BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu keperawatan adalah rangkaian
teori dan praktek yang bertujuan dalam peningkatan kualitas pelayanan pada
klien. Mendalami ilmu dan mempelajarinya berarti membekali diri dalam rangka
memperkaya khasanah keilmuan tentang keperawatan, sehingga bisa
dianalisis,dibuktikan dan dikembangkan dengan parameter dalam ilmu kesehatan
secara khusus (ilmu keperawatan). Integritas seorang perawat memerlukan usaha
dan pengorbanan yaitu dengan cara mempelajari ilmu keperawatan dan
mempraktekkannya.
Keperawatan dikatakan sebuah
profesi karena semua semua karakteristik profesi semuanya ada dalam diri
perawat, yaitu; (1) Body of knowledge
(tubuh pengetahuan), (2) Penggunaan riset sebagai dasar pengembangan
keperawatan, (3) Adanya pendidikan tinggi (Asmadi, 2008). Untuk memantapkan
diri menjadi sebuah profesi yang kuat, maka perlu mengokohkan dasar
keilmuan/sains, didukung oleh bangunan etika dan moral yang terstandar, dan
dilingkupi oleh jaminan hukum yang pasti. Oleh karena itu , bangunan keilmuan
sains keperawatan harus selalu dikembangkan.
Sains (science) adalah tubuh pengetahuan yang sistematis yang bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran tentang dunia. Tujuan adanya sains adalah
mengamati, mengklarifikasi, dan menyelidiki hubungan yang memberikan pengertian
tentang fenomena. Pengetahuan yang
mendalam terhadap suatu sains akan menciptakan suatu teori. Teori dapat
diibaratkan seperti suatu bangunan,yang terdiri dari pondasi, tiang dan tembok
termasuk didalamnya, serta atap. Bangunan teori mulai bersifat abstrak (meta
theory) sebagai dasar pengembangan sampai dengan teori empiris (practice theory) saling menguatkan (De
Laune, Sue C., Ladner, K. Patricia, 2002). Teori akan didapat dari penelitian
terhadap suatu ilmu yang dilakukan secara berulang-ulang. Perkembangan sains keperawatan
didasari oleh falsafah dan paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan secara holistik. Sains keperawatan memiliki
falsafah berupa keyakinan dan kerangka berpikir secara sistematis dan ilmiah
yang mendasari suatu gambaran yang berdasarkan pada realitas dan logika
sehingga menjadi panduan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan
secara profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki paradigma keperawatan
sebagai kerangka ilmu untuk berfokus pada pelaksanaan praktek pelayanan
keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan.
Pelayanan
keperawatan profesional merupakan area yang dapat memunculkan berbagai
perkembangan ilmu dan teori keperawatan. Hal ini didukung dengan perkembangan
sains keperawatan yang diintegrasikan dalam pendidikan, pelayanan/ praktik, dan
riset keperawatan. Ketiga hal tersebut memiliki peran masing-masing untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan memberikan manfaat
kepada masyarakat. Hasil dari pemberian pelayanan keperawatan profesional
dengan pendekatan sains keperawatan dapat menjadi solusi dari fenomena
keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu, pengembangan sains keperawatan memiliki hubungan
interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan sebagai
ilmu terapan yang memiliki otonomi profesional.
Pada saat ini, banyak orang yang
tidak mengetahui apa makna dari filsafat, padahal filsafat saat ini telah
berkemban lebih maju dam memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia.
Berbagai cabang dari filsafat telah dikembangkan, seperti filsafat moral,
filsafat seni, metafisika, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat kedokteran,
filsafat hukum, filsafat matematika dan sebagainya. Selain itu, filsafat juga
berperan dalam Ilmu Keperawatan, sehingga saat ini banyak perguruan tinggi yang
memasukkan mata ajar filsafat ke dalam program studi ilmu keperawatan, baik
untuk strata 1 (S1), strata 2 (S2) ataupun strata 3 (S3). Namun meski, telah
berkembang dengan pesat, banyak orang tidak mengetahui apa itu filsafat dan
kegunaannya bagi Ilmu Keperawatan.
Melalui
makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang falsafah dan paradigm
disiplin sains keperawatan, serta pengembangan sains keperawatan dan hubungan
antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam
pengembangannya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu membuktikan bahwa keperawatan adalah
rangkaian dari ilmu yang dapat dipelajari.
1.2.2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu menguraikan definisi/konsep yang mendasari falsafah
dan paradigma sains keperawatan.
b.
Mahasiswa mampu
menjelaskan sifat-sifat/karakteistik sains keperawatan.
c.
Mahasiswa mampu
menjelaskan falsafah sains keperawatan.
d.
Mahasiswa mampu
menjelaskan paradigm sains keperawatan.
e.
Mahasiswa mampu menganalisis pengembangan
sains keperawatan dan hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik
dan riset keperawatan dalam pengembangan sains keperawatan.
1.3
Sistematika
Penulisan
Adapun
sistematika penulisan makalah ini yaitu: bab satu berisi pendahuluan meliputi
latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan; bab dua berisi tinjauan
konsep meliputi definisi
falsafah dan paradigma sains keperawatan,
sifat-sifat/karakteistik sains keperawatan, paradigm sains keperawatan, pengembangan sains keperawatan dan
hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan
dalam pengembangan sains keperawatan; bab ketiga berisi
kesimpulan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi Falsafah dan Paradigma Disiplin
Sains Keperawatan
Sains menurut KBBI (2014) adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu
observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar
atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. Disebutkan pula sains merupakan body of knowledge yang sistematis yang
mempunyai tujuan utama menemukan fenomena kebenaran tentang dunia yang
diperkuat melalui pemeriksaan secara empiris (Peterson & Bredow, 2013).
Hasil Lokakarya Keperawatan Nasional (1983),
keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun
sakit dalam siklus kehidupan manusia. Definisi keperawatan menurut Henderson
(1964) dalam Alligood (2014) keperawatan adalah
upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit untuk menggunakan
kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau meninggal
dunia dengan tenang, serta tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak
menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin.
Menurut Carper (1978) dalam Peterson
& Bredow (2013), sains keperawatan adalah pengetahuan yang disusun secara
sistematis menjadi hukum dan teori umum yang berfungsi untuk menggambarkan,
menjelaskan dan
atau memprediksi
fenomena yang
berkaitan dengan keperawatan. Sedangkan pengertian sains keperawatan menurut Brockopp
& Tolsma (2003) merupakan kumpulan pengetahuan yang unik dari disiplin
keperawatan, merupakan penemuan informasi yang menjelaskan, menggambarkan dan
memperkirakan hubungan antara individu dan pengalaman kesehatannya.
Falsafah dan paradigma keperawatan
akan mempengaruhi perkembangan teori keperawatan selanjutnya. Sebelum membahas
lebih lanjut tentang falsafah dan paradigma keperawatan, akan dijelaskan
definisi dari tiap-tiap istilah di atas:
2.1.1.
Definisi Falsafah Sains Keperawatan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, falsafah adalah anggapan, gagasan, dan sikap
batin yang paling dasar dimiliki oleh orang atau masyarakat (KBBI, 2014).
Falsafah
adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etik, estetika, metafisika, dan
teori pengetahuan/epistemologi (Leddy & Pepper, 1998). Sedangkan
menurut
Fawcett (2005) filosofi atau falsafah adalah seperangkat nilai atau
kepercayaan. Filosofi diartikan juga sebagai pernyataan tentang fenomena
sentral yang menjadi minat bagi disiplin ilmu, tentang bagaimana proses
fenomena tersebut diketahui dan tentang nilai-nilai yang diyakini anggota
disiplin tersebut.
Filosofi
memberikan suatu pandangan yang unik tentang praktik keperawatan, tentang
fenomena yang menjadi fokus perhatian disiplin keperawatan dan nilai-nilai yang
diyakini perawat dalam melakukan praktik keperawatan (Fawcett, 2005). Filosofi keperawatan adalah
pernyataan dasar dan universal, nilai dan prinsip tentang hakikat pengetahuan
dan kebenaran (epistemologi), tentang
sifat alami suatu entitas yang diwakili dalam metaparadigma (Peterson & Bredow, 2004). Falsafah keperawatan memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio-psiko-sosial-spiritual), rasional
dan bertanggung jawab; manusia berinteraksi dengan lingkungan secara ritmik dan
terus menerus; perubahan perilaku dapat terjadi sebagai akibat multifaktor pada
manusia atau lingkungan; pengembangan ilmu pengetahuan (keperawatan) berfokus
pada fenomena obektif dan pengalaman subjektif (Fawcett, 2005). Selain itu
juga falsafah keperawatan dapat didefinisikan sebagai pengetahuan
dan sikap yang dimiliki perawat profesional untuk (a) memahami hubungan antara
manusia, lingkungan, dan kesehatannya; (b) pendekatan perawat sebagai seorang
disiplin ilmu; (c) mengintegrasi sebuah nilai; dan (d) memahami keyakinan
individu mengenai manusia, lingkungan, kesehatan, dan proses keperawatan (Leddy
& Pepper, 1998).
Jadi falsafah sains keperawatan
merupakan gagasan logis sistematis yang bersifat ilmiah dalam memahami proses
keperawatan dengan mengintegrasi nilai-nilai profesi.
2.1.1. Definisi Paradigma Sains Keperawatan
Paradigma
adalah model, pola atau pandangan yang dilandasi pada dua karakteristik yaitu
penampilan dari kelompok guna menunjukkan keberadaannya dan terbuka dalam melakukan “Problem Solving” di dalam kelompoknya
(Kuhn, 1979 dalam McEwen & Wills, 2007). Pengertian lain menurut Potter dan
Perry (2013) dalam bukunya “Fundamental
of Nursing”, paradigma diartikan sebagai bagian dari ilmu, filosofi, dan
teori yang dapat diterima yang diterapkan oleh suatu disiplin.
Paradigma
keperawatan menurut Gaffar (1997), adalah cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, member makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yag ada dalam keperawatan. Dengan demikian paradigma
keperawatan berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktik
keperawatan yang bersifat professional. Sedangkan paradigma keperawatan
menurut Marriner (2001) adalah suatu diagram konseptual berupa
struktur-struktur yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu struktur
organisasi keperawatan.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa “Paradigma Sains
Keperawatan” adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi, dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan serta memberi arahan kepada perawat dalam menyikapi dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti
aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta kehidupan profesi. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya
mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh
para ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan
akan tercapai. Sebagai contoh sebagai berikut : dalam memberikan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap, perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan
oleh Orem dimana perawat membagi pasien berdasarkan tingkat kemandirian pasien,
sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.
2.2 Sains
Keperawatan
Sains keperawatan adalah ilmu
terapan (applied science) yang
mensintesis dari berbagai teori ilmiah, psikologis, dan biologis sosial dalam
memberikan pelayanan kepada individu, keluarga, maupun masyarakat (Asmadi,
2008). Sains keperawatan adalah substansi, disiplin ilmu yang spesifik berfokus
pada manusia, proses kesehatan, dalam lingkup kerja keperawatan (Barred, 2002
dalam Melani McEwen, 2011). Jadi
sains merupakan pengetahuan sistematis yang dikembangkan melalui dasar rasional
dan empiris (diobservasi, diteliti atau diuji coba).
2.2.1.
Sifat-sifat/ karakteristik sains
keperawatan
Menurut Asmadi (2008),
karakteristik sains adalah pengetahuan yang diperoleh adalah kenyataan yang
tersusun secara sistematis dengan menggunakan observasi dan eksperimen. Sifat/karakteristik sains keperawatan meliputi
berbagai hal :
a.
Pengetahuan umum (public knowledge), ilmu keperawatan
dapat dipelajari oleh siapa saja yang berminat, ilmu keperawatan dapat
dipublikasikan dengan bahasa yang informative dan emotif.
b.
Objektif, ilmu
keperawatan dapat menginterpretasikan objek yang sama dengan cara yang sama.
c.
Abstrak, ilmu
keperawatan ditujukan bagi umat manusia yang tidak lepas dari kebutuhan, ini
tertuang dalam sejumlah konsep tentang manusia yakni manusiasebagai makhluk
holistk (bio, psiko, social, spiritual), manuasia sebagai makhluk yang unik
yang memiliki kebutuhan dan manusia sebagai makhluk dengan system terbuka.
d.
Konseptual, ilmu
keperawatan mempunyai konsep yang membangun teori keperawatan, konsep ini yang
dikemukan oleh sejumlah tokoh teori keperawatan.
e.
Generalisasi, dengan
adanya konsep manusia dan teori keperawatan, maka ilmu keperawatan dapat
dipublikasikan sehingga dapat diketahui dan diterima oleh umum.
Creasia,
J.L., & Parker, B.J. (2007) menjelaskan ilmu memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a.
Objektif
Ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.
Metodis
Metodis
berasal dari kata Yunani, metodos yang
berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Metodis adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
c.
Sistematis
Ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d.
Universal
Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 1800.
Menurut
Feigl dalam Perspective on Philosophy of
Science in Nursing (1988)
ada 5 kriteria yang digunakan untuk membedakan ilmu dan penalaran wajar yaitu:
(a) Intersubjective testability (dapat
diuji secara empiris), (b) Reliability
(dapat diandalkan/dipercaya), (c) Definiteness
(kepastian/pasti), (d) Precision (ketelitian/teliti),
(e) Coherence or systematic
(berkait/terpadu) atau sistematis.
Menurut
Silva (1977) dalam Melani McEwen (2011) bahwa sifat/karakteristik sains terdiri
dari: (a) Sains
harus menunjukkan koheren, (b) Sains fokus pada suatu bidang ilmu tertentu, (c)
Sains harus bersifat universaldan dipahami secara luas, (d) Sains harus
bersifat logis, (e) Sains harus dapat menjelaskan, (f) Sains harus melalui penelitiaandan berbagai
pendapat.
Sifat-sifat sains keperawatan antara
lain: (a) Sains keperawatan
bersifat dinamis, (b) Sains keperawatan bersifat sistematis dan
berdasarkan metode ilmiah atau rasionalisme, (c) Sains
keperawatan mempunyai body of knowledge,
(d) Sains keperawatan bertujuan mengamati, mengklarifikasi dan
menyelidiki hubungan yang memberikan pengertian tentang fenomena, (e) Sains
keperawatan bersifat komprehensif (Asmadi,
2008). Sedangkan menurut De
Laune & Patricia (2002) dalam sains keperawatan ada beberapa karakteristik yang
merupakan ciri khusus dalam proses pelaksanaan asuhan keperawatan.
karakteristik tersebut sebagai berikut:
a. Kelompok pengetahuan itu yang
melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktek
keperawatan. pada awalnya praktek keperawatan hanya didasari oleh keterampilan
yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin ilmu sekarang keperawatan dapat
disebut sebagai sains/ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan
ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik, dan lain-lain.
Ilmu Keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik
keperawatan yaitu, fisiologi manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit
serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien.
b.
Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada klien.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan proses penyembuhan serta membantu
kemandirian.
c.
Memiliki pendidikan yang memenuhi standar yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau universitas. Hal ini untuk
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan intelektual, interpersonal dan teknikal yang memungkinkan perawat
menjalankan peran yang lebih terpadu dalam menjalankan keperawatan yang
komprehensif dan berkesinambungan. Perawat juga dituntut mengembangkan IPTEK
keperawatan.
d.
Adanya pengendalian terhadap standar praktik. Standar adalah
suatu criteria tentang kualitas praktik. Standar praktik keperawatan ini
menekankan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memenuhi standar
yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi klien maupun perawat.
Perawat juga bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e.
Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan
yang dilakukan. bertanggung jawab berarti perawat bertanggung jawabatas
pelayanan yang diberikana terhadap klien. Tanggung gugat berarti perawat
mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan, dan konsumen (klien).
f.
Karir seumur hidup artinya bahwa perawat melakukan pelayanan
berdasarkan pendidikan dan ketrampilan yang telah menjadi pilhan hidupnya
sendiri dan mendapat kontribusi dari pekerjaan.
g.
Memilki fungsi yang otonom artinya perawat memilki kewenangan
yang penuh dalam melakukan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.
h.
Metode Ilmiah Sebagai Ciri Sains
Pendekatan orang yunani untuk memperoleh pengetahuan
didasarkan atas deduksi, pendekatan deduksi adalah berdasarkan hal-hal yang
sudah dianggap benar, diambil suatu kesimpulan dengan hal-hal yang dianggap
benar. Dan demikian seterusnya kait – mengkait antara cara yang lain yang
dikenal dengan metode ilmiah.
Menurut Carper (1978)
dalam Melani McEwen (2011) dan Hood
(2014) bahwa sains keperawatan memiliki karakteristik yaitu: (a) Empiri,
pengetahuan empiris adalah sesuatu hal yang bersifat objektif, abstrak, dapat
diukur, dicontoh, disesuaikan/berubah-ubah, dan dapat dirumuskan, (b) Estetika,
pengetahuan bersifat estetika merupakan sesuatu yang menggambarkan
ekspresi/ungkapan, bersifat subjektif, unik dan merupakan pengalaman daripada suatu yang
normal/deskriptif. Estetika adalah kejadian melalui peristiwa, perilaku, sikap,
dan interaksi dari respon perawat terhadap orang lain (klien), (c) Pengetahuan individu, lebih kepada bagaimana
cara perawat dalam melihat/menilai pada diri mereka dan kien yang bersifat
subjektif, dan mempromosikan, serta integrasi diri yang digabungkan secara
utuh, (d) Etik, lebih kepada kode etik keperawatan dan kewajiban terhadap pelayanan, serta kepedulian untuk kehidupan
manusia, (e) Sosiopolitik, merupakan penambahan dari pola asli yang telah
diidentifikasikan oleh Carper (1978). Pola ini mengetahui konteks yang lebih
luas mencakup perawat, klien, dan praktek profesi (White, 1995 dalam Hood,
2014). Dengan keadaan ini, pemahaman sosiopolitik membingkai semua pola lainnya
yang kita ketahui sebagai bagian penting dari masa depan keperawatan dalam
meningkatkan ekonomi dunia, (f) Emansipasi, merupakan kemampuan manusia mengenali
masalah social dan politik dari ketidakadilan, untuk dapat meningkatkan
kehidupan masyarakat, (g) Ketidaktahuan, menurut Munhall (1993) dalam Hood
(2014) bahwa keadaan ketidaktahuan merupakan kondisi keterbukaan sehingga dapat
memahami dunia pasien dari berbagai macam persepsi pengalaman klien tersebut.
Karakteristik
sains keperawatan antara lain: (a) Kelompok pengetahuan yang melandasi
keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan
praktik keperawatan,
(b) Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada klien,
(c) Memiliki pendidikan yang memenuhi standar yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi atau universitas, (d) Adanya pengendalian terhadap
standar praktik, (e) Bertanggung
jawab dan bertanggung
gugat terhadap tindakan
yang dilakukan,
(f) Karir seumur hidup, (g) Memiliki fungsi
yang otonom, (h) Metode
ilmiah sebagai ciri sains (Asmadi, 2008).
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah bahwa sains adalah suatu pengetahuan yang diperoleh/
disusun dengan cara yang khas khususnyadengan melakukan observasi, eksperimen,
menyimpulkan, menyusun teori, observasi. Kesimpulan mengenai karakateristik
profesi keperawatan adalah bahwa profesi keperawatan didasari oleh sains
keperawatan, dimana keperawatan sendiri sebagai profesi memiliki landasan ilmu
pengetahuan yang jelas, kode etik profesi, memilki lingkup dan wewenang praktik
keperawatan yang berdasar standar praktik asuhan keperawatan yang bersifat
dinamis yang menjadi panduan dalam praktik keperawatan.
2.2.2.
Falsafah Sains Keperawatan
Perawat diharapkan memiliki sikap,
gagasan, dan perilaku yang logis dalam melakukan asuhan keperawatan. Perawat
seharusnya memiliki sifat sebagai seorang disiplin ilmu, berfokus melakukan
asuhan keperawatan yang holistik sesuai kode etik, dan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam mencerminkan falsafah keperawatannya. Falsafah bersifat
natural dan empiris, sehingga dalam kegiatan eksplorasi fenomena melibatkan
observasi dan pemeriksaan langsung. Tujuan dari falsafah keilmuan adalah
menyajikan suatu gambaran ilmiah dalam menghasilkan pengetahuan tentang alam
semesta.
Falsafah keperawatan meyakini bahwa
asuhan keperawatan harus dilaksanakan secara universal dan holistik. Setiap
individu bersifat unik yang dinilai dan dipersepsikan terkait budaya, sosial
ekonomi, agama, dan pengalaman. Berdasarkan hal tersebut, setiap individu
memiliki pengalaman berbeda sesuai dengan keunikannya, oleh karena itu perawat
diharapkan melakukan asuhan keperawatan berdasarkan etik yang berlaku, sehingga
asuhan yang diberikan bersifat holistik dan komperehensif. Hal ini sesuai
dengan falsafah keperawatan yang meliputi pengetahuan, keahlian, kepercayaan
pasien, dan kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan (Austgard, 2008,
dalam Alligood, 2014).
Tindakan keperawatan yang diberikan
perawat harus mencerminkan nilai-nilai profesi menurut American Associaition of
Colleges of Nursing (1986) dalam Leddy & Pepper (1998), yaitu altruisme,
kesamaan (equality), estetika,
kebebasan (freedom), martabat (human dignity), keadilan (justice), dan kebeneran (truth).
a. Altruisme adalah
kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain, komitmen, arahan,
kedermawanan hati, dan ketekunan. Perawat harus memiliki nilai altruisme dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Altruisme pada perawat dapat
ditunjukkan dengan sikap caring saat memberikan asuhan keperawatan.
b. Kesamaan (equality) adalah
memiliki hak yang sama dalam menerima asuhan keperawatan, tidak berpihak dan
memiliki toleransi. Pada nilai equality dapat
ditunjukkan dengan memberikan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan bukan
pada karakter.
c. Estetika adalah
suatu keindahan yang ditunjukkan dengan memberikan apresiasi, kreatifitas,
imajinasi, sensitifitas, dan kepeduliaan. Hal yang ditunjukkan pada perawat
dengan memberikan distraksi musik untuk mengurangi nyeri. Contoh yang diberikan
perawat adalah bentuk kreatifitas dalam asuhan keperawatan.
d. Kebebasan (freedom) adalah
memiliki kapasitas untuk memilih atau kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
Sebagai contoh ketika perawat memberikan kebebasan pada pasien untuk menerim
atau menolak asuhan keperawatan.
e. Martabat (human dignity) adalah
berhubungan dengan penghargaan teerhadap martabat manusia sebagai individu yang
didalamnya mengandung nilai kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan
penuh terhadap kepercayaan.
f. Keadilan (justice) adalah
menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal, termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dan dorongan untuk melakukan keadilan. Contoh : perawat
sebagai advokat pasien
g. Kebenaran
(truth)
adalah kejujuran pada fakta,
termasuk akuntabilitas, keunikan yang rasional. Contoh : perawat memberikan
dokumentasi yang benar dalam asuhan keperawatan.
Falsafah sains keperawatan
sangatlah penting dimiliki oleh perawat. Sebagai profesi yang berfokus pada
ilmu pengetahuan, perawat harus memiliki cara pandang yang rasional dan
didasarkan dari observasi dan bukti empiris. Hal ini diharapkan agar perawat
menjadi profesi yang professional, menjunjung tinggi nilai-nilai profesi.
2.2.3.
Paradigma Sains Keperawatan
Ada perbedaan mendasar antara
paradigma dan metaparadigma. Paradigma memberikan parameter dasar dan konsep
dasar untuk mengorganisasi suatu disiplin ilmu. Paradigma umumnya bersifat
spesifik untuk suatu disiplin, filosofis, dan mampu berubah Sedangkan metaparadigma bersifat global,
netral filosofi, dan umumnya stabil, dan memiliki beberapa paradigma keyakinan
dan kerangka berfikir secara sistematis dan ilmiah. (Peterson & bredow,
2004).
Menurut Fawcett (2006)
Metaparadigma keperawatan terdiri dari empat konsep, empat proposisi yang tidak
berhubungan dan empat proposisi yang berhubungan. Empat konsep adalah: Manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Menurut Tomey & Alligood (2006)
dalam Potter (2009) paradigma keperawatan melibatkan cakupan yaitu manusia,
kesehatan, lingkungan/situasi dan keperawatan; elemen dari paradigma
keperawatan berhubungan langsung dengan kegiatan profesi keperawatan, termasuk
perkembangan pengetahuan, filosofi, teori, pengalaman pendidikan dan
penelitian, Sedangkan metaparadigma
keperawatan menurut Alligood & Tomey (2010) adalah konsep yang paling
abstrak dalam disiplin ilmu keperawatan (manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan) serta beberapa konsep masuk kedalam konseptual berdasarkan
filosofi model tersebut.
Parker (2006) menyatakan bahwa
paradigma keperawatan membantu untuk menentukantujuan dan batas-batas dari ilmu
keperawatan. Dalam keperawatan, paradigma
berdasarkan pada berbagi nilai dan konsep mengenai orang, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan itu sendiri yang
kesemuanya merupakan suatu satu kesatuan. Dari pandangan diatas dapat
disimpulkan bahwa paradigma keperawatan adalah cara pandang yang spesifik
terhadap ilmuwan keperawatan tentang konsep dan fenomena keperawatan yang
didukung oleh teori keperawatan sehingga berfungsi sebagai acuan atau dasar
dalam melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat professional.
Berdasarkan beberapa teori yang
menjelaskan tentang empat paradigma dalam keperawatan yang meliputi manusia,
perawat, kesehatan, dan lingkungan. Berikut penjelasan mengenai empat paradigma
dalam keperawatan:
a. Manusia berupaya sepanjang hidup dan terus menerus berubah, berinteraksi dengan
lingkungan serta berpartisipasi
dalam mempertahankan kesehatannya. Manusia juga bertindak dan mendasarkan
tindakannya pada pemikiran bahwa dirinya harus mempertahankan keseimbangan
hidup dengan membuat penyesuaian dengan lingkungan maupun sebaliknya yaitu
memanipulasi lingkungan untuk menciptakan keseimbangan. Dalam konteks paradigma
keperawatan ini setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami situasi di mana
dia mampu memenuhi kebutuhannya, membutuhkan bantuan atau bahkan membutuhkan
orang lain untuk melakukannya, dalam hal ini perawat.
b. Perawat,
yang merupakan individu yang memiliki kompetensi dan legal secara hukum
berprofesi sebagai tenaga keperawatan. Sedangkan keperawatan yaitu seni dan
pengetahuan dalam memandirikan maupun membantu klien sesuai dengan kondisi
masing-masing personal. Sebagai sebuah profesi, perawat mendasarkan pelayanan
kepada individu dan keluarga, maupun masyarakat pada ilmu dan seni yang
meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk
membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit.
c. Kesehatan, yaitu suatu
kondisi sejahtera jasmani maupun rohani yang bersifat dinamis pada individu di
mana dalam kondisi ini setiap individu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Tingkat
keberhasilan atau tingkat kesehatan dapat berbeda pada setiap individu karena
akan sangat dipengaruhi kondisi maupun cara memenuhi kebutuhannya.
d. Lingkungan yang
diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang berinteraksi dengan
individu baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dapat juga diartikan
sebagai kondisi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang/klien. Ketika
kebutuhan terpenuhi akan menjadi suatu lingkungan yang kondusif bagi individu
untuk berfungsi secara optimal dan berlaku juga hal yang sebaliknya.
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka disimpulkan
bahwa paradigma keperawatan yaitu suatu konsep
dasar yang digunakan untuk mengorganisasi suatu disiplin ilmu, filosofi yang
bersifat umum spesifik dan mampu berubah. Sedangan Metaparadigma keperawatan
didefinisikan sebagai konsep global yang mengidentifikasi fenomena dalam
disiplin ilmu keperawatan.
2.3 Pengembangan
Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif Antara Pendidikan, Pelayanan/ Praktik
dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan
2.3.1.
Perkembangan Sains Keperawatan
Fawcet (2006) mengatakan bahwa keperawatan
dimulai dengan asal dan ide moralnya yaitu “caring”, dengan tujuannya yaitu
menjaga, meningkatkan taraf kehidupan manusia, “caring” merupakan inti
dasar dan fokus dalam tindakan keperawatan.
Sejarah dari profesionalitas keperawatan dimulai dari Florence Nightingale yang
memberikan visi dan mengajarkan perempuan mengenai badan keperawatan termasuk
bagi mereka yang telah memiliki pengetahuan sebelumnya atau yang hanya sebagai
pekerja di pelayanan publik (Alligood, 2014). Perkembangan ilmu pengetahuan
keperawatan menurut Alligood (2014), dibagi menjadi beberapa era:
a.
Curriculum era : 1900 hingga 1940
Fokus pada masa ini adalah
dasar/eviden pada kegiatan-kegiatan keperawatan, seperti pada tahun 1933 adanya
survei kurikulum pada lembaga pelatihan New York. Hal ini digunakan untuk
membuat kurikulum pengajaran pada apa yang akan dilakukan dan yang perlu
diketahui oleh perawat pada kegiatan keperawatan termasuk pengetahuan sosial,
farmakologi, dan prosedur tindakan keperawatan. Selanjutnya ini disebut sebagai
laboratorium “seni keperawatan”, kemudian berubah menjadi “skill atau lab
simulasi”. Keperawatan pada masa ini yaitu pada tahap vokasional, kemudian
beberapa perawat mengambil dan memulai pada tahap edukasi pelatihan yang lebih
tinggi, dan berikutnya akan diadakan tahap universitas. Transisi perkembangan
program keperawatan membawa perubahan signifikan pada ilmu pengetahuan
keperawatan. Perawat dikenalkan pada proses penelitian dan memulai untuk
menulis nilai penting pada proses yang nantinya akan menjadi pengetahuan
subtantif, hal ini mengawali pada masa penelitian.
b.
Research era: 1950 hingga 1970
Pada masa ini penelitian
banyak dimulai, perawat memulai pengetahuan untuk meningkatkan peran dan
spesialisasi dari ilmu pengetahuan. Pada
tahun 1952 merupakan awal mula munculnya jurnal penelitian keperawatan. Pada
masa ini juga terjadi tumpang tindih antara pendidikan penelitian dan
pendidikan di jenjang universitas, maka perkembangan selanjutnya yaitu
mempengaruhi dari sistem pendidikan keperawatan yaitu disatukannya antara
pendidikan keperawatan dengan pelatihan penelitian keperawatan. Program master
dikenalkan di univesitas pada beberapa negara dan konsep perkembangan pelatihan
banyak dilakukan diberbagai program, ini dikenalkan pada tahun 1950 dan awal
tahun 1970.
c.
Graduate education era: 1950 dan 1970
Pada masa ini merupakan
persiapan dari level master kemudian adanya standarisasi hingga akreditasi yang
diadakan oleh National League dir Nursing
(NLN). Pada akhir tahun 1970 telah banyak program master keperawatan yang telah
terakreditasi termasuk program pelatihan penelitian keperawatan, pelatihan
spesialisasi klinis, kepemimpinan, dan perkembangan konsep pada teori
keperawatan yang merupakan inti dari kurikulum yang disusun bersama dengan falsafah
keperawatan dan kerangka konseptual. Sangat diperlukan upaya untuk mengenali
teori dari disiplin ilmu yang lain yang spesifik pada keperawatan dan juga yang
tidak sepesifik pada keperawatan. Rogers pada tahun 1970 mengatakan bahwa
perawat harus mengklarifikasi kerangka konsep dari fenomena yang menjadi fokus
pada keperawatan dan memulai perkembangan ilmu keperawatan. Beberapa kerangka
konsep keperawatan dipublikasikan pada masa ini, seperti Jhonson (1974,1980),
King (1971), Levine (1967), Neuman (1972), Orem (1971), Roy (1970), Carper
(1978) mengenai pola dari “mengetahui”,
dan Fawcett (1978) mendeskripsikan hubungan dari teori dan penelitian.
d.
Theory era: 1980 dan 1990
Pada masa ini, bersama dengan
masa penelitian dan masa graduation,
mengawali pemahaman proses penelitian ilmiah dengan hasil produk penelitian
ilmiah. Edisi pertama dari beberapa tulisan teori keperawatan pada masa ini
termasuk penulis teori keperawatan kontemporer, beberapa bagian ditulis oleh
mahasiswa program master yaitu Marriner Tomey (1986), Meleis (1985),
Riehl&Roy (1980). Fawcet (1984,1989)
berkontribusi sangat signifikan terhadap pemahaman tentang asal mula
pengetahuan keperawatan.Fawcett menuliskan metaparadigma ilmu keperawatan;
batasanspesifik dari manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan; membedakan
level abstraksi; menghubungkan teori dan model konseptual yang berhubungan
dengan perkembangan ilmu keperawatan.
e.
Theory utilization era: abad 21
Saat ini masa dari penggunaan
dari teori keperawatan termasuk Falsafah, model, dan teori untuk teori yang
berdasarkan dengan kegiatan keperawatan. Melanjutkan perkembangan teori sangat
penting bagi profesi ini dan sebagai disiplin ilmu. Pada awal tahun 1990
berkembangnya program doctor keperawatan untuk fokus pada perkembangan dan
menguji teori. Teori tidak hanya untuk diketahui tetapi untuk digunakan. Tujuan
dari penggunaan teori yaitu untuk peningkatan kualitas dari pelayanan kesehatan
(p.3-10).
2.3.2.
Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan merupakan sebuah proses “long life education” sebagai sarana untuk mencapai profesionalisme
dan peningkatan kinerja perawat. Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu
kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (PPNI, 2017).
Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup pendidikan vokasional,
akademik, dan profesi. Pendidikan vokasional yaitu jenis pendidikan diploma
sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. pendidikan akademik yaitu pendidikan
tinggi program sarjana dan paska sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan
disiplin ilmu pengetahuan tertentu. Pendidikan profesi yaitu pendidikan setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus.
Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat
panjang dengan berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi
sejak tahun 1983 saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan
Indonesia yang di kawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan
Indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah Kemendiknas dan Kemenkes saai
itu serta difasilitasi oleh Konsorium Pendidikan Ilmu Kesehatan saat itu,
sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi (PPNI,
2017). Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan harus dilandasi
dengan kerangka konsep yang kokoh yang memiliki karakteristik pendidikan
akademik-profesional yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah
laku profesional, belajar aktif, mandiri serta pendidikan di lingkungan
masyarakat.
2.3.3.
Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya
dapat meningkatkan kepercayaan kepada Rumah Sakit (Tribowo, 2013). Pelayanan
keperawatan yang professional merupakan praktik keperawatan yang dilandasi oleh
nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri,
kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi
kepentingan klien. Praktik keperawatan ini menggunakan pengetahuan teoritik
yang kuat dari berbagai ilmu dasar
(biomedik, fisika, biologi, sosial, perilaku) dan ilmu keperawatan
sebagai landasan dalam melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, menyusun
perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan serta
mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2.3.4. Riset
Keperawatan
Riset adalah suatu proses
pemeriksaan secara sistemik terhadap hal-hal yang dapat diobservasi (Brockopp,
1999). Riset dibutuhkan utuk menjelaskan fenomena keperawatan secara
lebih adekuat yaitu dengan menguji teori, apakah akan menumbangkan teori lama
dan memunculkannya sebagai teori yang baru. Yang pada akhirnya dapat dilakukan
lebih lanjut untuk mengembangkan keilmuan keperawatan (body of konowledge) (Alligood, 2014).
Carper (1992) dalam
Delaune (2002) menjelaskan bahwa riset keperawatan harus memiliki empat pola
fundamental, yang pertama bersifat empirik yaitu memanfaatkan riset untuk
menjelaskan, mendeskripsikan, dan memprediksikan; kedua bersifat etikal
yaitu memperluas pengetahuan untuk
menilai, mengklarifikasi dan mengadvokasi; ketiga bersifat personal yaitu
berfokus pada diri dan orang lain; yang terakhir bersifat estetik
yaitu riset harus menginterpretasi dan mensintesis dari suatu pengetahuan.
2.3.5.
Hubungan Interaktif Antara
Pendidikan dan Pengembangan Sains Keperawatan
Berkembangnya
sains keperawatan maka akan mempengaruhi perkembangan di bidang pendidikan
ataupun sebaliknya. Gaffar (1999) mengatakan bahwa pendidikan
khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang
studi/pendidikan keperawatan, penyusunan kurikulum pendidikan, metode
pembelajaran yang digunakan dan penyusunan kompetensi perawat di pendidikan
tinggi adalah merupakan pengembangan sains keperawatan dalam pendidikan hingga
diharapan mampu menjadi mitra kerja dalam memberikan standar pelayanan
kesehatan yang profesional. Hal ini
sesuai dengan Fawcett (2000) yang mengatakan bahwa teori dan
model keperawatan digunakan dalam penyusunan kurikulum dan aktivitas belajar
mengajar. Struktur kurikulum dan proses
pendidikan mencakup panduan tentang: fokus
kurikulum dan tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan keperawatan, keberadaan
umum dan kesinambungan isi yang akan diajarkan, tempat penyelenggaraan,
karakter peserta didik, serta strategi belajar mengajar yang digunakan.Saat model konseptual digunakan dalam penyusunan
kurikulum, harus dihubungkan dengan teori pendidikan dan proses belajar
mengajar. Begitu juga dengan teori substansial dari keperawatan. Teori
keperawatan diaplikasikan ke dalam pendidikan karena bisa membantu memahami
hubungan ilmu pengetahuan dengan praktik, memberikan batasan yang jelas tentang
bidang keperawatan, serta sebagai dasar mentoring.
2.3.6.
Hubungan Interaktif Antara
Pelayanan/Praktik dan Pengembangan Sains Keperawatan
Manfaat teori keperawatan dalam berpikir kritis
dan praktik keperawatan menurut Kilpatrik (2008 dalam Alligood, 2010) adalah
sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dalam praktik keperawatan yang
didalamnya merupakan gabungan antara pengetahuan dan seni. Teori memberikan
pengetahuan dasar dan strukturnya mengarahkan pada tindakan keperawatan professional. Framework digunakan karena penting dalam melaksanakan praktik
keperawatan dengan berdasar pada bukti (evidence-based)
dan mampu menentukan tujuan dari praktik keperawatan. Tanpa framework, informasiselama praktik tidak
dapat tersaring dengan relevan. Teori menjadi dasar berpikir kritis dalam
praktik keperawatan sehingga memandang proses dan praktik keperawatan saling
berkaitan.
Model konseptual, teori dan
indikator empiris sebagai panduan umum praktik professional keperawatan. Praktik keperawatan harus
berdasarkan pada temuan/hasil penelitian, dipelajari dalam pendidikan
keperawatan, diatur dalam administrasi keperawatan, dan begitu sebaliknya
sebagai panduan riset, pendidikan, dan administrasi. Model konseptual yang
telah lengkap mengandung pandangan/pendekatan tertentu untuk praktik
keperawatan. Panduan tersebut tersusun sebagai berikut: tujuan yang akan
dicapai dengan praktik keperawatan, identifikasi permasalahan yang ada, setting praktik, proses keperawatan,
teknik yang dipakai, dan strategi yang digunakan, serta kontribusi perawat
dalam mencapai kesehatan pasien (Alligood, 2010).
Model konseptual digunakan
sebagai arahan/acuan bagi perawat untuk mencari permasalahan, meskipun begitu
teori digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi manifestasi masalah
aktual/potensial dalam situasi pasien. Teori juga mengarahkan/menentukan intervensi
apa yang digunakan dalam situasi tertentu (Lipsey, 1993; Sidani Braden, 1998
dalam Fawcett, 2000). Meleis (2007) menyatakan bahwa teori keperawatan
memberikan gambaran tentang situasi praktik keperawatan dan dapat digunakan
sebagai panduan riset. Teori juga menyediakan framework dan tujuan yang akan dicapai dalam pengkajian, diagnosis,
dan intervensi. Teori merupakan alat yang menyediakan praktik lebih efektif dan
efisien yang membantu mengidentifikasi outcome.
2.3.7.
Hubungan Interaktif antara Riset Keperawatan
dan Pengembangan Sains Keperawatan
Sejarah riset sebagian besar
berasal dari era Florance Nightingale, dalam karyanya Notes on nursing (1959/1969) menekankan pada pentingnya observasi
yang hati-hati dalam merawat pasien. Ia berbendapat bahwa ketika perawat dapat
mengobservasi dengan baik, pasti dapat menentukan perawatan yang terbaik untuk
pasien. Dengan penekanan pada observasi yang sistemik, yang merupakan kebalikan
dari pendekatan trial and error (coba-coba
dalam pemberian perawatan) ini menanamkan bibi-bibit evolusi sains keperawatan
(Brockopp, 1999).
Pengembangan riset memiliki keterikatan
dan memiliki hubungan timbal balik yang saling menopang dalam keberhasilan
sains antara lain: memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan
menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan manajemen
keperawatan. Selanjutnya, dapat meningkatan kualitas pelayanan keperawatan
melalui pemanfaatan hasil penelitian ilmiah, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembiyaan pelayanan keperawatan, serta memahami fenomena secara profesional sehingga dapat menyusun perencanaan,
memprediksi hasil, pengambilan keputusan, dan meningkatkan perilaku sehat klien
(Delaune, 2002). Selain itu juga, pengembangan
sains keperawatan dalam bidang penelitian/riset ini mampu mengembangkan
mengenai teori-teori model keperawatan yang berguna bagi pengembangan profesi
keperawatan. Salah satu hasil dari riset keperawatan digunakan dalam praktik
keperawatan yang berbasis temuan ilmiah (evidence
based practice) (Alligood, 2014).
Riset yang dikembangkan
berdasarkan sains keperawatan memiliki
pengembangan domain yang berbeda dengan pengembangan ilmu lainnya. Berdasarkan National Iinstitutes of Health Clinical
Center Nursing and Patient Care Services, riset keperawatan memiliki pengembangan domain
yang terdiri dari manajemen kasus, praktik klinik, koordinasi dan kesinambungan
perawatan, berkontribusi kepada sains keperawatan, dan proteksi manusia sebagai
subjek. Oleh sebab itu, riset keperawatan menjadi hal yang substansi untuk
pengembangan sains keperawatan. Hal ini dikarenakan, riset keperawatan memiliki
falsafah dan paradigma keperawatan dari setiap fenomena yang akan memiliki
pengaruh dibidang pendidikan dan pelayanan keperawatan profesional.
2.3.8.
Hubungan Interaktif antara Pendidikan,
Pelayanan/praktik dan Riset Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan.
Interaksi antara pendidikan, pelayanan, dan
riset keperawatan saling berkaitan dan mempengaruhi pengembangan sains
keperawatan. Dalam pendidikan, sains keperawatan menjadi dasar untuk
pengembangan kurikulum sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran
analitis untuk menjawab fenomena-fenomena yang ditemukan di pelayanan/praktik.
Melalui pendidikan, metode-metode ilmiah dipelajari dan teori keperawatan
dikembangkan untuk menjadi tuntunan dalam melakukan riset keperawatan.
Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan
interaksi dengan pendidikan dan riset. Pelayanan dapat dijadikan sumber
fenomena keperawatan yang terjadi, sehingga dapat menghasilkan model praktik
keperawatan yang sesuai dengan teori yang dikembangkan di pendidikan dan telah
dibuktikan melalui riset keperawatan. Sedangkan riset keperawatan menjadi hal
substansi dalam pengembangan sains keperawatan, karena melalui riset keperawatan
dapat dibuktikan suatu teori yang dikembangkan di pendidikan sehingga dapat
bermanfaat dan dipraktekkan di pelayanan kesehatan.
Menurut Alligood (2014) upaya
yang dilakukan untuk membuktikan kesahihan (rigor) dari riset untuk pengujian
suatu teori dalam keperawatan, maka perawat ilmuan dan praktisi berupaya untuk
lebih menekankan pada hubungan antar teori, riset dan praktik dengan cara :
a.
Perkembangan
lebih lanjut dari teori keperawatan yang relevan dengan praktik perawat
spesialis.
b.
Meningkatkan
kolaborasi antara peneliti dan praktisi.
c.
Memotivasi
perawat peneliti untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada pihak
praktisi.
d.
Meningkatkan
upaya untuk menghubungkun teori middle-range dengan paradigma keperawatan.
e.
Meningkatkan
pada fokus riset klinis.
f.
Meningkatkan
penggunaan teori keperawatan untuk praktik berdasarkan teori (theory-based
practice) dan pengambilan klinis.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendidikan,
pelayanan dan riset keperawatan saling memiliki hubungan interaksi yang tidak
dapat dipisahkan.
BAB 3
PENUTUP
PENUTUP
Pembahasan
pada bab ini tentang kesimpulan dari konsep falsafah dan paradigma sains
keperawatan serta pengembangan sains keperawatan dan hubungan interaktif antara
pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains
keperawatan.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan
yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1. Falsafah
sains keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berpikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang diberikan
pada klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai mahluk
yang holistik, yang harus dipenuhi kebutuhan biologis, psikologis, social,
kultural dan spiritual melalui asuhan keperawatan yang komprehensif,
sistematis, logis dengan memperhatikan aspek kemanusian bahwa setiap klien
berhak mendapat perawatan.
3.1.2. Paradigma
keperawatan adalah cara pandang yang
mendasar atau cara melihat, memikirkan dan memberikan makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan serta
memberi arahan kepada perawat dalam menyikapi dan menyelesikan berbagai
persoalan yang melingkupi profesi keperawatan.
3.1.3. Ada lima
karakteristik sains keperawatan yaitu ilmu pengetahuan artinya ilmu keperawatan
dapat dipelajari oleh siapa saja yang berminat. Objektif, artinya ilmu
keperawatan dapat menginterperstasikan objek yang sama dengan cara yang sama.
Abstrak, yaitu ilmu keperawatan ditunjukan bagi umat manusia yang tidak lepas
dari kebutuhan, ini tertuang dalam
jumlah kosnep tentang manusia yakni manusia sebagai mahluk yang holistik.
Konseptual, yaitu ilmu keperawatan mempunyai konsep yang membangun teori
keperawatan, konsep ini yang ditemukan oleh beberapa teori keperawatan.
Generalisasi, dengan adanya kosep manusia dan teori keperawatan,maka ilmu
keperawatan dapat dipublikasikan sehingga dapat diketahui dan diterima oleh
umum.
3.1.4. Paradigma keperawatan
membantu dalam menentukan tujuan dan batas-batas dari ilmu keperawatan.
Dalam keperawatan, paradigma berdasarkan pada berbagai nilai dan konsep
mengenai orang.kesehatan,lingkungan dan keperawatan itu sendiri.
3.1.5. Sains
Keperawatan juga mencakup pendidikan, pelayanan dan riset keperawatan, dimana
pendidikan digunakan sebagai landasan ilmu dalam mempraktikan ilmu-ilmu yang
dimiliki di lahan praktik .Sebagai suatu profesi Keperawatan memiliki ilmu pengetahuan
yang didapat melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan manfaatannya
bagi manusia. Serta
mendasari perawat dalam melihat, memikirkan, menyikapi, memilih dan memberi
makna dari berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Teori-teori ilmu
keperawatan sudah sejak lama diungkapkan oleh para ahli melalui berbagai sudut
pandang mereka yang diperoleh dari fenomena-fenomena yang ditemukan saat mereka melakukan asuhan keperawatan. Dari pengalaman-pengalaman
yang ada dalam lahan praktik munculah berbagai penelitian-penelitian yang
dijadikan bahan riset. Hasil dari riset tersebut pada akhirnya bisa di
aplikasikan kembali dalam pendidikan Hal ini menimbulkan lingkaran keterkaitan
yang selalu berproses untuk menciptakan temuan temuan yang digunakan sebagai
pengembangan sains keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood,
M. R. (2014). Nursing theorist and their
work. 8th ed. St. Louis: Elsevier Mosby.
Alligood,
M.R. (2014). The nature of knowledge needed for nursing
practice Nursing theory: Utilization & application.. St. Louis: Mosby .
p. 3 – 10.
Asmadi (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Brockopp, D.Y.,& Tolsma, Marie
T.H. (2003). Fundamentals of nursing research. 3rd ed. Usetts:
Jones and Bartlett Publishers.
Creasia, J.L.,& Parker, B.J.
(2007). Conceptual foundations the bridge
to professional nursing Practice. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsivier.
De
Laune, Sue C., Ladner, K. Patricia. (2002). Fundamental
of nursing: Standard and practice. 2nd ed. New York: Delmar.
Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and
evaluation of nursing models and theories. 2nd ed. Philadelphia:
F. A. Davis Company.
Gaffar, Laode J.
(1997). Pengantar keperawatan profesional. EGC: Jakarta.
Hood,
Lucy J. (2014). Conceptual bases of
professional nursing. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.
KBBI.
(2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online - definisi kata. Potensi.
Retrieved from http://kbbi.web.id/
Leddy,
S., & Pepper, J.M. (1998). Conceptual
bases of professional nursing. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Marriner, A., & Alligood, M. R. (2010). Nursing theorists and their works. 7th
ed. St. Louis: Mosby Elsevier.
McEwen, M.,&
Wills, E.M. (2007). Theoretical basis for
nursing. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams &Wilkins.
Peterson,
S.J.,& Bredow, T.S. (2013). Middle range theories: Aplication
to nursing research. 3rd ed. China: Library of
Congress Catalonging-in-Publication Data.
Peterson.
J &Bredow. T.S. (2009). Middle range
theories: Application to nursing research. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins
PPNI.
(2017). Pendidikan keperawatan. https://inna-ppni.or.id/pendidikan-keperawatan/.
Diunduh tanggal 8 September 2017 pukul 13.30 WIB
Potter,P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals
of nursing. 7th ed.
St. Louis, MO: Mosby Elsevier.
Potter,
Patrecia A., & Anne Griffin. (2013). Fundamental
of nursing. 8th ed.
St. Louis: Elsevier Mosby.
Triwibowo.
(2013). Manajemen pelayanan keperawatan
di rumah sakit.
Jakarta: TIM.
Tomey,
A.M.& Alligood, M. R.
(2010). Nursing theorist and their works. 7th ed. St. Louis: Mosby Elsivier.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar