BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Cronic Renal Failure atau gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi uretra dan sampah nitrogen lain
dalam darah).
Gagal ginjal
kronik atau penyakit tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolic, dan cairan dan elektrolit mengalami
kegagalan, yang mengakibatkan uremia. Kondisi ni mungkin disebabkan oleh
glumerulonefritis kronis; pielonefritis; hipertensi takterkontrol; lesi
herediter seperti pada penyakit polikistik; kelainan vaskuler akibat penyakit
sistemik (diabetes), infeksi, obat-obatan atau preparata toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang
telah menunjukkan mempunyai dampak dalam gagal ginjal kronik termasuk, timah,
cadmium, merkuri, dan kromium. Pada akhirnya dialysis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk menyelamatkan pasien (Baughman dan Hackley, 2000).
Gagal ginjal
kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit ginjal. Apapun sebabnya, terjadi
perubahan fungsi ginjal secara progresif. Hipertensi dapat mempercepat gagal
ginjal, dengan meningkatkan protein-protein plasma (Corwin, 2001).
B.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan laporan ini
adalah:
1.
Mengetahui
masalah keperawatan utama pada kasus ini
2.
Mengetahui
intervensi pada kasus ini
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik adalah
penurunan semua fungsi yang bertahap diikuti penimbunan sisa metabolisme
protein dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Marilynn
E Doengoes, 2000).
B.
ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis yaitu Diabetes
Mellitus, Glomeronefritis, Hipertensi, yang tidak terkontrol, Pielonefritis, Obstruksi
Traktus Urinarius, Lesi Herediter seperti penyakit Ginjal Polikistik, Gangguan Faskuler, Infeksi, Medikasi atau Agen
Toksi. Lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagl ginjal kronis
mencakup timah kadar natrium, merkuri dan kromium.
Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada
tingkat GFR yang tersisa dan mencakup :
1.
Penurunan
cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal
2. Insufiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang mereka terima
3. Gagal ginjal yang terjadi apabila GFR kuarang dari 20% normal semakin
banyak nefron yang mati
4. Penyakit ginjal stadium akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari
5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa.
C.
TANDA
DAN GEJALA
Umum
System
kardiovaskuler
System
pernapasan
System
gastrointestinal
System
neuromuskuler
System
endokrin
System
hematologic
Komplikasi
|
Fatiq,
malaise, gagal tumbuh.
Hipertensi,
kelebihan cairan, gagal jantung, sesak napas.
Hiperventilasi
asidosis, edema paru, efusi pleura.
Anoreksia,
nausea, vomitus, nafas bau ammonia, stomatitis, parotitis, gastritis, ulkus
peptikum, colitis uremik.
Rasa
pegal pada tungkai bawah, rasa semutan dan terbakar terutama pada telapak,
gangguan tidur, tremor, kejang-kejang.
Gangguan
seksual seperti penurunan libido, fertilitas, dan ereksi menurun, gangguan
toleransi glukosa, gangguan metabolism lemak dan Vit.D.
Anemia,
gangguan trombosit, gangguan fungsi leukosit.
Hiperkalemia,
hipertensi, anemis, asidosis metabolic, malnutrisi, uremia, gagal jantung dan
penyakit tulang.
|
D.
PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi
tiga stadium,yaitu:
1.
Stadium
I (Penurunan cadangan ginjal).
Fungsi ginjal antara 40 % - 75 %,
pada stadiusm ini kreatinin serum dan kadar urea dalam darah (BUN) normal,
pasien asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan
memberi kerja yang berat pda ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine yang
lama atau dengan mengadakan tes Glomerolus Filtrasi Rate (GFR) yang teliti.
2.
Stadium
II (Insufisiensi ginjal)
Fungsi ginjal antara 20-50 %, pada
tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat melebihi kadar normal. Timbul gejala-gejala
nokturia (pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap samapai sebanyak
700 ml, dan poliuria (peningkatan volume urine yang terus menerus). Poliuria
pada gagal ginjal lebih besar pada penyakit terutama menyerang tubulus,
meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari.
3.
Stadium
III (Uremi gagal ginjal).
Fungsi ginjal kurang dari 10 %, pada
stadium akhir sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur, taua hanya sekitar
200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan normal,
kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Gejala-gejala yang timbul cukup parah anatara
lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing atau sakit
kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Penderita akan mengalami oliguria (pengeluaran
urine kurang dari 500 ml) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit
mula-mula menyerang tubulus ginjal.
F.
MANIFESTASI
KLINIS
1.
Pada
penurunan cadangan ginjal, tidak tampak gejala-gejala klinis
2.
Insufiensi
ginjal dapat timbul poliuria (peningkatan pengeluran urin ) karena ginjal tidak
mampu memekatkan urin
3.
Hipertensi
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktifitas system rennin angiotensin-aldosteron)
4.
Gagal
jantung kongestif
5.
Edema
pulmoner akibat cairan berlebihan
6.
Perikarditis
7.
Pruiritis
8.
Anoreksia,
mual, muntah dan cegukan
9.
Perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot, dan kejang.
G.
KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien gagal ginjal
kronik untuk mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999),
Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut :
a. Urine : Volume kurang dari 40 ml /
24 jam ( oliguria ), warna keruh, berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas
kurang dari 350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml / menit,
natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria.
b. Darah : BUN/kreatinin meningkat
lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb kurang dari 7 – 8 gr/dl, SDM waktu
hidup menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis metabolic (kurang dari
7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat 6,5 mEq atau lebih besar,
magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun, protein khususnya albumin menurun.
c.
Osmolalitas serum : Lebih besar dari
285 nOsm/kg, sering sama dengan urine.
d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran
finjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi (batu).
e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk
melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda – tanda perikarditis,
aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia).
f. Ultrasonografi (USG) : Menilai
bentuk dan besar ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal,
ureter proximal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya faktor yang reversibel, juga menilai apakah proses sudah lanjut.
g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa
puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan
besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada
PIV, untuk CKD tak bermanfaat lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan
kontras, saat ini sudah jarang dilakukan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd :
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat
terlihat tanda – tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload),
efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.
k. Pemerikasaan Kardiologi tulang :
Mencari osteoditrofi (terutama tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik.
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang
mengalami gagal ginjal kronik maka penatalaksanaan pada klien gagal ginjal
kronik terdiri dari penatalaksanan medis/farmakologi, penatalaksanan
keperawatan dan penatalaksanaan diet. Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1.
Penatalaksanaan
Medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500
samapai 600 ml untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24
jam ditamnbah dengan IWL 500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan
penjumlahan tersebut
b. Pemberian
vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
c. Hiperfosfatemia
dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung alumunium atau kalsium
karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai
medikasi antihipertensif dan control volume intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal
kronik biasanya tampa gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun demikian
suplemen makanan karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi
asidosis metabolic jika kondisi ini memerlukan gejala
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan
penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan
yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun
intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang – kadang kayexelate
sesuai kebutuhan.
g. Anemia pada
gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan).
Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i.
Transplantasi
ginjal.
2.
Penatalaksanaan
keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu
cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya cairan dengan cara lain (kasat
mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan
yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24
jam.
3.
Penatalaksanaan
Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000
kalori dalam waktu 24 jam.
b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari
untuk mencegah terjadinya katabolisme protein.
c. Lemak diberikan bebas.
d. Diet uremia dengan memberikan
vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam folat.
e. Diet rendah protein karena urea,
asam urat dan asam organik, hasil pemecahan makanan dan protein jaringan akan
menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gagguan pada klirens ginjal.
Protein yang diberikan harus yang bernilai biologis tinggi seperti telur,
daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
BAB III
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan
gagal ginjal kronik perlu dilakukan pengkajian yang lebih menyeluruh dan
mendalam dari berbagai aspek yang ada sehingga dapat ditemukan masalah-masalah
yang ada pada klien dengan gagal ginjal kronik. Pengkajian pada klien gagal
ginjal kronik menurut Suzanne C. Smeltzer, Doenges (1999) dan Susan Martin
Tucker (1998).
a.
Sistem
Kardiovakuler
Tanda
dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema
periorbital, fiction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal
jantung, perikardtis takikardia dan disritmia.
b.
Sistem Integument
Tanda
dan gejala : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk
dan gatal-gatal pada kulit.
c.
Sistem
Pulmoner
Tanda
dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem
paru, gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau amoniak,
sesak nafas.
d.
Sistem
Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan
perdarahan pada mulut, anoreksia,
mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran gastrointestinal,
sto,atitis dan pankreatitis.
e.
Sistem Neurologi
Tanda
dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, penurunan
konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan
perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.
f.
Sistem
Muskuloskletal
Tanda
dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.
g.
Sisem Urinaria
Tanda
dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria, proteinuria,
anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan asidosis metabolik.
h.
Sistem
Reproduktif
Tanda
dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
i.
Penyuluhan
dan pembelajaran
Gejala
: Riwayat keluarga DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999), Lynda Juall
(1999), dan Suzanne C. Smeltzer (2001) diagnosa keperawatan pada klien CKD
adalah sebagai berikut :
1.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang atau pembatasan nutrisi.
3. Resiko tinggi penurunan curah
jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan volume cairan.
4.
Perubahan
proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin.
5.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan gangguan status metabolisme.
6. Resiko tinggi
terhadap cidera berhubungan dengan penekanan produksi/sekresi eritropoetin.
C.
PERENCANAAN KEPERAWATAN (INTERVENSI
KEPERAWATAN)
Setelah diagnosa keperawatan pada klien dengan gagal ginjal
kronik ditemukan, maka dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk
masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan
tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tampa kelebihan
cairan.
Kriteria Evaluasi :
a.
Haluaran urine tepat dengan berat
jenis/hasil lab mendekati normal.
b.
BB
stabil.
c.
TTV
dalam batas normal.
d.
Tidak
ada edema.
Intervensi :
a.
Awasi
denyut jantung TD dan CVP.
b.
Catat
pemasukan dan pengeluaran akurat..
c.
Awasi
berat jenis urine.
d.
Timbang BB tiap hari dengan alat ukur
dan pakaian yang sama.
e.
Batasi
pemasukan cairan.
f.
Kaji kulit, area tergantung edema,
evaluasi derajat edema.
g.
Kaji tingkat kesadaran, selidiki
perubahan mental, adanya gelisah.
h.
Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium : Kreatinin, ureum HB/Ht, kalium dan natrium serum.
i.
Kolaborasi
foto dada, berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
j.
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : Diuretik, anti hipertensif
k.
Kolaborasi untuk dialisis sesuai
indikasi.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan nutrisi.
Tujuan : Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Evaluasi :
a.
Mempertahankan/meningkatkan berat badan
seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.
b.
Bebas
edema.
Intervensi :
a. Kaji/catat pemasukan diet.
b. Beri makan sedikit tapi sering.
c. Berikan pasien daftar makanan tatau
cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada pemilihan menu.
d. Timbang BB tiap hari.
e. Kolaborasi
pemeriksaan lab BUN, albumin serum, transferin, natrium, kalium.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi, berikan
kalori tinggi rendah protein.
g. Batasi kalsium,
natrium dan pemasukan fosfat sesuai indikasi.
h.
Berikan obat sesuai indikasi, seperti
zat besi, kalsium, Vit D, Vit B Komplek, anti emetik.
3.
Resiko tinggi
penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan volume cairan.
Tujuan : Curah jantung adekuat.
Kriteria evaluasi :
a. TD dan frekuensi dalam batas normal.
b. Nadi perifer kuat dan waktu
pengisian kapiler vaskuler.
c. Dispneu tidak ada.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru,
evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskuler dan keluhan dyspneu.
b.
Kaji adanya/derajat hipertensi : awasi
TD, perhatikan perubahan posturat.
c.
Selidiki keluhan nyeri dada, beratnya
(skala 1- 10) dan apakah tidak mantap dengan inspirasi dalam posisi terlentang.
d.
Evaluasi
bunyi jantung, TD, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti kapiler, suhu dan
sensori atau mental.
e.
Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap
aktivitas.
f.
Kolaborasi pemeriksaan lab :
Elektrolit, BUN, Foto dada.
g.
Berikan obat antihipertensif, contoh :
Prozin (minipres), captopirl (capoten), klonodin (catapres), hidralazin
(apresolinie)
4. Perubahan
proses fikir berhubungan dengan akumulasi toksin.
Tujuan :
Tingkat mental meningkat
Kriteria evaluasi : Dapat mengeidentifikasi cara untuk
mengkompensasi gangguan kognitif/deficit memori.
Intervensi :
a. Kaji luarnya gangguan kemampuan
berfikir, memori, dan orientasi.
b. Pastikan dari
orang terdekat tingkat mental pasien biasanya.
c.
Berikan orang terdekat informasi
tentang status pasien.
d. Berikan
lingkungan tenang dan izinkan menggunakan televise, radio, dan kunjungan.
e. Orientasikan
kembali terhadap lingkungan, orang dan sebagainya.
f. Hadirkan
kenyataan secara singkat, ringkas, dan jarang menantang dan pemikiran tidak
logis.
g. Komunikasikan
informasi/instruksi dalam kalimat pendek dan sederhana. Tanyakan pertanyaan ya/tidak, ulangi
penjelasan sesuai kebutuhan.
h. Buat jadwal
teratur untuk aktivitas yang diharapkan.
i.
Kolaborasi
: awasi pemeriksaan lab BUN/kreatinin, elektrolit serum, kadar glukosa, AGD.
j.
Hindari penggunaan barbiturate dan
opiad.
5.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik.
Tujuan : Mempertahankan
kulit utuh.
Kriteria
Evaluasi : Menunjukkan prilaku/teknik untuk mencegah erusakan atau cedera kulit.
Intervensi :
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vaskuler.
b. Pertahankan
kemerahan, eskoriasi, observasi terhadap ekimosis, purpura.
c. Pantau masukan
cairan dan hidrasi kuli dan membran mukosa.
d. Inspeksi area tergantung terhadap
edema.
e. Ubah posisi sering, gerakan pasiaen
dengan berlahan, beri bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit domba,
pelindung siku tumit.
f. Berikan perawatan kulit.
g.
Barikan
salap atau krim(analin, aquaphor).
h. Pertahanan
linen kering dan bebas keriput.
i.
Selidiki
keluhan gatal.
j.
Anjurkan pasienm menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritus, pertahankan kuku
pendek.
k.
Anjurkan menggunakan pakaian katun dan
longgar
6.
Resiko tinggi
terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produksi atau sekresi
eritropoetin.
Tujuan : Cedera tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi :
a. Tidak mengalami tanda atau gejala
perdarahan.
b. Mempertahankan
atau menunjukkan perbaikan nilai laboratorium.
Intervensi
:
a. Perhatikan
keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan.
b. Observasi takikardia, kulit atau
membrane mukosa pucat, dispneu dan nyeri dada.
c. Awasi tingkat kesadaran klien.
d. Evaluasi respon
terhadap aktivitas, kemampuan untuk melakukan tugas.
e. Batasi contoh
vaskuler, kombinasikan tes laboratorium bila mungkin.
f. Observasi
perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, perdarahan area ekimosis karena
trauma kecil, ptechie, pembengkakan sendi atau membran mukosa.
g. Hematemesis
sekresi Gastrointestinal atau darah feses.
h. Berikan
sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil bila mungkin dan
lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan atau penusukan vaskuler.
i.
Kolaborasi : awasi pemeriksaan
laboratorium : jumlah trombosit, faktor pembekuan darah.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
1. KASUS
Seorang
wanita berusia 61 tahun dengan BB 44 kg dan TB 152cm, dirawat di rumah sakit
dengan keluhan rasa haus yang sangat, pembengkakan pada kedua belah tangan dan
tungkai,rasa mual dan muntah, insomnia, kram pada otot dan kedutan. Penderita
mempunyai riwayat sakit hipertensi dan sejak 2 tahun ini didiagnosa sebagai
penderita penyakit ginjal kronik. Pada saat ini telah menjalani diet rendah
natrium dan rendah protein.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
pasien
Nama
: Ny. X
Umur
: 61 tahun
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Klien mengatakan merasa haus yang
sangat, kedua belah tangan dan tungkai bengkak, klien merasa mual dan muntah
serta tidak nafsu makan, insomnia, kram pada otot dan kedutan.
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat hipertensi
d. Pemeriksaan
fisik
TD: 220/110 mmHg, HR 100 x/i, napas
dangkal dan cepat, kulit kering, napas berbau air seni dan pitting udema tampak
pada kedua tangan dan tungkai.
3. ANALISA DATA.
No
|
Data
|
Problem
|
Etiologo
|
1
2.
3.
|
Ds : os mengatakan kedua belah tangan
dan tungkai membengkak.
Do : terdapat pitting udema pada kedua
tangan serta tungkainya.
Ds : os mengatakan rasa haus yang
sangat, rasa mual dan muntah dan tidak nafsu makan.
Ds : os mengatakan napas terasa
dangkal dan cepat, napas terasa bau air seni.
Do : TD 220/110 mmHg, HR 100x/i, napas
os tercium bau air seni
|
Kelebihan volume cairan
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan curah jantung
|
Penurunan fungsi ginjal
Anoreksia
Kelebihan volume cairan.
|
4. INTERVENSI KEPERAWATAN.
No
|
Dx
keperawatan
|
Criteria
hasil
|
Tujuan
|
intervensi
|
1
2.
3.
|
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan nutrisi.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan volume cairan.
|
Haluaran urine tepat dengan berat
jenis/hasil lab mendekati normal.
BB stabil.
TTV dalam batas normal.
Tidak ada edema.
Mempertahankan/meningkatkan berat
badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.
Bebas edema.
TD dan frekuensi dalam batas normal.
Nadi perifer kuat dan waktu pengisian kapiler vaskuler.
Dispneu tidak ada.
|
Mempertahankan berat tubuh ideal
tampa kelebihan cairan.
Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat.
Curah jantung adekuat.
|
a. Awasi denyut jantung TD dan CVP.
b. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat..
b. Awasi berat jenis urine.
a.
Timbang BB tiap hari dengan alat ukur
dan pakaian yang sama.
b. Batasi pemasukan cairan.
c.
Kaji kulit, area tergantung edema,
evaluasi derajat edema.
d.
Kaji tingkat kesadaran, selidiki
perubahan mental, adanya gelisah.
e.
Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium : Kreatinin, ureum HB/Ht, kalium dan natrium serum.
f. Kolaborasi foto dada,
berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
g.
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : Diuretik, anti hipertensif
h.
Kolaborasi untuk dialisis sesuai
indikasi.
Kaji/catat
pemasukan diet.
i. Beri makan sedikit tapi sering.
j. Berikan pasien daftar makanan
tatau cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada pemilihan menu.
k. Timbang BB tiap hari.
l. Kolaborasi
pemeriksaan lab BUN, albumin serum, transferin, natrium, kalium.
m. Kolaborasi dengan ahli gizi,
berikan kalori tinggi rendah protein.
n. Batasi
kalsium, natrium dan pemasukan fosfat sesuai indikasi.
o.
Berikan obat sesuai indikasi, seperti
zat besi, kalsium, Vit D, Vit B Komplek, anti emetik.
h. Auskultasi bunyi jantung dan paru,
evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskuler dan keluhan dyspneu.
i.
Kaji adanya/derajat hipertensi :
awasi TD, perhatikan perubahan posturat.
j.
Selidiki keluhan nyeri dada, beratnya
(skala 1- 10) dan apakah tidak mantap dengan inspirasi dalam posisi
terlentang.
k.
Evaluasi
bunyi jantung, TD, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti kapiler, suhu
dan sensori atau mental.
l.
Kaji tingkat aktivitas, respon
terhadap aktivitas.
m.
Kolaborasi pemeriksaan lab :
Elektrolit, BUN, Foto dada.
n.
Berikan obat antihipertensif, contoh
: Prozin (minipres), captopirl (capoten), klonodin (catapres), hidralazin
(apresolinie)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar