obat mengurangi nyeri dan
pemeriksaan rasa nyaman seperti perubahan posisi
h
Kaji status pernafasan, sangga abdomen
dengan selimut atau bantal untuk membantu batuk
h
Kaji posisi dan potensi NGT,
persambungan suction. Bila sedang terlipat, irigasi dengan salin sterilk secara
hati-hati
h
Kaji warna, jumlah dan bau drainase dan
kolostomi (bila ada) catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau
perdarahan berwarna merah terang
h
Hindari pemasangan temperature rectal,
suppositoria atau prosedur rectal lain sebab dapat merusak garis jahitan anal,
menyebabkan perdarahan, infeksi / gangguan penyembuhan
h
Pertahankan cairan saat masih dilakukan
suctionaso gastric
h
Pemberian antacid, reseptor AH2 dan
anjurkan terapi antibiotic, terapi antibiotic untuk mencegah infeksi akibat
kontaminasi rongga abdomen dengan isi usus
h
Anjurkan ambulasi untuk merangsang
peristaltic
h
Mulai pengajaran dan perencanaan pulang
konsultasikan dengan ahli gizi untuk instruksi diet dan menu, beri penguatan
pengajaran
Tujuan Perawatan Pasca-Operatif
h
Perawatan luka
h
Pendidikan klien dan pertimbangan
perawatan di rumah
h
Citra tubuh positif
h
Pemantauan dan penatalaksanaan
komplikasi
Proses
Keperawatan
h
Riwayat Kesehatan
Pengkajian
faktor predisposisi
-
Usia lebih dari 40 tahun
-
Herediter
-
Riwayat kanker dibagian tubuh yang lain
-
Polip bonigna, polip kolorektal
-
Koltis ulseratif lebih dari 20 tahun
-
Merokok, obesitas
-
Diet tinggi kolesterol / lemak dan
protein (konsumsi daging) serta rendah serat / karbohidrat
Pengkajian
Keluhan Utama Pasien
h
Bervariasi dan tidak spesifik
h
Kadang tanpa keluhan sampai adanya
keluhan berat dan tergantung pada lokasi / besar tumor
h
Asymptomatis atau relative bergejala
ringan pada saat penyakit ditemukan
h
Perdarahan peranal / perdarahan segar
bercampur
h
Gejala tidak khas yaitu anemia
idiopatik, neuseamalaisea, haemoroid, anoreksia dan perubahan berat badan (BB
menurun) akibat respon reflek
Pengkajian
Spesifik
Karsinoma
Kolon Kanan
h
Keluhan ada masa di abdomen kanan
h
Obstruksi akan timbul bila tumor sudah
besar. Biasanya terjadi nyeri dangkal abdomen
h
Diare dan melena
Karsinoma
Kolon Kiri
h
Terjadi obstipasi
h
Nyeri abdomen dan kram
h
Feses berbentuk pensil, konstipasi dan
distensi
h
Adanya darah segar dalam feses
h
Perut masih terasa penuh meskipun sudah
buang air besar
Diagnosa
Keperawatan Pre-Operasi
h
Nyeri akut b.d aktivitas proses
penyakit kanker
h
Ansietas b.d rencana pembedahan
diagnosa kanker
h
Resiko perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia / gangguan intake, hipermetabolik, diare
h
Kekurangan volume cairan b.d obstruksi,
kanker, muntah, diare, BAB berdarah
h
Konstipasi b.d obstruksi sal cama
Diagnosa
Keperawatan Pasca-Operasi
h
Resiko infeksi b.d kerusakan integritas
kulit, tidak ada sfingter stoma, karakteristik /aliran feses dan flatus dari
stoma
h
Gangguan citra tubuh b.d adanya stoma,
kehilangan kontrol usus eliminasi. Gangguan struktur tubuh, proses penyakit dan
berhubungan dengan program pengobatan (misalnya : kanker)
h
Nyeri akut b.d kerusakan integritas
kulit dan jaringan
h
Kerusakan integritas kulit / jaringan,
actual b.d invasi struktur tubuh (reseksi perineal) tertahannya sekresi /
drainase) gangguan sirkulasi, edema dan malnutrisi
h
Resiko tinggi terhadap kekurangan
volume cairan b.d pemasangan selang NG/usus, selang drainase, luka perineal.
Keluaran ileostomo dengan medik gangguan absorbsi cairan misalnya kehilangan
fungsi kolon
h
Resiko tinggi terhadap perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status hipermetaboloik, inflamasi,
proses penyembuhan, pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa
Pre-Operasi
Nyeri
b.d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi aktivitas proses penyakit
kanker
Kriteria
hasil
h
Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
h
Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur /
istirahat dengan tepat
h
Menunjukkan penggunaan, keterampilan
relaksasi dan kenyamanan umum sesuai indikasi situasi individu
Intervensi
h
Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, intensitas (skala 0-10)
h
Dorong klien menyatakan masalah :
Mendengarkan
dengan aktif pada masalah tersebut
h
Selidiki dan laporkan adanya kekakuan
otot abdominal, kehati-hatian yang tidak disengaja dan nyeri tekan
h
Dorong penggunaan teknik relaksasi
misalnya membimbing imajinasi, visualiasasi. Berikan aktivitas senggang
Kekurangan
volume cairan b.d obstruksi, kanker, muntah, diare
Intervensi
h
Catat intake dan output setiap hari
h
Batasi makanan oral dan cairan mencegah
muntah. Berikan antiemetik bila diresepkan
h
Pasang selang nesogastrik untuk
mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen
h
Pantai pemberian cairan iv dan
elektrolit
h
Pantau kadar elekrolit serum untuk
mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia
h
Kaji tanda-tanda vital
h
Kaji status dehidrasi dan penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering, urin pekat
h
Laporkan peningkatan berat jenis urin
Pasca
Operasi
h
Resiko infeksi b.d kerusakan integritas
kulit tidak ada sfingter stoma, karakteristik /aliran feses dan flatus dari
stoma
h
Kriteria hasil
-
Klien akan mempertahankan integritas
kulit
-
Mengidentifikasi faktor resiko individu
-
Menunjukkan perilaku/teknik
peningkatan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit
h
Intervensi Mandiri
-
Bersihkan stoma dengan air dan
keringkan. Catat iritasi, kemerahan (warna gelap, kebiru-biruan), kemerahan
-
Ukur stoma secara periodik misalnya :
tiap perubahan kantong selama 6 minggu pertama, kemudian 1 kali sebutan selama
6 bulan
-
Berikan pelindung kulit yang efektif
misalnya : Wafer stomahesive, karaya gum, reliaseal (Davol)
-
Kosongkan, irigasi dan bersihkan
-
Sokong kulit sekitar bila mengangkat
kantong dengan perlahan. Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian
cuci
-
Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal
/ meliputi sekitar stoma
-
Evaluasi produk perekat dan kecocokan
kantung secara terus menerus, bersihkan kanting ostomi rutin dengan alat yang
tepat
-
Gangguan citra tubuh b.d adanya stoma
kehilangan kontrol usus eliminasi : gangguan struktur tubuh, proses penyakit
dan berhubungan dengan program pengobatan (misalnya kanker)
h
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pencerminan dari sesuai
situasi
-
Perubahan ke dalam konsep diri tanpa
harga diri rendah
-
Menunjukkan penerimaan dengan melihat /
menyentuh stoma dan berpartisipasi dalam perawatan diri
-
Menyatakan perasaan tentang stoma /
penyakit mulai menerima situasi secara konstruktif
h
Intervensi Mandiri
-
Dorong klien untuk menyatakan perasaan
tentang astomi. Akui kehormatan perasaan marah, depresi dan kehilangan.
-
Kaji ulang alasan pembedahan dan
harapan yang akan datang
-
Catat perilaku menarik diri peningkatan
ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
-
Berikan kesempatan pada klien untuk
memandang dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda
positif tentang penyembuhan. Penampilan normal dan sebagainya, ingatkan klien
bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara fisik dan emosi
-
Berikan kesempatan pada klien untuk
menerima astomi melalui partisipasi pada perawatan diri
-
Rencanakan / jadwalkan aktivitas
perawatan dengan klien
-
Pertahankan pendekatan positif selama
aktivitas perawatan. Hindari ekpresi menghina atau reaksi berubah mendadak.
Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi
-
Diskusikan kemungkinan kontak dengan
pengunjung ostomi dan buat perjanjian untuk kunjungan bila diperlukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar