A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada
beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai
pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan
hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar
terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks
(HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor
penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai
pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah
terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang
terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada
sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga
epidermihampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan
sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif,
disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus
membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan
derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks
posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat
dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak
sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai
sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan
serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah
berdarah.
D. Gejala Klinis
1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak,
kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.
2. Biasanya
menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan
keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah
dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak
dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak
mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat
untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan
vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi
dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan
yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
F. Klasifikasi klinis
· Stage 0:Ca.Pre invasif
· Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
·
Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
histopatologis
· Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
·
Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
proksimal
·
Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
·
Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
G. Terapi
1. Irradiasi
·
Dapat dipakai untuk semua stadium
· Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical
risk
·
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran
ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
·
Kerentanan kandungan kencing
· Diarrhea
·
Perdarahan rectal
·
Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
·
Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
·
Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
· Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin,
sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat
mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks
adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.
I. Konsep
Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah
anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra
servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan
yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,
riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita
kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi
yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi
yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari
saluran urogenital.
Data khusus:
1. Riwayat
kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan
perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang
dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan
Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b/d
perdarahn intraservikal
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c. Gangguan
rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
d. Cemas b.d
terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca.
Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko
tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap
pemberian sitostatika.
3.
Perencanaan
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d
perdarahan masif intra cervikal
Tujuan
:
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24
jam diharapkan perfusi jaringan membaik :
Kriteria hasil :
a. Perdarahan intra servikal sudah
berkurang
b. Konjunctiva tidak pucat
c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
d. Ektremitas hangat
e. Hb 11-15 gr %
d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg,
Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi perdarahan ( jumlah, warna,
lama )
- Cek Hb
- Cek golongan darah
- Beri O2 jika diperlukan
- Pemasangan vaginal tampon.
- Therapi IV
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan.
Tujuan :
- Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien
akan terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan
berat badan
- Porsi makan yang disediakan habis.
- Keluhan mual dan muntah
kurang
Intervensi :
- Jelaskan tentang pentingnya
nutrisi untuk penyembuhan
- Berika makan TKTP
- Anjurkan makan sedikit tapi
sering
- Jaga lingkungan pada saat
makan
- Pasang NGT jika perlu
- Beri Nutrisi parenteral
jika perlu.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada
jaringan intra servikal
Tujuan
- Setelah dilakukan tindakan
1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat
kanker yang dialami
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan
cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
- Intensitas nyeri
berkurangnya
- Ekpresi muka dan tubuh
rileks
Intervensi :
- Tanyakan lokasi nyeri yang
dirasakan klien
- Tanyakan derajat nyeri yang
dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
- Ajarkan teknik relasasi dan
distraksi
- Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien
- Kolaborasi dengan tim
paliatif nyeri
Cemas yang berhubungan dengan
terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kaker
serviks, penanganan dan prognosenya.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan
selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang
diderita, penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui diagnose
kanker yang diderita
- Klien mengetahui tindakan -
tindakan yang harus dilalui klien.
- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah
untuk mencegah komplikasi.
- Sumber-sumber koping
teridentifikasi
- Ansietas berkurang
- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
Tindakan :
- Berikan kesempatan pada
klien dan klien mengungkapkan persaannya.
- Dorong diskusi terbuka
tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
- Identifikasi mereka yang
beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan
pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung
yang positif).
- Tunjukkan adanya harapan
- Tingkatkan aktivitas dan
latihan fisik
Resiko tinggi terhadap gangguan
konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian
sitostatika.
Tujuan
:
Setelah diberikan tindakan
perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk
mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi
perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan
perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi
dalam perawatan diri.
Intervensi :
- Kontak dengan klien sering
dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
- Berikan dorongan pada klien
untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose,
sisem pendukung dan pengobatan.
- Berikan informasi yang
dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
- Bantu klien
mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan
kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan
pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
- Kaji respon negatif
terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan
merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
- Bantu dalam penatalaksanaan
alopesia sesuai dengan kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar