1. Dermatitis
Kontak
Dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersnsitivitas lambat
tipe IV, kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi
kulit terhadap sejumlah bahan yang irirtan atau alergenik. Ada 4 bentuk dasar:
alergik, iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan
dermatitis kontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun
deterjen, dan bahan industri
Manifestasi
klinik
Gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema
yang diikuti pengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan
serta pengelupasan kulit.
Rangkuman
karakteristik dari dermatitis kontak
Tipe
|
Etiologi
|
Gambaran Kinis
|
Pemeriksaan Diagnostik
|
Terapi
|
Alergik
|
Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit
dengan bahan alerginik. Tipe ini memiliki periode sensitivitas 10-14 hari
|
v Vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis
v Edema intrasel
v Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan
|
Tes
Pacth
|
v Hindari bahan penyebab
v Larutan Burrowl atau kompres air dingin
v Kortikosteroid sistemik selama 7 hari
|
Iritan
|
Terjadi akibat kontak dengan bahan
secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi
sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan
dalam waktu yang lama
|
v Kekeringan kulit dalam beberapa hari hingga beberapa bulan
v Vesikula, fisura dan pecah-pecah
v Tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang sering terkena.
|
Hasil
patch test negatif yang sesuai
|
v Anti histamin untuk mengurangi pruritus
v Identifikasi dan penghilangan sumber iritasi
v Pemberian krim untuk mendinginkan kulit dan mengurangi iritasi
v Kortikosteroid topikaldan obat kompres untuk mengatasi lesi yang
berair
v Antibiotik untuk mengatasi infeksi dan antihistamin oral untuk
pruritus
|
Fototoksik
|
Menyerupai tipe iritan tetapi
memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak kulit
|
Serupa
dengan dermatitis iritan
|
Tes
photopatch
|
v Sama seperti dermatitis alergika dan iritan
|
Fotoalergik
|
Menyeruoai dermatitis alergika tetapi
memerluka pajanan cahay di samping kontak alergen untuk menimbulkan
reaktivitas immunologik
|
Serupa
dengan dermatitis alergika
|
Tes
photopatch
|
v Sama seperti dermatitis alergika dan iritan
|
2. Dermatitis
Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan
perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering
timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata “atopic”
berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis
(influensa), dan dermatitis atopik
Insiden
Kejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari klien
dermatitis atopik mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyai riwayat
gangguan alergi. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasa mengganggu
mempengaruhi 0,5 – 1 % penduduk seluruh dunia
Etiologi
Penyebab utama dermatitis atopik adalah belum diketahui. Xerosis
adalah biasa lebih buruk selama periode kelembaban rendah; musim dingin daerah
garis lintang utara memperburuk gatal-gatal
Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis
atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang
tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air
mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih
gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari
beberapa keluhan kulit di klinik.
Manifestasi Klinik
Dermatitis atopik dimulai sejak selama anak-anak. Dalam keadaan
akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak. Pada bayi lesi
kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesi
tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipat siku.
Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya
peradangan dan pembentukan lesi, yang mrupakan keluhan utama orang mencari
bantuaan
Komplikasi
Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus
aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit
ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.
Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis atopik masih merupakan masalah
yang kontroversional. Alergi makanan yang signifikan, tidak diketahui sebagai
penyebab dari dermatitis atopik atau berapa persentase dari klien dermatitis
atopik yang mempunyai alergi terhadap makanan. Alergen yang paling umum yang
sering muncul adalah telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dan
ikan. Alergen yang telah diketahui ini harus dihindari. Perawataan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya malnutrisi ketika melakukan pembatasan
diet apa saja.
3.
Reaksi Obat dan Medikasi (Dermatitis Medikamentosa)
v Dermatitis Medikamentosa adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumya reaksi obat timbul mendadak, raum dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
v Urtikaria merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I yang
ditandai dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol edematosus, berwarna
merah muda dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Bagian tubuh yang terkena
termasuk membran mukosa (mulut), laring dan traktus gastrointestinal.
v Edema Angioneurotik merupakan pembengkakan timbul mendadak beberapa
detik atau menit, atau secara perlahan-lahan, yang mengenai lapisan kulit yang
lebih dalam, sehingga tidak nampak lesi diluar. Bagian tubuh yang sering
terkena adalah bibir, kelopak mata, pipi, tangan, kaki, genitalia dan lidah;
membran mukosa laring, bronkus, dan saluran gastrointestinal.
v Alergi makanan merupakan bentuk hipersensitivitas tipe I. Gejala
klinisnya berupa gejala alergi yang klasik seperti yang lainnya.
v Serum sickness merupakan hipersensitivitas tipe III komplek imun.
Pengkajian Keperawatan
Klien
dengan dermatitis harus dikaji bagaimana kebiasaan hygiene sehari-hari (misal:
apakah klien mandi menggunakan sabun dan air panas?), pengobatan yang telah
diberikan, terpapar oleh alergen, terpapar lingkungan, dan riwayat kerusakan
kulit.
Modifikasi perencanaan untuk klien lansia
Dermatitis
adalah gangguan kulit yang umum pada lansia. Ini dapat disebabkan karena hipoproteinemia, insufisiensi vena,
alergen, iritan, atau penyakit keganasan seperti leukemia atau lymphoma. Karena
klien lansia sering minum lebih dari satu obat, maka dermatitis karena
interaksi obat dapat dipertimbangkan. Kerapuhan kulit harus dipertimbangkan
dalam perencanaan pemberian pengobatan. Kebanyakan klien lansia tidak
membutuhkan mandi setiap hari dan harus menghindari air panas untuk mandi
begitu pula sabun. Air kran dan bahan-bahan yang tidak membuat kering kulit
dapat digunakan.
Asuhan Keperawatan
1.
Gangguan integritas kulit b.d
kekeringan pada kulit
Kriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar
mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan
·
Mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit
·
Berkurangnya derajat
pengelupasan kulit
·
Berkurangnnya kemerahan
·
Berkurangnya lecet karena
garukan
·
Penyembuhan area kulit yang
telah rusak
Intervensi:
Ø Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera
oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering
jika tanda dan gejala meningkat. Rasionalisasi dengan mandi air akan meresap
dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi
untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Ø Gunakan air hangat jangan panas. Rasionalisasi air panas menyebabkan
vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Ø Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit
sensitive. Hindari mandi busa. Rasionalisasi sabun yang mengandung pelembab
lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering
dapat meningkatkan keluhan.
Ø Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga
kali per hari. Rasionalisasi salep atau krim akan melembabkan kulit.
2.
Resiko kerusakan kulit b.d
terpapar alergen
Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas
kulit, ditandai dengan
·
Menghindari alergen
Intervensi:
Ø Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen
yang telah diketahui. Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkan respon
alergi
Ø Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang
mengandung alergen
Ø Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu
binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang
di sekitar area rumah
Ø Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan. Rasionalisasi AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa
alergen yang ada di lingkungan.
3.
Perubahan rasa nyaman b.d
pruritus
Kriteria hasil: klien menunjukkan berkurangnya pruritus,
ditandai dengan
·
Berkurangnya lecet akibat garukan
·
Klien tidur nyenyak tanpa
terganggu rasa gatal
·
Klien mengungkapkan adanya
peningkatan rasa nyaman
Intervensi:
Ø Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya
kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip
gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
Ø Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid
dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari
bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
Ø Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah
tidak ada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen)
pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar