I. PENGERTIAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus
inter vertabralis dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis
mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina.
HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf
spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian
posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).
II. ANATOMI FISIOLOGI
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk
kolum vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium
melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen
lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan
kanan) yang terdiri atas :
1.
8 pasang saraf cervical.
2.
15 pasang saraf thorakal.
3.
5 pasang saraf lumbal
4.
5 pasang saraf sacral
5.
1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan
bagian bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba.
Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna
dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai
tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi
antar korpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi
kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus
intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua
sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini
membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus
intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan
annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang
bersifat semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam
pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
III. ETIOLOGI
- Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
- Spinal stenosis.
- Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
- Pembentukan osteophyte.
- Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
1.
Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua
ekstremitas.
2.
Nyeri tulang belakang
3.
Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.
Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih
sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya
nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada
daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang
mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa,
kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu
diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan
meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan,
batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah
baring.
V. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering
mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan
bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi
yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui
anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling
besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang
mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL
4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah
posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu
berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan
S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan
oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan
sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan
stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung
atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi
hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan
mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum
longitudinal terjadilah herniasi.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboraturium
1) Daerah
rutin
2) Cairan
cerebrospimal
- Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
- CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
- MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi.
- Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum pembedahan
- Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
- Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi.
- Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.
V. KOMPLIKASI
- RU
- Infeksi luka
- Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
VI. PENATALAKSANAAN MDIK
1.
Konservatif bila
tidak dijumpai defisit neurologik :
a.
Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
b.
Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau
kompresi saraf.
c.
Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti
inflamasi drug dan analgetik.
d.
Terapi panas dingin.
e.
Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan
lumbosacral brace atau korset
f.
Terapi diet untuk mengurangi BB.
g.
Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya
residis
h.
Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2.
Pembedahan
1.
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi
tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan
kandung kemih serta foot droop.
2.
Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran
atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki
luka pada spinal.
3.
Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus
lamina (Barbara C. Long, 1996).
4.
Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina
vertebra, osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1.
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2.
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskulair,
ketidaknyamanan.
3.
Kurang pengetahuan penyakit dan perawatannya b/d kurang
paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif
4.
Sindrom defisit self care b/d kelemahan, nyeri,
gangguan musculoskeletal
5.
Cemas b/d krisis situasional
RENPRA HNP
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Nyeri akut b/d agen injuri
fisik
|
Setelah
dilakukan askep …. jam tingkat kenyamanan klien meningkat,
tingkat nyeri terkontrol dg KH:
·
Klien
melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
·
Ekspresi wajah tenang
·
klien
dapat istirahat dan tidur
·
v/s dbn
|
Manajemen nyeri :
·
Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
·
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
·
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
·
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
·
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
·
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
·
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
·
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
·
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
·
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
Administrasi analgetik :.
·
Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
·
Cek riwayat alergi.
·
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
·
Monitor TV
·
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
·
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
|
2
|
Kerusakan mobilitas fisik b/d
kerusakan neuromuskulair, ketidaknyamanan
|
Setelah
dilakukan askep … jam terjadi peningkatan
Ambulasi :Tingkat mobilisasi, Perawtan diri Dg KH :
·
Peningkatan aktivitas fisik
|
Terapi ambulasi
·
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan ambulasi
·
Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan ambulasi
·
Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai kemampuan
·
Ajarkan pasien berpindah tempat secara
bertahap
·
Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
·
Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya
ambulasi dini
·
Edukasi pada pasien dan keluarga tahap
ambulasi
·
Berikan reinforcement positip atas usaha yang
dilakukan pasien.
|
3
|
Kurang pengetahuan tentang
penyakit, perawatan dan pengobatannya b/d kurang paparan informasi,
terbatasnya kognitif
|
Setelah dilakukan askep …. jam pengetahuan klien dan keluarga meningkat
dg KH:
·
Mengetahui penyakitnya
·
Mampu mejelaskan kembali penyebab, tanda dan
gejala, komplikasi dan cara pencegahannya
·
Klien dan keluarga kooperatif saat dilakukan
tindakan
|
Pendidikan kesehatan : proses penyakit
·
Kaji pengetahuan klien.
·
Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda
gejala serta komplikasi yang mungkin terjadi
·
Berikan informasi pada keluarga tentang
perkembangan klien.
·
Berikan informasi pada klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan.
·
Diskusikan pilihan terapi
·
Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi
dini
·
Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan
muncul
|
4
|
Sindrom defisit self care b/d
kelemahan, nyeri, gg neuromuskulair
|
Setelah
dilakukan akep … jam kebutuhan ADLs terpenuhi dg KH:
·
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
·
Kebersihan diri pasien terpenuhi
|
Bantuan perawatan diri
·
Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
diri
·
Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
berpakaian, toileting dan makan
·
Beri bantuan sampai pasien mempunyai kemapuan
untuk merawat diri
·
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
·
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya
·
Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
|
5
|
Cemas b/d krisis situasional : tindakan
operasinya
|
Setelah dilakukan askep …. jam klien dapat mengontrol cemas dengan KH:
·
secara verbal dapat mendemonstrasikan teknik
menurunkan cemas.
·
Mencari informasi yang dapat menurunkan cemas
·
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan
cemas
·
Menerima status kesehatan.
|
Penurunan kecemasan :
·
Bina hubungan saling percaya dengan klien /
keluarga
·
Kaji tingka kecemasan klien.
·
Tenangkan klien dan dengarkan keluhan klien
dengan atensi
·
Jelaskan semua prosedur tindakan kepada klien
setiap akan melakukan tindakan
·
Dampongi klien dan ajak berkomunikasi terapeutik
·
Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
·
Ajarkan teknik relaksasi
·
Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar