BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Osteomielitis
adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Luka
tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen.
Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur,
dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis
adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses
tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak
diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen
dapat terjadi (Corwin, 2001).
Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis
membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Osteomielitis.
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Osteomielitis.
1.3.Makalah
ini disusun dengan tujuan :
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.
2.
Untuk
mengetahui penyebab osteomyelitis.
3.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis
4.
Untuk
mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis
5.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.
6.
Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.
7.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.
8.
Untuk
mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.
1.4.Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan
adalah studi literatur.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Pengertian
Osteomielitis adalah
infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C,
2002).
Osteomielitis adalah
infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah
infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
2.2.
ETIOLOGI
Adapun
penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005),
penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain
itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme
lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi
melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran
darah
Infeksi bisa disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran
darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada
anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan.
Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2.
Penyebaran langsung
Organisme
bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yang menembus tulang.
3. Infeksi
dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di
sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah (misalnya
ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis
kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Luka
tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen.
Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi
mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan,
atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
2.3.KLASIFIKASI
OSTEOMIELITIS
1.
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
à
Osteomyelitis primer penyebarannya secara
hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
à
Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran
kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya
(Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
à Osteomyelitis
akut
§
Nyeri
daerah lesi
§
Demam,
menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
§
Sering
ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
§
Pembengkakan
lokal
§
Kemerahan
§
Suhu
raba hangat
§
Gangguan
fungsi
§
Lab
= anemia, leukositosis
à Osteomyelitis
kronis
§
Ada
luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
§
Gejala-gejala
umum tidak ada
§
Gangguan
fungsi kadang-kadang kontraktur
§
Lab
= LED meningkat
2.4.
PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,
trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang.
Pada
perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum)
dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis
tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.5.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Infeksi
dibawa oleh darah
à Biasanya
awitannya mendadak.
à Sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
2.
Infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
à Bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3.
Infeksi
terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
à Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4.
Osteomyelitis
kronik
à Ditandai
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
2.6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah. - Pemeriksaan titer antibodi –
anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas. - Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella. - Pemeriksaan Biopsi tulang.
- Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
- Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
2.7. Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan
proses infeksi. Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,
infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka
terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama
makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi
antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan
terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi
(pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan
mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead
space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap
untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang
kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil
dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah
mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat
melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan
fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah
tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.8.
Pencegahan
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti
dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar
jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan
menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).
2.9.
ASUHAN KEPERAWATAN
I).
Pengkajian
- Riwayat keperawatan
Identifikasi
awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau keluarnya
pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
Kaji
faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera,
infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal
yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan
operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut
adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2.
Pemeriksaan
fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan
terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3.
Riwayat
psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya
tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4.
Pemeriksaan
diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju
endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini
adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula
dengan biopsi tulang atau MRI.
II). Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :
1)
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2)
Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3) Risiko
terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
3)
Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.
3)
Perencanaan dan Implemantasi
Sasaran
pasien meliputi peradaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas
terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program
pengobatan.
4)
Intervensi Keperawatan
Peredaan Nyeri : Bagian yang terkena harus
diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas
dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat
digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa
nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan
yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus
terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan
cukup berguna.
Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi
aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi
dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus
memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam
kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan
rasa sehat secara umum.
Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien
terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus
adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan
adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan
cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari
tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang
dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet
protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya
keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan
Perawatan di Rumah
: Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi
antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan
stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan
rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan
program pengobatan terapeutik.
Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol
antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres
hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit
dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat
penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai
bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta
untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar
pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.
Mengalami
Peredaan Nyeri
·
Melaporkan
berkurangnya nyeri
·
Tidak
mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi\
·
Tidak
mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
·
Berpartisipasi
dalam aktivitas perawatan diri
·
Mempertahankan
fungsi penuh ektremitas yang sehat
·
Memperlihatkan
penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
·
Memakai
antibiotika sesuai resep
·
Suhu
badan normal
·
Tidak
ada pembengkakan
·
Tidak
ada pus
·
Angka
leukosit dan laju endap darah kembali normal
·
Biakan
darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
·
Memakai
antibiotika sesuai resep
·
Melindungi
tulang yang lemah
·
Memperlihatkan
perawatan luka yang benar
·
Melaporkan
bila ada masalah segera
·
Makan
diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
·
Mematuhi
perjanjian untuk tindak lanjut
·
Melaporkan
peningkatan kekuatan
·
Tidak
melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau
gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
·
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang
yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis
hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi (osteomielitis eksogen).
·
Luka tusuk pada jaringan lunak atau
tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat
menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan
oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
·
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit
diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki
pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan
antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan
agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
3.2.
SARAN
Penerapan asuhan keperawatan hendaknya lebih ditingkatkan
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Harrison.
1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Pamela L.
2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves,
Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer,
Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar