BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan
pengetahuan membawa berbagai dampak pada timbulnya berbagai penyakit yang
kompleks, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi. Adapun salah satu
penyakit non infeksi adalah gagal jantung. Gagal jantung merupakan keadaan di mana
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Klien dengan gagal jantung memerlukan pengobatan dan
perawatan yang baik untuk mencapai kemampuan aktivitas yang maksimal.
Keperawatan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mempercepat penyembuhan dan pemulihan kondisi klien
seperti semula. Namun demikian, keperawatan memerlukan suatu kerja sama yang
baik dengan tim kesehatan yang lain seperti dokter, ahli gizi dan fisioterapi
guna mempercepat pemulihan yang maksimal.
Klien gagal jantung yang telah mencapai
tingkat lanjut dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan banyak tergantung pada
perawat. Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
maksimal dalam memenuhi kebutuhan klien hingga klien mampu memenuhi kebutuhan
secara mandiri.
Adapun upaya keperawatan yang diberikan
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Makalah ini
membahas tentang “Asuhan Keperawatan Gagal Jantung”.
A. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan di
mana jantung tidak mampu memompakan darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal. Dengan perkataan lain,
gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah
yang memadahi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure)
atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung
yang tinggi (backward failure) atau kedua-duanya.
Klasifikasi Gagal Jantung:
Ø Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri atau
gagal ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh
ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan
akhirnya sistolik di ventrikel kiri dan volume akhir diastolik di ventrikel
kiri meningkat. Keadaan ini merupakan beban bagi atrium kiri dalam kerjanya
mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik dengan akibat terjadinya kenaikan
tekanan rata-rata di atrium kiri yang menyebabkan hambatan pada aliran masuknya
darah dari vena-vena pulmonal. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka akan
terjadi bendungan di paru-paru dengan akibat terjadi edema paru.
Jika beban pada ventrikel kiri tersebut
terus bertambahn akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi
dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas kemampuannya. Jika beban
tersebut tetap meninggi, maka pada suatu saat tidak teratasi lagi oleh
ventrikel kanan, maka terjadilah gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya
terjadi gagal jantung kiri kanan.
Ø Gagal Jantung Kanan
Gagal jantung kanan dapat pula terjadi
karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan, sehingga isi
sekuncup ventrikel kanan menurun, tanpa didahului adanya gagal jantung kiri.
Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel, tekanan dan volume akhir diastolik
ventrikel kanan akan meningkat dan keadaan ini menjadi beban bagi atrium kanan
dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu distolik. Akibat dari hal di
atas, akan terjadi kenaikan tekanan di atrium kanan, sehingga terjadi hambatan
pada aliran masuk darah dari vena cava superior ke jantung, hal ini akan
mengakibatkan kenaikan tekanan dan adanya bendungan pada vena-vena sistemik
terutama bendungan pada vena jugularis dan hepar.
Jika keadaan ini berlanjut
terus, maka akan terjadi bendungan sistemik yang lebih berat seperti edema pada
tumit/tungkai bawah dan asites.
Ø Gagal Jantung Kongestif atau Gagal Jantung Kanan
dan Kiri
Bila terjadi gangguan
jantung kiri dan jantung kanan secara bersamaan, maka keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif. Gagal jantung kongestif umumnya ditandai dengan adanya
bendungan paru dan bendungan sistemik pada waktu bersamaan.
B. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala dan tanda yang muncul pada Gagal Jantung
Kiri adalah:
· Kongesti vaskuler pulmonal
· Dispnoe
· Orthopnoe
· Paroksismal nocturnal dyspnoe
· Batuk disertai darah
· Edema paru akut
· Penurunan curah jantung
· Disritmia
· Suara gallop ventrikel S3, gallop atrial S4
· Pernapasan Ceyne Stockes
· Adanya pulsus alternans
· Adanya suara crackles paru
· Adanya bunyi napas weezhing.
2. Tanda dan gejala yang muncul pada Gagal Jantung
Kanan antara lain:
· Curah jantung rendah.
· Disfungsi vena jugularis.
· Edema dependen (pre tibial, edema pre saclar,
asites, dan hidrothoraks).
· Hepatomagali
· Hiponatremia dan hipokalemia.
· Gangguan gastro intestinal seperti anoreksia,
muntah, rasa kembung.
3. Tanda dan gejala yang muncul pada gagal jantung
kongestif biasanya merupakan gabungan dari tanda dan gejala gagal jantung kanan
dan gagal jantung kiri.
C. PATOFISIOLOGI
Bila curah jantung karena suatu keadaan
menjadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, maka jantung
akan memakai mekanisme kompensasi. Mekanisme kompensasi ini sebenarnya sudah
dan selalu dipakai untuk mengatasi beban kerja ataupun pada saat menderita sakit.
Bila mekanisme ini telah secara maksimal digunakan dan curah jantung tetap
tidak mencukupi maka barulah timbul gejala gagal jantung. Mekanisme kompensasi
ini terdiri dari beberapa macam dan bekerja secara bersamaan serta saling
mempengaruhi, sehingga secara klinis tidak dapat dipisah-pisahkan secara jelas.
Dengan demikian diupayakan memelihara tekanan darah yang masih memadai untuk
perfusi alat-alat vital. Mekanisme ini mencakup:
· Mekanisme Frank Starling : pada setiap beban awal,
isi sekuncup menurun dibandingkan dengan normal dan setiap peningkatan isi
sekuncup pada gagal jantung menuntut kenaikan volume akhir diastolik lebih
tinggi dibandingkan normal.
· Pertumbuhan hipertrofi ventrikel; pada gagal
jantung, stress pada dinding ventrikel bisa meningkat, baik akibat dilatasi
(peningkatan radius ruang) atau beban akhir yang tinggi (misal pada stenosis
aortik atau hipertensi yang tidak terkendali). Peninggian stress terhadap
dinding ventrikel yang terus menerus merangsang pertumbuhan hiopertropi
ventrikel dan kenaikan massa ventrikel.
· Aktivasi neurohormonal; perangsangan neurohormonal
merupakan mekanisme kompensasiyang mencakup sistem syaraf adrenergik, sistem
renin angiotensi, peningkatan produksi hormon antidiuretik, semua sebagai
jawaban terhadap penurunan curah jantung.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
· Laboratorium
ü Hematologi: HB, HT, Leukosit
ü Elektrolit : K, Na,Cl, Mg,
ü Gangguan fungsi ginjal dan hati
ü Ureum, Creatinin, BUN, urine lengkap
ü SGOT, SGPT
ü Gula darah
ü Kolesterol, Trigliserida
· EKG
ü Penyakit jantung koroner: iskemik, infark
ü Pembesaran jantung: LVH
ü Aritmia
ü Perikarditis
· Foto Rontgen thoraks
ü Edema alveolar
ü Edema anisietas
ü Efusi pleura
ü Pelebaran vena pulmonalis
ü Pembesaran jantung
· Ekokardiogram: menggambarkan ruang-ruang dan katup
jantung
· Radio nuklir
ü Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
ü Mengindentifikasi kelainan perfusi miokard
· Kateterisasi
ü Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
ü Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
ü Biopsi endomiokarditis dan kelainan otot jantung
ü Meneliti elektrofisiologis dan aritmia ventrikel
berat rekuren
ü Beratnya lesi katup jantung
ü Angiografi ventrikel kiri:
- identifikasi hipokinetik
- aneurisma ventrikel
- Fungsi ventrikel kiri
ü Arteriografi koroner:
ü Identifikasi lokasi stenosis arteri koroner
E. MANAGEMENT
TERAPI
1. Istirahat / tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kerja jantung
dan menurunkan beban kerja jantung.
2. Oksigen
Pemberian
oksigen bertujuan untuk meningkatkan perfusi oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
3. Diet
Makanan
yang diberikan adalah makanan lunak, rendah garam dan cairan yang masuk
dibatasi.
4. Obat-obatan
a. Diuretik
Pemberian diuretik baik oral maupun parenteral akan
menurunkan preload dan kerja jantung. Pemberian diuretik sebaiknya diikuti oleh
pemberian kalium.
b. Digitalis
Merupakan obat utama untuk meningkatkan
kontraktilitas otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Sebaiknya
hati-hati dan perlu pengawasan yang cermat terhadap munculnya keracunan
digitalis.
c. Morfin
Morfin bermanfaat untuk mengurangi
edema paru akut dan mempunyai efek vasodilatasi perifer yang menurunkan aliran
balik vena dan kerja jantung. Hati-hati terhadap terjadinya depresi pernafasan.
d. Terapi nitrat dan vasodilatasi
Terapi nitrat dan vasodilatasi menyebabkan
vasodilatasi perifer, penurunan afterload, penurunan tekanan arteri pulmonal
dan penurunan konsumsi oksigen.
e. Inotropik positif
· Dopamin dosis rendah 2,5-5 ug/kgbb/mnt akan
merangsang alfa adrenergic, beta adrenergic dan reseptor dopamin.
· Dopamin dosis sedang 5-10 ug/kgbb/mnt mempunyai
respon inotropik positif, kronotropik dan dromotropik.
· Dopamin pada dosis maksimal 10-20 ug/kgbb/mnt akan
terjadi vasokonstriksi dan peningkatan beban kerja jantung.
· Dobutamin diberikan dengan dosis seperti dopamine,
tapi mempunyai efek sedikit vasokonstriksi pembuluh perifer, memperbaiki isi
sekuncup dan curah jantung disertai sedikit takikardia.
f. Tindakan-tindakan mekanis
Dilakukan dengan
konterfulasi balon intra aortic atau pompa PBIA. Dukungan sementara ini
meningkatkan aliran darah koroner, memperbaiki isi sekuncup, mengurangi preload
dan afterload ventrikel kiri.
BAB II
STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
1. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Faktor pencetus
e. Faktor resiko
f. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terhadap
penyakitnya.
g. Riwayat sosial ekonomi
h. Riwayat spiritual
i. Riwayat psikososial
j. Kebiasaan sehari-hari : nutisi, eliminasi,
kebersihan diri, istirahat, olahraga.
3. Pemeriksaan fisik
Mata:
konjungtiva, sklera.
Leher: JVP, bising arteri karotis.
· Paru: pernafasan, frekuensi, irama, suara nafas:
vesikuler, suara tambahan: ronki.
· Jantung: tekanan darah, nadi (frekuensi, irama,
kekuatan), aspeks jantung, bising jantung.
· Abdomen: asites, bising, lingkar perut.
· Ekstreminitas: temperatur, kelembaban, edema.
4. Pemeriksaan penunjang
· Laboratorium
· EKG
· Foto Rontgen
· Ekokardiogram
· Kateterisasi
· Radio nuklir
5. Terapi/pengobatan
· Diuretik
· Vasodilator
· ACE-inhibitor
· Digitalis
· Dopaminergik
· Oksigen
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL:
1. Intoleransi aktifitas
2. Cemas
3. Kelebihan volume cairan
4. Kerusakan pertukaran gas
5. Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
7. Resiko kerusakan integritas kulit
8. Potensial komplikasi shoch kardiogenik
9. Perubahan perfusi jaringan
C. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
No.
|
Diagnosa Keperawatan
Masalah Kolaboratif
|
Rencana Keperawatan
|
|
Tujuan
|
Intervensi
|
||
1.
|
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan:
· Kelemahan
· Bedrest
· Gaya hidup yang menetap
· Keletihan
· Insufisiensi transpot oksigen
DS:
· Mengeluh merasa keletihan atau
kelemahan
DO
· Ketidaknyamanan/dispnoe
· Denyut jantung atau TD abnormal
· Perubahan ECG selama aktifitas
merefleksikan aritmia/iskemia
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …..X 24 jam diharapkan bertoleransi terhadap aktifitas, kriteria:
·
Dapat mendemonstrasikan daya tahan, konservasi energi.
Perawatan
diri:
·
Aktifitas hidup sehari-hari (ADL), aktifitas instrumen dalam kehidupan
sehari-hari (IADL).
Konservasi energi:
Dengan 5 indikator : tidak sama
sekali, ringan, sedang, berat, sangat berat:
·
Menyadari keterbatasan energi
·
Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat
·
Daya tahan adekuat untuk aktifitas
|
Aktifitas keperawatan:
Mandiri
·
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.
·
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas.
·
Tentukan penyebab kelelahan.
·
Monitor respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (misal takikardia,
disritmia, dyspnea).
·
Monitor respon oksigen pasien terhadap aktifitas perawatan diri.
·
Monitor intake nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.
·
Monitor/mendokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya waktu
tidur.
Pendidikan kesehatan pada pasien keluarga
v Instruksi kesehatan pada pasien
keluarga:
·
Penggunaan peralatan seperti O2 selama aktifitas.
·
Penggunaan teknik relaksasi selama aktifitas.
·
Ajarkan aktifitas bertahab.
·
Ajarkan teknik perawatan diri untuk meminimalkan konsumsi O2, misal
mandi sambil duduk.
·
Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan teknik managemen waktu untuk
mencegah kelelahan.
Aktifitas Kolaborasi:
·
Berikan medikasi nyeri sebelum aktifitas, seperti; analgetik.
·
Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik,/rekreasi untuk
merencanakan dan memonitor program aktivitas sesuai kebutuhan.
·
Beri tindakan pacu jantung bila perlu.
·
Rujuk pada home health untuk mengumpulkan pelayanan tentang
pembantu home care sesuai kebutuhan.
·
Rujuk pada ahli gizi untuk merencanakan makanan untk meningkatkan
intake makanan yang tinggi energi.
|
2.
|
Cemas berhubungan dengan:
· Ancaman terhadap peru-bahan status
kesehatan.
· Perjalanan alamiah penyakit.
DS:
· Klien mengeluh sedih dan cemas
dengan keadaan sakitnya.
DO:
· Imsomnia
· Kontak mata yang kurang
· Tak dapat istirahat
· Melihat dengan sekilas tanpa
perhatian
· Berduka
· Fokus pada diri sendiri
· Iritabilitas
· Nyeri dan peningkatan
ketidakberdayaan yang persisten
· Tremor pada tangan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam …..X 24 jam diharapkan kecemasan berkurang. Kriteria:
·
Mendemonstrasikan secara konsisten pengontrolan agresi, kontrol
kecemasan, koping, kontrol impuls, interaksi sosial yang efektif.
·
Kontrol kecemasan:
Ø Merencanakan strategi koping untuk
situasi yang menegangkan.
Ø Memelihara penampilan peran
Ø Melaporkan tak ada gangguan
persepsi sensori.
Ø Melaporkan tak ada manifestasi
kecemasan secara fisik.
Ø Manifestasi perilaku akibat
kecemasan tidak ada.
|
Aktifitas keperawatan:
Mandiri
·
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
·
Identifikasi mekanisme koping individu yang telah dimiliki/belum dimiliki
untuk mengurangi kecemasan di masa lalu.
Pendidikan untuk pasien/ keluarga:
·
Kembangkan rencana pengajaran dengan tujuan yang realistis termasuk
kebutuhan untuk pengulangan, dorongan dan pujian dari tugas-tugas yang telah
dipelajari.
·
Sediakan informasi aktual menyangkut diagnosis, perawatan dan
prognosis.
·
Instruksikan tentang penggunaan teknik relaksasi
·
Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan
selama prosedur.
Aktifitas
Kolaborasi:
·
Berikan medikasi untuk mengurangi kecemasan sesuai kebutuhan.
|
3.
|
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan :
· Masalah mekanisme pengaturan.
· Pemasukan cairan yang berlebihan.
· Pemasukan natrium yang berlebihan.
DS:
· Klien mengeluh sesak napas.
DO:
· Bunyi napas abnormal (rales,
cracles).
· Perubahan elektrolit.
· Edema anarsaka
· Azotemia
· Perubahan tekanan darah meningkat.
· Perubahan status mental
· Perubahan pola respirasi meningkat.
· Edema perifer.
· Peningkatan tekanan vena sentral.
· Distensi vena jugularis.
· Oliguria
· Perubahan berat jenis
· Asupan melebihi keluaran
· Perubahan Hb dan Ht
· Peningkatan BUN/creatinin
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam …… X 24 jam diharapkan kelebihan volume cairan dapat
dikurangi, kriteria:
·
Keseimbangan pemasukan dan keluaran dalam 24 jam.
·
Tak ada bunyi napas tambahan.
·
Berat badan stabil
·
Tak ada asites, distensi vena leher dan edema perifer.
·
BJ urine dalam batas normal.
|
Aktifitas Keperawatan:
Mandiri
·
Kaji adanya edema dan derajat edema (pada gagal jantung kanan).
·
Monitor vital sign: yang diindikasikan dengan meningkatkan distress
pernapasan, miningkatnya tekanan nadi, meningkatnya tekanan darah, bunyi
napas yang abnormal.
·
Kaji edema ekstremitas/ bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan
integritas kulit.
·
Monitor secara teratur lingkar ambdomen / tungkai bawah.
·
Pengelolaan cairan:
-
Timbang BB tiap hari dan monitor
kemajuannya
-
Pertahankan keakuratan catatan pemasukan dan pengeluaran
·
Monitor hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misal:
perubahan elektrolit, peningkatan BJ, peningkatan BUN, penurunan Ht, dan peningkatan kadar
osmolalitas urine).
·
Monitor indikasi kelebihan/ retensi cairan (misal: cracles, peningkatan
CVP, edema, distensa vena leher, dan ascites) sesuai keperluan.
Peningkatan kesehatan
pada pasien keluarga:
·
Ajarkan pasien untuk memperhatikan
penyebab dan mengatasi edema, pembatasan diet dan penggunaan dosis dan efek
samping dari medikasi yang dianjurkan.
Aktivitas
Kolaboratif:
·
Lakukan dialisasi jika diperlukan.
·
Konsultasikan ke dokter jika tanda-tanda gejala kelebihan volume cairan
muncul/memburuk.
·
Berikan diuresis sesuai keperluan.
Aktifitas Lain:
·
Perubahan posisi.
·
Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah balik.
·
Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan untuk pasien.
|
4.
|
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan :
·
Perubahan membran kapiler-alveolar.
·
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
DS:
·
Klien mengeluh sesak napas saat istirahat maupun beraktivitas.
DO:
·
Gas darah arteri yang abnormal.
·
Keabnormalan frekuensi, ritme, kedalaman pernapasan.
·
Warna kulit abnormal.
·
Diaporesis.
·
Hiperkapni
·
Hipoksia
·
Takikardiaa
|
Setelah dilakukan tindakan selama
perawatan diharapkan gangguan pertukaran gas akan terkurangi, kriteria:
·
Tingkat kesadaran dalam batas normal.
·
Dyspnoe pada saat istirahat dan aktifitas tidak ada.
·
Gelisah, sianosis dan kelelahan tidak ada.
·
PaO2, PaCO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.
|
Aktivitas Keperawatan :
F. Mandiri
·
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha, produksi sputum.
·
Monitor saturasi O2 dengan oksimeter.
·
Monitor analisa gas darah.
·
Monitor kadar elektrolit (natrium, klorida, kalium, kalsium,
magnesium).
·
Monitor status mental (misal: tingkat kesadaran, gelisah dan bingung)
·
Meningkatkan frekuensi pemantauan bila pasien tambah somnolen.
·
Observasi terhadap sianopsis terutama membran mukosa mulut.
·
Atur posisi semi fowler.
Pengelola jalan
nafas :
·
Identitas kebutuhan pasien akan insersi aktual/potensial jalan nafas.
·
Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan, hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan.
·
Monitor status pernafasan dan oksigenitas sesuai kebutuhan.
Pendidikan untuk
pasien/keluarga:
·
Jelaskan penggunaan alat-alat bantu yang diperlukan (oksigen, suction,
spirometer)
·
Anjurkan pasien teknik bernafas dan relaksasi.
·
Anjurkan pasien dan keluarga untuk merencanakan perawatan di rumah
(misal: medikasi, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan.
Aktivitas
Kolaborasi:
·
Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan AGD dan
pengguanaan alat bantu yang dianjurkan sampai dengan adanya perubahan pada
kondisi pasien.
·
Laporkan sehubungan dengan penkajian data (misal: bunyi nafas, pola
nafas, analisa gas darah arteri, efek dari medikasi).
·
Beri medikasi yang dianjurkan untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa.
·
Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila diperlukan.
Pengelolaan jalan
nafas :
·
Beri pelembab udara/oksigen
sesuai keperluan
·
Beri bronkodilator sesuai keperluan
·
Beri nebulasi ultrasonik.
|
5.
|
Ketidakpatuhan terhadap program
pengobatan berhubungan dengan:
·
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, latihan aktivitas,
pengobatan, tanda gejala, komplikasi dan perawatan diri.
·
Keletihan.
DS:
·
Klien selalu menanyakan tentang penyakitnya.
DO:
·
Klien tidak mengetahui tentang penyakit dan pengobatan.
·
Klien tidak dapat mematuhi regimen terapi.
|
Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama ,,,,, X 24 jam diharapkan kepatuhan dalam pengobatan
efektif,
Kriteria:
·
Klien mengugkapkan perasaan yang berhubungan dengan
mematuhi regimen terapi yang diharuskan.
·
Mengidentifikasi sumber pendukung untuk membantu kepatuhan.
·
Mengungkapkan potensial komplikasi dari kepatuhan.
|
·
Ajarkan klien dan keluarga tentang kondisi dan penyebabnya.
·
Jelaskan kebutuhan untuk mematuhi diet rendah natrium dan pembatasan
cairan sesuai program.
·
Jelaskan kerja obat yang diprogramkan, yang secara khas mencakup
preparat digitalis, vasodilator dan diuretik. Digitalis meningkatkan isi
sekuncup jantung, yang menurunkan kongesti dan tekanan diastolik. Deuretik
menurunkan reabsorsi alektrolit, terutama natrium, sehingga meningkatkan
kehilangan cairan. Vasodilator menurunkan preload dan afterload, sehingga
memperbaiki kinerja jantung.
·
Ajarkan klien bagaimana menghitung frekuensi nadinya.
·
Ajarkan klien untuk menimbang berat badannya sendiri setiap hari dan
melaporkan peningkatan 0,9 kg atau lebih.
·
Jelaskan kebutuhan untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap dan
istirahat bila terjadi dyspnea dan kelemahan.
|
6.
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia.
DS:
·
Klien melaporkan makan tidak adekuat.
·
Tidak napsu makan, mual, muntah.
DO:
·
Dengan penurunan berat badan/tidak.
·
BB 10-20% di bawah BB ideal.
·
Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah kurang dari 60% standar
pengukuran.
·
Penurunan albumin serum.
·
Penurunan transferin serum/penurunan kapasitas ikatan besi.
|
Setekah dilakukan tindakan
keperawatan dalam …..X 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh seimbang,
kriteria:
·
Masukan adekuat.
·
BB stabil/tidak terjadi penurunan.
·
Mual, muntah tidak ada.
·
Kadar albumin serum, transferin serum normal.
|
·
Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama.
·
Diskusikan penyebab anoreksia dan mual.
·
Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
·
Tawarkan makanan sedikit tapi sering (sesuai dengan diet jantung).
·
Pertahankan higiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan.
·
Timbang berat badan sesuai indikasi.
·
Konsultasi dengan ahli gizi.
·
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium: Protein serum dan albumin.
|
7.
|
Risiko kerusakan integritas kulit
dengan faktor resiko:
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam……x24 jam diharapkan tidak terjadi keruskan intergritas
kulit.
|
|
9
|
Perubahan fungsi jaringan b/d
penurunan mekanik aliran darah vena/arteri.
DS:
DO:
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam …. X 24 jam, diharapkan tidak terjadi perubahan perfusi
jaringan, kriteria :
|
-
lakukan penilaian komprohensif sirkulasi perifer, antara lain : pulsasi
perifer leher edema, pengisian kapiler, warna dan suhu dan ekstremitas.
-
Monitor status cairan melalui pemasukan dan pengeluaran.
|
Bidang
Pendidikan dan Latihan Pusat Kesehatan dan Pembuluh Darah Nasional RS Jantung
Harapan Kita, Buku Ajar keperawatan kardiovaskuler, Edisi l, Editor Heni
Rokhaeni, dkk, Jakarta, 2001.
Carpeneto, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Edisi 2, EGC, Jakarta,1999.
Chung, Edward K, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular, Alih
Bahasa Petrus Andrianto, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1995.
Depkes, Proses Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular, EGC, Jakarta 1993.
Doenges, E Marilyn, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
perrencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Penerbit EGC,
Jakarta, 1999.
Hudak & Gallo, Critical Care Nursing dan Holistic Approac,
Alih Bahasa Allenidokania, EGC, Jakarat 1997.
Lily Ismudiati Riantono, dkk, Buku Ajar Kardiologi, Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1998.
NANDA, Nursing Diognosis : Definition & Clasification
2001-2002.
NANDA, Nursing Interventions & Nuesing Outcomes Classification,
2000.
Noor S, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid l, Edisi 3, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar