I. Pengertian
: Penyakit pada daun katup mitral. Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada
katup mitralis, diikuti oleh katup aorta.
II. Etiologi
Secara etiologis stenosis metral dibagi atas rematik (>
90%) dan non rematik. Stenosis metral rematik berasal dari demam rematik, suatu
peradangan non supratif pada berbagai jaringan tubuh dengan berbagai
manifestasinya, misalnya : jantung (Karditis) dan otak (Khorea). Dinegara yangs
edang berkembang (termasuk Indonesia) stenosis mitrals ebagian terjadi pada
usia dibawah 20 tahun yang disebut sebagai juvenil mitral stenosis.
IV. Pemeriksaan fisik
Stenosis metral yang murni (isolated) dapat didengar bising
meddiastolikyang bersifat kasar, bising menggenderang (Rumble), Aksentuasi
presistolik dan bunyi jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan
opening snap berarti katup masih relatif lemas (pliable) sehingga waktu terbuka
mendadak saat distole menimbulkan bunyi yang menyentak (seperti tali putus).
Jarak bunyi jantung dua dengan opening snap memberikan gambaran beratnya
stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya.
Komponen pulmunal bunyi jantung kedua dapat mengeras
disertai bising sistolik karena adanya hipertensi pulmunal. jika sudah terjadi
insufisiensi pulmunal maka dapat terdengar bising diastolik dini dari katup
pulmunal.
V. Pemeriksaan Diagnostik
- Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
- Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.
- ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
- Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
- Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
VI. Manejemen Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subyektif
1)
Riwayat penyakit sekarang
a.
Dyspnea atau orthopnea
b.
Kelemahan fisik (lelah)
2)
Riwayat medis
Adakah riwayat penyakit demam
rematik/infeksi saluran pernafasan atas.
Data Obyektif
1) Gangguan
mental : lemas, gelisah, tidak berdaya, lemah dan capek.
2) Gangguan
perfusi perifer : Kulit pucat, lembab, sianosis, diaporesis.
3) Gangguan
hemodenamik : tachycardia, bising mediastolik yang kasar, dan bunyi jantung
satu yang mengeras, terdengar bunyi opening snap, mur-mur/S3, bunyi jantung dua
dapat mengeras disertai bising sistole karena adanya hipertensi pulmunal, bunyi
bising sistole dini dari katup pulmunal dapat terdengar jika sudah terjadi
insufisiensi pulmunal, CVP, PAP, PCWP dapat meningkat, gambaran EKG dapat
terlihat P mitral, fibrilasi artrial dan
takikardia ventrikal.
4) Gangguan
fungsi pulmunary : hyperpnea, orthopnea, crackles pada basal.
2. Diagnosa
Keperawatan Yang Mungkin Timbul
a. Koping
individu tidak efektif b/d krisis situasional; sistem pendukung tidak adekuat;
metode koping tidak efektif.
b. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) b/d
kurang pengetahuan; misinterpretasi informasi; keterbatasan kognitif;
menyangkal diagnosa.
c. Perubahan
penampilan peran b/d krisis situasional; proses penyembuhan; ragu-ragu akan
masa depan.
d. Resiko
kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena
pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air;
peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan
dalam area interstitial/jaringan).
e. Resiko
kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan
cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
f. Pola
nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
g. Ansietas
b/d ancaman kehilangan/kematian; krisis situasional; ancaman terhadap konsep
diri (citra diri).
h. Gangguan
perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena; penurunan aktifitas.
i.
Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran
darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel,
pemendekan fase distolik.
j.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d sesak napas.
k. Gangguan
eleminasi urine b/d penurunan perfusi glomerulus; penurunan kardiak output.
l.
Resiko kurang volume cairan tubuh b/d penurunan kardiak
output; penurunan filtrasi glomerulus.
m. Intoleran
aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal.
n. Gangguan
pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan fisik.
3. Diagnosa
Keperawatan Utama Yang Akan Dibahas
a.
Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel,
pemendekan fase distolik
b.
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan
sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
c.
Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah
jantung, kongestif pulmunal.
d.
Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya
perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal; Penurunan perfusi organ
(ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).
e. Resiko
kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan
cairan ke dalam area interstitial/alveoli).
4. Rencana
Intervensi dan Rasional
a. Penurunan
curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari,
penurunan curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam
batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala gagal jantung, urine output
adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban
kerja jantung.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
·
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur
setiap 4 jam.
·
Catat bunyi jantung.
·
Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis
dan pucat.
·
Pantau intake dan output setiap 24 jam.
·
Batasi aktifitas secara adekuat.
·
Berikan kondisi psikologis lingkungan yang
tenang.
|
·
Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung
sedini mungkin.
·
Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
·
Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi
perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai
akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
·
Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung
dengan menahan produksi cairan dan natrium.
·
Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
·
Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang
meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.
|
b.
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan
sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil: vital sign dalam
batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral teraba hangat,
sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem,
bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
·
Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan
mental kontinu (camas, bingung, letargi, pinsan).
·
Observasi adanya pucat, sianosis, belang,
kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.
·
Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan
posisi dorsofleksi), eritema, edema.
·
Dorong latihan kaki aktif/pasif.
·
Pantau pernafasan.
·
Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan
bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.
·
Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
|
·
Perfusi serebral secara langsung berhubungan
dengan curah jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia
atau emboli sistemik.
·
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh
penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
·
Indikator adanya trombosis vena dalam.
·
Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran
balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis.
·
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres
pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi
tromboemboli paru.
·
Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat
mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan peristaltik.
·
Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat
mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi
dan organ.
|
c. Intoleran
aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas
sesuai batas toleransi yang dapat diukur.
Kriteria hasil: menunjukkan
peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama dan TD dalam
batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
·
Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas
menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat
peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,
pusing atau pinsan.
·
Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
·
Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien.
·
Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas
contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan
perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.
·
Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan
diri.
·
Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan,
mandi, berpakaian, eleminasi).
·
Anjurkan pasien menghindari
peningkatan
tekanan abdomen, mnegejan saat defekasi.
·
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak
ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
|
·
Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien
terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja
jnatung.
·
Menghindari terjadinya takikardi dan
pemendekan fase distole.
·
Pembicaraan yang panjang sangat
mempengaruhi pasien, naum periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
·
Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
·
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai
aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
·
Teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
·
Aktifitas yang memerlukan
menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat
mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan
peningaktan TD.
·
Aktifitas yang maju memberikan kontrol
jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.
|
d.
Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya
perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal, Penurunan perfusi organ
(ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil: balance cairan
masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat diterima, tanda-tanda edema
tidak ada, suara nafas bersih.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
·
Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
·
Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.
·
Ukur masukan/keluaran, catat penurunan
pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung keseimbnagan cairan.
·
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24
jam dalam toleransi kardiovaskuler.
·
Berikan diet rendah natrium/garam.
·
Delegatif pemberian diiretik.
|
· Mengindikaiskan edema paru skunder akibat dekompensasi
jantung.
·
Dicurigai adanya gagal jantung
kongestif.kelebihan volume cairan.
·
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan
cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan
volume/gagal jantung.
·
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa
tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.
·
Na meningkatkan retensi cairan dan harus
dibatasi.
·
Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan
cairan.
|
e.
Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan
membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area
interstitial/alveoli).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat.
Kriteria hasil: sianosis tidak
ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima, akral hangat,
suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi
|
Rasional
|
·
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.
·
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
·
Dorong perubahan posisi sering.
·
Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan
dengan bantal.
·
Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi
oksimetri.
·
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
·
Delegatif pemberian diuretik.
|
·
Menyatakan
adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
·
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
oksigen.
·
Membtau mencegah atelektasis dan pneumonia.
·
Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan
meningkatkan ekspansi paru maksimal.
·
Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema
paru.
·
Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang
dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
·
Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan
pertukaran gas.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C.
Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar