PENGERTIAN
Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan
pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau
hematogen, biasanya multipel.
PATOGENESIS
TB kelenjar superfisial:
§
Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.
§
Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.
§
Dapat merupakan bagian dari TV milier.
§
Biasanya multipel.
§
Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra
clavikuler, sub mandibula.
§
Abses.
Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia
limfoid dan terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di
kelenjar terjadi nekrosis dan perkejuan.
Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta
melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya
terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat
terjadi perkapuran.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal
kota dan
daerah, jumlah keluarga.
2.
Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3.
Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta
terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal,
axilla dan sub mandibula.
4.
Riwayat penyakit dahulu:
* Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan
bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak sembuh?
*
Pernah berobat tapi tidak teratur?
*
Riwayat kontak dengan penderita TBC.
*
Daya tahan yang menurun.
*
Riwayat imunisasi/vaksinasi.
*
Riwayat pengobatan.
5.
* Riwayat sosial
ekonomi dan lingkungan.
*
Riwayat keluarga.
*
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit
yang sama.
*
Aspek psikososial.
*
Merasa dikucilkan.
*
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri.
*
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
*
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
*
Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
*
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang
banyak.
6.
Pola fungsi kesehatan.
1)
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan,
imunisasi.
2)
Pola nutrisi -
metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak
diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub
kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3)
Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan
urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada
kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)
Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas
berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5)
Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat
pada malam hari.
6)
Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada
nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga
tidak mampu.
7)
Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif,
kadang pemarah.
8)
Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan
terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9)
Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu
daripada ayah.
10) Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
¨ Demam: sub
fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
¨
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
¨
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana
infiltrasi radang sampai setengah paru.
¨
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul
bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
¨
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
¨
Pada tahap dini sulit diketahui.
¨
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
¨
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang
cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
¨
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan
lanjut dan fibrosis.
¨
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura
(perkusi memberikan suara pekak)
2.
Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
4.
Kadang terjadi abses.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN
PENGOBATAN
1.
Uji tuberkulin
Infeksi TB ®
imunitas seluler ®
hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
2.
Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi,
abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3.
Gambaran klinis:
¨
Tanpa gejala.
¨
Gejala umum/tidak spesifik.
-
Demam lama.
-
BB turun/tidak naik.
-
Malnutrisi.
-
Malaise.
-
Batuk lama.
-
Diare berlanjut/berulang.
¨
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar
skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4.
Pemeriksaan mikrobiologis
-
Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal:
tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara
lama.
Cara : cara lama radio metrik
(Bactec); PCK.
5.
Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6.
Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas
indikasi.
7.
Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB
menambah kriteria diagnosa.
8.
Lain-lain
-
Uji faal paru.
-
Bronkoskopi.
-
Bronkografi.
-
Serologi.
-
dll.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Ø Penyuluhan
Ø Pencegahan
Ø Pemberian
obat-obatan
- OAT ( oabat anti tuberkulosa )
- Bronchodilator
- Expectoran
- OBH
- Vitamin
- Antibiotik
Ø Operasi
untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.
TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
À
Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
À
Menurut Donna L. Wong:
Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.
Tahap pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang
sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta
panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta
aktifitas bertambah. Pertumbuhan
tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian.
Tahap pertumbuhan otak
¨
Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual
menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan
pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk
mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk
menjadi dewasa.
¨
Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
-
Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
-
Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
-
Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus
komplek: anak lelaki dekat ibunya karena
perasaan cinta/tertarik.
Elektra
komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan
cinta/ tertarik.
¨
Fase laten (5 – 12 tahun)
-
Masuk ke permulaan fase pubertas.
-
Periode terintegrasi.
-
Fase tenang.
-
Dorong libido mereda sementara.
-
Erotik zona berkurang.
-
Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).
Tahap perkembangan manusia ditinjau
dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai
dari lahir sampai usia tua:
-
Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt
(inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-
4 – 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak
tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang
sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan
diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa
bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.
DIAGNOSA PERAWATAN
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Ø
Berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis
Ø
Kerusakan membran alveolar kapiler
Ø
Sekret yang kental
Ø
Edema bronchial
Resiko
infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Ø
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun,
sekret yang menetap
Ø
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Ø
Malnutrisi
Ø
Terkontaminasi oleh lingkungan
Ø
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan
dengan :
Ø
Tidak ada yang menerangkan
Ø
Interpretasi yang salah, tidak akurat
Ø
Informasi yang didapat tidak lengkap
Ø
Terbatasnya pengetahuan / kognitif
Perubahan
kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Ø
Kelelahan
Ø
Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Ø
Dyspnoe
Ø
Anoreksia
Ø
Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal.
Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB
paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari
bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda
sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi
di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir
disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya
resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
respirasi
Kolaborasi
Monitor BGA
Menurunnya
oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
Memberikan
oksigen tambahan
Membantu
mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya
tegangan paru.
Dx. II.
Independen
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya
infeksi melalui bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah
atau sistem limfe dan potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman
atau menyanyi.
Membantu
klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk
mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya
infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan
kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi.
Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya
infeksi.
Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode
menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi
dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga
bulan.
Kolaborasi
Pemberian terapi untuk anak
INH, Etambutol, Rifampisin
INH
adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat
lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ),
Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat
sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor sputum BTA
Klien
dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu
yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan,
perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien
untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa
yang dipercaya.
Kemampuan
belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan
tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada
dokter misalnya : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran,
vertigo.
Mengindikasikan
perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan
evaluasi secepatnya.
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan
yang adekuat.
Mencukupi
kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu
mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk
klien dan keluarga misalnya : jadwal minum obat.
Informasi
tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan.
Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan
dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai
potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan
partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah
terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin
timbul, misalnya : mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit
kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat
mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk
menjalani terapi.
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi
etambutol.
Efek
samping utama etambutol adalah menurunkan
ketajaman penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan
warna hijau.
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk
mengungkapkan kecemasan/keprihatinannya
serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha
menyangkal pernyataanya.
Memberikan
kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya.
Penyangkalan terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang
merugikan kesehatannya.
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya
melalui inhalasi udara yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui
urine jika infeksinya mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan
yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses,
empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis,
hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga
seperti yang dianjurkan :
1. Catat
turgor kulit
2. Timbang
berat badan
3. Integritas
mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
nausea, vomiting atau diare.
Digunakan
untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu
intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur
keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika
ada hubungannya dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat
menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan
intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu
menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi
rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan
yang dapat merangsang vomiting.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8. EGC.
Jakarta.
Doengoes, ME. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
IDAI dan PP
IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik
Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15.
EGC. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. 1999. Ilmu
Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Staf Pengajar
Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.
Jakarta.
I.
Tujuan Pengobatan TB:
Adalah selain menyembuhkan juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti
tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
II. Prinsip
Pengobatan TB Pada Anak
1.
Permulaan intensif
2.
Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
3.
Teratur dan lama.
4.
Pemberian gizi yang baik.
5.
Pengobatan dan pencegahan penyakit lama.
III.
Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak:
1.
Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen):
kombinasi obat murah, memakan waktu 18 – 24 bulan.
2.
Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen):
kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.
IV.
Obat Anti
Tuberculosis (OAT):
Isoniazid/INH (tablet atau puyer):
diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp
(suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan. Maksimal 600 mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA
(tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
3. Streptomisin
(Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
4. Etambutol
(tablet/puyer): diminum 1x/hari.
Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain:
Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi
satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.
V. Lama
Pemberian Obat TB Pada Anak:
Macam
Obat
|
Frekuensi
Pemberian
|
Lama
|
INH
|
Dosis tunggal setiap hari
|
6 bulan
|
INH
Rmp
Strep
|
Dosis tunggal setiap hari
|
6 bulan
Strep 2 bulan
|
INH
Rmp
Strep
PZA
|
Dosis tunggal setiap hari
|
9 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
INH
Rmp
TB tulang
Strep
belakang
|
Dosis tunggal setiap hari
|
6-9 bulan (Strep 2 bulan)
|
INH
Meningitis
Rmp TB dosis
Strep
berbeda
PZA
|
Dosis tunggal setiap hari
|
12 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
|
VI.
Efek Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:
INH :
À Radang syaraf tepi
À
Racun Pada hati
À
Hepatitis
Rmp :
À Hepatitis
À
Mual
À
Muntah
À
Nafsu makan menurun
À
Kencing berwana merah/orange
PZA :
À Racun pada hati
À
Nyeri pada
persendian
Strep :
À Racun pada syaraf
À
Keseimbangan
À
Gangguan
pendengaran
Etambutol:
À
Radang pada syaraf mata
À
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À
Mual
À
Muntah
À
Racun di hati
PAS (P):
À
Gastritis (maag)
À
Racun di hati.
¦ Catatan:
Pengobatan
TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC menjadi
resisten/kuman tahan terhadap obat yang
diberikan dan resiko kambuh kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar