- MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Menarik Diri
- PROSES TERJADINYA MASALAH
1.
Pengertian
Menarik diri adalah suatu keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau memahami suatau kebutuhan atau mengharapkan untuk melibatkan
orang lain akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut. (Carpenito, 1998)
Pendapat lain menurut Townsend (1998) menarik diri
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena oaring lain
menyatakan sikap yang negative dan mengancam. Sedangkan menurut Keliat (1998) menarik diri adalah percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain.
2.
Penyebab
a.
Factor presdisposisi
1)
Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas yang
harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas
perkembangan ini pada masing-masing tahap tumbuh kembang mempunyai spesifikasi
sendiri-sendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi,
misalnya pada fase oral dimana tugas dalam membentuk rasa saling percaya tidak
terpenuhi, akan menghambat fase perkembangan selanjutnya.
2)
Faktor komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial atau isolasi sosial. Dalam teori ini
termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind) dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang sering bertentanggan dalam waktu bersamaan
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan
keluarga (pingit).
3)
Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau
mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan satu faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma yang
dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosial). Misalnya pada usia
lanjut, penyakit kronis dan penyandang cacat. Tidak nyata harapan dalam
hubungan sosial dengan orang lain merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan hubungan sosial.
4) Faktor biologi
Faktor keturunan juga
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak misalnya : pada pasien schizofrenia
terdapat abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak, menurunkan berat otak
secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah
kortikol (Keliat, 1994)
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan
dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan seorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya
dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Peran
keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu Alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif. Organisasi
anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan
gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dengan stres
keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga
oleh tenaga profesional.
2) Faktor Biologi
Faktor genetik
dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
3) Faktor Sosial-kultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam
gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronis. Isolasi dapat terjadi
karena menghadapi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor
yang berkaitan dengan gangguan ini.
Rentang Respon Sosial
(stuart dan Sundeen, 1998)
Adaptif
Soliters
Otonomi
Kebersamaan
Saling
ketergantunggan
Kasepian
Menarik Diri
Ketrgantunggan
Maladaptif Manipulasi
Impulsif
Narkisme
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien
dengan menarik diri menurut Keliat (1998) adalah :
1) Aptis, ekspresi sedih, afek tumpul
2) Menghindar dari orang lain (menyendiri),
klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
3) Komunikasi kurang atau tidak ada, pasien
tidak nampak bercakap-cakap dengan pasien lain atau perawat.
4) Tidak ada kontak mata
5) Pasien lebih sering menunduk
6) Berdiam diri dikamar atau tempat terpisah.
Pasien kurang mobilitasnya
7) Menolak berhubungan dengan orang lain
8) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari
9) Kurang harga diri
10) Jika ditanya jawabanya singkat
3. Pohon Masalah
Menurut keliat (1998), pohon
masalah pada pasien isolasi sosial : Menarik diri adalah sebagai berikut :
Resiko perubahan sensori perseptual halusinasi pendengaran
Defisit
Perawatan Diri
|
|||||||
Anxiety
Koping individu inefektif
Harga Diri rendah
4. Diagnosa Keperawatan
Menurut keliat (1998),
diagnosa keperawatan yang muncul dengan masalah utama isolasi sosial menarik
diri adalah :
a. Resiko perubahan sensori perseptual
halusinasi pendengaran berhubunggan dengan kerusakan interaksi sosial menarik
diri.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kerusakan interaksi sosial menarik diri
c. Kerusakan interaksi sosial menarik diri
berhubungan dengan Harga Diri rendah
d. Kerusakan interaksi sosial menarik diri
berhubungan dengan Anxiety
e. Kerusakan interaksi sosial menarik diri
berhubungan dengan Koping individu inefektif
5.
Nursing
Care Plane (terlampir)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta :
EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC
------------------,2000. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor
Monica Ester, Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental
Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar