A. RENAL
KARSINOMA
Tumor renal karsinoma maligna
terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua kanker. Tumor renal maligna
yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa
membawa kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma
sel-sel ginjal jarang timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering
berjangkit pada usia 50 tahun samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria
daripada wanita.
Hematuria merupakan gejala yang
paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal. Hematuri yang intermitten
mengurangi kepedulian orang untuk mencari pertolongan. Setiap orang yang
mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang lengkap, karena
lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih. Gejala-gejala lain
terdiri dari rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun,
demam, polycytemia. Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem
renin angiotensin.
IVP akan memperlihatkan
ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran adanya dugaan tumor
ginjal. Tumor kecil pada parenkhim tidak akan jelas, tapi bisa diperjelas
dengan CT scan. Ct scan juga penting untuk membuat diferensiasi carcinoma
sel-sel ginjal dan kista renal. Angiografi juga bisa dikerjakan untuk
diferensiasi kista dengan tumor.
Kecuali pada orang yang berisiko
jelek untuk bedah atau telah timbul metastase hebat, ginjal dapat diangkat
(nefrektomi) dengan cara transabdominal, thoraco abdominal atau
retroperitoneal. Yang pertama merupakan yang paling sering dipilih agar
menjamin arteri dan vena renal tetap aman dan sebagai pencegahan penyebaran sel
kanker ganas.
Setelah bedah tumor maligna
diteruskan dengan sensitifitas radigrafi, biasanya pasien mendapatkan
serangkaian therapi sinar X. Untuk pengobatan ini tidak perlu hospitalisasi.
Radiasi juga dilakukan untuk daerah metastase sebagai pengobatan paliatif bagi
mereka yang tidak mungkin bisa dibedah.
Kemotherapi belum memperlihatkan
mutu pada pengobatan carcinoma sel-sel kanker. Angka pasien yang bisa tertolong
setelah pengobatan tergantung kepada gawatnya metastase. Angka pulih kembali
setelah 10 tahun sangat rendah, terutama karena kebanyakan orang tidak berobat
pada tingkat dini dan menunggu sampai penyakit sudah sangat lanjut.
B. KARSINOMA KANDUNG KEMIH
Yang paling sering dijangkiti
kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi
tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan
tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih
dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus
kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita
berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih
adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma
haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan
dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan
neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium
transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari
kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma
sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain
adalah adenocarcinoma.
Kanker kandung kemih dibagi
tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu : tingkat O Mukosa,
tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D
Kelenjar Limfe.
Hematuria yang tidak disertai rasa
nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya
intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang
tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non
malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti.
Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan
benda asing di dalam kandung kemih.
Pemeriksaan cytologi urine dapat
memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan dengan
cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif
dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan
prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan papilomma
harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua tahun
dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi
yang baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi
dan harus diperkuat oleh perawat.
Tumor-tumor kecil yang sedikit
menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan fulgurisasi
transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan.
Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas
saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada
daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Pasien boleh pulang beberapa
hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus
dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan
seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar
ganas.
Radiasi kobalt eksternal terhadap
tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan.
Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang fisikinya tidak kuat
menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam
pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang
dipakai karena efeknya yang berbahaya.
Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai
pengobatan topikal. Pasien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam
sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih
selama dua jam.
C. KARSINOMA PROSTAT
Karsinoma prostat ditemukan secara
kebetulan pada waktu prostatektomi, sesudah dilakukan pemerikasaan patologi
anatomik. Karsinoma prostat perlu dicurigai bila pada rectal toucher teraba
benjolan-benjolan yang keras (indurasi pada satu atau beberapa tempat).
Biasanya di lobus posterior. Seringkali penderita datang karena adanya
hematuria gross. Hal ini mungkin karena proses penjalaran karsinoma ke arah
lumen uretra dan menimbulkan ulcerasi disitu sehingga terjadi perdararahan.
Diagnosis diferensialnya adalag batu prostat, TBC prostat, prostatitis kronik.
Untuk membedakannya perlu dilakukan biopsi jarum.
Therapi yang umum digunakan adalah
triple therapy yaitu prostatektomy, orkidektomy sub kapsuler dan pemberian
hormon estrogen.
Kelenjar prostat merupakan tempat
yang kedua pada pria untuk pertumbuhan kanker. Terdapat faktor keluarga untuk
pertumbuhan penyakit ini. Kanker prostat bertanggung jawab atas 10% dari
seluruh jumlah angka kematian pria. Jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan
angka semakin meningkat seiring peningkatan usia. Lebih muda penderita
terserang, lebih lethal penyakit ini. Walaupun kanker bisa dimulai dimana saja
pada kelenjar prostat dan bermulti fokal sumbernya biasanya timbul pada lobus
perifer sehingga timbul pada lobus perifer sehingga timbul nodul yang dapat
diraba. Deteksi dini pada waktu palpasi memungkinkan pengobatan yang dini juga
dan dapat memperbaiki prognosa. Karena alasan tersebut semua pria harus
menjalani pemeriksaan rektal tiap tahun.
Kanker prostat biasanya dimulai
dengan perubahan pola berkemih, frekuensi, desakan, nokturia akibat membesarnya
ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Obstruksi uretra yang lengkap dapat
terjadi. Hematuria dapat berkembang menjadi anemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN &
TINDAKAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SALURAN KEMIH
1.
Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis
(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya
-
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif
-
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan
Tindakan :
-
Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya
-
Berikan informasi tentang prognosis secara
akurat
-
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai
-
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping.
Bantu pasien mempersiapkan diri dalam pengobatan
-
Catat koping yang tidak efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak berdayaan dll
-
Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan
support system
-
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
-
Pertahankan kontak dengan pasien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,
obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri, pasien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
-
Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui
aktivitas
-
Melaporkan nyeri yang dialaminya
-
Mengikuti program pengobatan
-
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan
rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
Tindakan :
-
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan
intensitas
-
Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi,
khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
-
Berikan pengalihan seperti reposisi dan
aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
-
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
-
Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Kolaboratif
-
Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan
juga dengan pasien
-
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti
morfin, methadone, narcotik dll
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa
kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
ditandai dengan pasien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,
penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
-
Pasien menunjukkan berat badan yang stabil,
hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
-
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya
intake yang adekuat
-
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang
berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan :
-
Monitor intake makanan setiap hari, apakah
pasien makan sesuai dengan kebutuhannya
-
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps
serta amati penurunan berat badan
-
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan
pembesaran kelenjar parotis
-
Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil
untuk pasien.
-
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau
bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
-
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
misalnya makan bersama teman atau keluarga
-
Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan
moderate sebelum makan
-
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem
anoreksia yang dialami pasien
Kolaboratif
-
Amati study laboraturium seperti total limposit,
serum transferin dan albumin
-
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine,
antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
-
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi dengan infus.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang
diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap
-
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan
tentang alasan mengikuti prosedur tersebut
-
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup
dan berpartisipasi dalam pengobatan
-
Bekerjasama dengan pemberi informasi
Tindakan :
-
Review pengertian pasien dan keluarga tentang
diagnosa, pengobatan dan akibatnya
-
Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada pasien tentang pengalaman pasien lain yang
menderita kanker
-
Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan
-
Berikan bimbingan kepada pasien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada
pasien.
-
Anjurkan pasien untuk memberikan umpan balik
verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya
-
Review pasien /keluarga tentang pentingnya
status nutrisi yang optimal
-
Anjurkan pasien untuk mengkaji membran mukosa
mulut secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi
-
Anjurkan pasien memelihara kebersihan kulit dan
rambut
5.
Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut
berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi
Tujuan :
-
Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan,
terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
-
Pasien mengungkapkan faktor penyebab secara
verbal
-
Pasien mampu mendemontrasikan tehnik
mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut
Tindakan :
-
Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat
pertemuan dengan pasien dan secara periodik
-
Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan
mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap,
kekentalan ludah
-
Diskusikan dengan pasien tentang metode
pemeliharan oral hygine
-
Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari
makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras
-
Amati dan jelaskan pada pasien tentang tanda
superinfeksi oral
Kolaboratif
-
Konsultasi dengan dokter gigi sebelum
kemotherapi
-
Berikan obat sesuai indikasi
Anagetik,
topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash preparation.
-
Kultur lesi oral
6.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan
berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake
Tujuan :
Pasien
menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa
normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Tindakan :
-
Monitor intake dan output termasuk keluaran yang
tidak normal seperti emesis, diare,
drainse luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
-
Timbang berat badan jika diperlukan
-
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral,
capilarry refil
-
Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
Catat keadaan kehausan pada pasien
-
Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari
sesuai kebutuhan individu
-
Observasi kemungkinan perdarahan seperti
perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie
-
Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan
pada luka bedah
Kolaboratif
-
Berikan cairan IV bila diperlukan
-
Berikan therapy antiemetik
-
Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit,
albumin
7.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek
kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
-
Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi
dalam tindakan pecegahan infeksi
-
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan
penyembuhan luka berlangsung normal
Tindakan :
-
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama
-
Jaga personal hygine pasien secara baik
-
Monitor temperatur
-
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda
infeksi
-
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga
aseptik prosedur
Kolaboratif
-
Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
-
Berikan antibiotik bila diindikasikan
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi seksual
berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon
terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak
pengobatan.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya
terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
-
Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas
kemampuan
Tindakan :
-
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya
-
Berikan advise tentang akibat pengobatan
terhadap seksualitas
-
Berikan privacy kepada pasien dan pasangannya.
Ketuk pintu sebelum masuk.
9.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan
intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan kondisi spesifik
-
Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan
percepatan penyembuhan
Tindakan :
-
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek
samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
-
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk bagian
yang gatal
-
Ubah posisi pasien secara teratur
-
Berikan advise pada pasien untuk menghindari
pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter
D. HIPERTROPI PROSTAT
Istilah ini sebenarnya salah,
karena kelenjar prostat tidak mengalami hipertrofi. Yang didapat sebenarnya
hiperplasia dari kelenjar periuretral. Kelenjar ini mendesak kelenjar prostat
sehingga lama-lama menjadi gepeng dan disebut sebagai kapsul prostat. Untuk
mengukur besarnya hipertrofi prostat dapat dipakai pengukuran rectal grading,
clinical grading dan intra uretral grading.
Biasanya penyakit ini ditemukan
pada pria berusia diatas 50 tahun, dan penyakit ini menyebabkan berbagai macam
gangguan obstruksi uretra dan rstriksi aliran urine. Pada fase awal umumnya
pasien akan mengeluh kencing terasa tidak puas, pancarannya melemah, nokturia.
Pada fase selanjutnya pasien akan merasa panas saat berkemih, dysuria, nokturia
tambah hebat dan kemudian pada fase lanjut buli-buli akan penuh, over flow
incontinence, pasien menggigil kadang-kadang sampai koma.
Diagnosa Keperawatan &
Tindakan
1. Retensi
urine (akut/kronik) berhubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan bladder berkontraksi ditandai
dengan frequency, hesistansi, ketidakmampuan mengosongkan bladder,
inkontinensia, distensi bladder, adanya residu urine.
Tujuan :
-
Berkemih lancar tanpa terjadi distensi bladder
-
Residu urine kurang dari 50 ml tanpa adanya
overflow.
Tindakan :
-
Anjurkan pasien untuk berkemih setiap 2 – 4 jam
dan bila sudah penuh
-
Informasikan kepada pasien tentang stress
inkontinensia
-
Observasi pancaran urine, amati ukuran dan
kekuatannya
-
Monitor dan catat waktu serta jumlah saat
berkemih. Amati menurunnya output urine dan perubahan pancaran
-
Perkusi/palpasi area suprapubik
-
Anjurkan minum sampai 3000 ml setiap hari bila
tidak terdapat intolenransi jantung
-
Monitor vital signs. Observasi hipertensi, peripheral/dependen
oedema. Berat badan diukur setiap hari dan pertahankan intake dan output secara
akurat
-
Berikan perawatan cateter dan perineal
-
Berikan rendaman duduk sesuai indikasi
Kolaboratif
-
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Antispasmodik
misalnya oxybutynin chloride, rectal suppositoria, antibiotik dan
antimikrobial, phenoxybenzamine.
-
Kateterisasi urine atau pasang kateter foley
sesuai indikasi
-
Monitor hasil laboratorium sperti BUN,
Creatinine, Elektrolite, urinalisis dan kultur.
2. Nyeri
(akut) berhubungan dengan iritasi mukosa : distensi bladder, renal colic,
infeksi saluran kemih, therapi radiasi ditandai dengan pasien menyatakan nyeri
(bladder/rectal), penurunan tonus otot, grimase, distraksi, kelelahan, respon
otonomik.
Tujuan :
-
Nyeri berkurang atau terkontrol
-
Pasien merasa rileks
-
Pasien dapat tidur dan beristirahat dengan
tenang
Tindakan :
-
Kaji nyeri, amati lokasi dan intensitasnya
(skala 0 – 10), durasi
-
Pertahankan bedrest jika diindikasikan
-
Pertahankan rasa nyaman pada pasien misalnya
menolong pasien mencari posisi yang nyaman, menganjurkan tehnik relaksasi/nafas
dalam serta aktivitas diversional
-
Anjurkan rendaman duduk
Kolaboratif
-
Lakukan kateterisasi untuk drainase urine
-
Lakukan masase prostat
-
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Narkotik
(meperidine), antibakterial (methenamine hippurate), antispasmodik dan sedative
bladder.
3. Resiko
tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan diuresis postobstruktive dari
drainase, endokrin, ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi renal)
Tujuan :
Mempertahankan
hidrasi secara adekuat yang ditandai vital signs stabil, pulse periferal
teraba, capilary refill baik, dan mukosa membran yang normal.
Tindakan :
-
Monitor output secara hati-hati, setiap jam bila
diindikasikan.
-
Anjurkan pasien meningkatkan intake oral sesuai
kebutuhan individual
-
Monitor tekanan darah dan denyut nadi secara
teratur. Evaluasi kapilary refill dan membran mukosa mulut.
-
Berikan bedrest dengan kepala ditinggikan
Kolaboratif
-
Monitor elektrolit, khususnya sodium
-
Berikan cairan IV (hipertonik saline) jika
diperlukan
4. Cemas
/ Takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan : pada prosedur bedah,
kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuan seksual ditandai dengan
peningkatan ketegangan, keragu-raguan, mencemaskan konsekwensi yang tidak
logis.
Tujuan :
-
Pasien dapat rileks
-
Mengungkapkan informasi yang akurat tentang
keadaannya
-
Menunjukkan penurunan kecemasan & ketakutan
Tindakan :
-
Berikan perhatian kepada pasien, ciptakan
hubungan saling percaya dengan pasien dan support person.
-
Berikan informasi tentang prosedur spesifik,
kateterisasi, urine berdarah, iritasi bladder. Berikan informasi sesuai
kebutuhan pasien.
-
Informasikan sebelum melakukan prosedur dan
pertahankan privacy pasien
-
Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan
perasaannya
5. Deficit
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya kemampuan menangkap informasi, misinterpretasi,
tidak terbiasa dengan sumber informasi ditandai dengan pasien bertanya-tanya,
mengungkapkan problemnya secara verbal/nonverbal, tidak akurat dalam mengikuti
intruksi.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan pengertian terhadap
proses penyakit dan prognosa
-
Mengidentifikasi tanda dan gejala yang
berhubungan dengan penyakitnya
-
Mempunyai inisiatif perubahan gaya hidup yang
menunjang penyembuhan penyakitnya
-
Berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan
Tindakan :
-
Review proses penyakit, prognosa, tanda dan
gejala serta pengobatannya
-
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasan
dan tingkat perhatian terhadap penyakitnya
-
Beri informasi bahwa penyakitnya tidak menular
melalui hubungan seksual
-
Rekomendasikan kepada pasien untuk menghindari
makanan pedas, kopi, alkohol, mengendarai sepeda motor dalam jangka waktu lama.
-
Berikan informasi tentang hubungan seks, hindari
pada fase akut tetapi akan lebih baik pada fase kronik.
-
Dukung pasien untuk mengikuti pengobatan secara
teratur termasuk latihan rectal dan urinalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan
& Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan Medikal
Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
(1994). Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar