I.
Definisi
Retinoblastoma adalah
suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau kedua mata.
II.
Patofisiologi
-
Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas
pada lapisan nucleus retina
-
Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nucleus
retina dan tumbuh kedalam kapasitas
vitreus (type endophytic).
-
Type exophytic muncul dalam lapisan eksternal nucleus
dan tumbuh kedalam rongga subretina, dengan detachment retina.
-
Sering kali tumbuh secara kombinasi endophytic dan
exophytic
-
Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sclera san
saraf optic
-
Penyebaran tumor secara hematogen: bone marrow,
skeletal, nodus limphe dan hati
III. Etiologi
-
Secara pasti belum diketahui
-
Faktor
herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom
-
Mutasi
sel germinal yang bersifat dominan autosom, dapat juga terjadi mutasi sporadik.
Bisa juga terjadi mutasi sel
somatis atau autosomal resesif dan kejadian ini biasanya unilateral. Penanda
genetik yang bisa dipakai antara lain enzim esterase-D, LDH (laktat
dehidrogenase). LDH ini
ditemukan dalam humor aqueus karena nekrosis dari sel-sel tumor.
-
Riwayat
keluarga yang menderita kanker apapun, misalnya : ca cervix/mammae, ca paru.
Sifat sel tumor pleotropik, jadi punya kecenderungan untuk mutasi kebentuk
apapun
IV. Manifestasi Klinis
-
Tumor intraokuler tergantung ukuran dan posisi
-
Refleks mata boneka “cat eye reflex” atau leukokoria, pupil keputihan
-
Strabismus
-
Radang orbital
-
Hyphedema
-
Pandangan
hilang unilateral tidak dikeluhkan anak
-
Sakit
kepala
-
Muntah,
anorexia dan berat badan menurun
V.
Klasifikasi
Klasifikasi Intraokuler menurut Reese & Elsworth :
Stadium I :
A. Solid < 4 diameter pupil (disc diameter, dd) dibelakang ekuator
B. Multiple > 4 dd, pada/ di belakang
ekuator.
Stadium II
A. Solid 4 – 10 dd
B. Multipet 4-10 dd di belakang ekuator
Stadium III
A. Di depan ekuator
B. Lebih dari 10 dd, di belakang ekuator
Stadium IV
A. Multipel > 10 dd
B. Sampai ora serrata
Stadium V
A. Separuh luas retina
B. Korpus vitreum
Klasifikasi ekstraokuler
menurut Retinoblastoma Study Committee :
Group I : saat enukleasi tumor
ditemuka disklera, atau sel tumor ditemukan di emisaria sklera
Group II : tepi irisan N II
tidak bebas tumor
Group III : biopsi
mengungkapkan tumor sampai dinding orbita
Group IV : tumor ditemukan di
cairan serebrospinal
Group V : tumor menyebar
secara hematogen ke organ dan tulang panjang
VI.
Pemeriksaan Diagnostik
-
Pemeriksaan
fisik : opthalmoscopy bilateral, foto fundus dimana terdapat gambaran kalsifikasinberupa
warna putih dan ablasi retina.
-
CT scan digunakan untuk melihar perluasan tumor
ketulang.
-
MRI dapat digunakan untuk melihat perluasan tumor
ke nervus optikus.
-
Pemeriksaan laboratorium meliputi enzim LDH dan
esterase-D
-
Sensitivitas USG mencapai 97 % dan dapat membedakan
retinoblastoma dengan retinoprematuritas.
-
Aspirasi bone marrow
VII. Penatalaksanaan Terapeutik
-
Tergantung stadium dan diagnosis
-
Stadium
I, II, III biasanya dengan external irradiasi
-
Tujuan
pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan mempertahankan pandangan
-
Radiasi
biasanya diberikan diatas 3 – 4 minggu.
-
Pembedahan
(enukleasi) adalah pilihan karena pertumbuhan tumor, khususnya pada saraf yang
terlibat, enukleasi dilakukan pada stadium intraokuler lanjut.
-
Kemoterapi
dilakukan pada tumor yang berdiferensiasi jelek dan memiliki perluasan
ekstraokuler, metastasis limponodi serta metastasis jauh Indikasi kemoterapi
menurut CCSG (Children Cancer Study Group)
2002 adalah grup V dan diberikan setelah enukleasi. Kemoterapi yang bisa
diberikan (CADO) adalah siklofosfamid 20-40 mg/kg intravena (1 jam infus) 1
kali/3 minggu. selama 57 minggu,
diksorubisin 0,67 mg/kg intravena (1 jam infus) 3 kali/3 minggu selama 27
minggu dan vinkristin 0,05 mg/kg intravena (1jam infus) 1 kali/3 minggu selama
57 minggu. Sedangkan untuk retinoblastoma stadium Hb, regimen kemoterapi
menggunakan karboplatin 560 mg/m2 1/kali perminggu diberikan selama 6 minggu,
etupuside 150 mg/m2 2 kali/minggu selama 6 minggu dan vinkristin 1,5
mg/m2 1 kali/minggu selama 6 minggu. Bila ada perluasan ke susunan
daraf pusat maka bisa diberikan metotrexat intratekal dan radiasi kraniospinal.
-
Kemoterapy
pada kasus extraokuler, regional atau sudah metastase. Oya diantaranya :
cytoxon, vincristine (oncovin), dagtinomycin, doxorubicin, ciplaxin,
methotrexate
VIII.
Prognosis
Berdasarkan klasifikasi
intraokuler menurut Reese & Elsworth untuk grup I prognosisnya sangat baik
dengan angka kematian rendah. Untuk grup II prognosisnya baik dengan angka
kematian 60 %. Untuk grup III prognosisnya meragukan dengan angka kematian 90 %
dan untuk grup IV angka kematiannya 100 %. Berdasarkan klasisikasi
retinoblastoma Study Committee (ekstraokuler), grup I memiliki angka kematian
cukup tinggi, Grup II angka kematiannya 60 %, grup III angka kematiannya 90 % dan
grup IV angka kematiannya 100 %.
IX.
Pengkajian Keperawatan
-
Riwayat
keluarga
-
Lihat
gejala : strabismus, refleka bola mata, peradangan orbital, muntah dan sakit
kepala
-
Pemeriksaan
fisik : kaji reaksi pupil terhadap cahaya, ukuran dan leukokoria
-
Evaluasi
strabismus bila memeriksa keseimbangan otot-otot mata
-
Kaji
mata dengan menghubungkan tanda-tanda : eritema, radang orbital, hyphema dan
heterochromia iridis.
X.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Kecemasan orang tua berhubungan dengan
diagnostik, pengobatan dan implikasi diagnosis genetik
2. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan perubahan kulit, hilangnya bulu mata, atropi lemak, gangguan pertumbuhan
dan mata kering karena radiasi
3. Takut berhubungan dengan hospitalisasi,
diagnosis dan prosedur pengobatan
4. Gangguan citra tubuh dan tidak efektif
koping berhubungan dengan enukleasi dan kebutuhan prothesis
5. Perubahan persepsi sensori : visual
berhubungan dengan proses penyakit dan enukleasi
XI.
Referensi
1. Behrman RE & Vaughan VC, 1992, Ilmu Kesehatan Anak Bagian 3, alih
bahasa Maulany RF, EGC Jakarta.
2.
Closkey Jc & Bulechek, 1996, Nursing Intervention Classification. 2nd Ed. Mosby Year Book
3.
Johnson M, 2000. Nursing
Outcome Classification (Noc). 2nd Edition. Mosby Year Book
4.
NANDA, 2005-2006, Nursing
Diagnosis : Deffinition & Classification, Philadhelphia
5.
Velde VD et al, 1966, Onkologi, edisi 5, alih bahasa Arjono, Panitia Kanker RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, GMU Press.
6.
Suharjo & Hartono, 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran
UGM.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
RETINOBLASTOMA
Tanggal Praktek : 15-17 Juni 2009
Tempat praktek : Ruang Kartika 2 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
I.
IDENTITAS DATA No. RM :
01 422782 Tgl masuk :
10 Juni 2009
Nama : An. N.S Tgl Pengkajian: 15 Juni 2009
Nama Panggilan : An. N
TTL : Purwodadi/ 5 Juli 2004
Usia :
4 tahun
Nama Ayah : Tn. T
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLTP
Nama ibu : Ny. H
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama :
Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat :
Nglejok, Pelem Gabus, Grobogan, Purwodadi
II. KELUHAN UTAMA
Mata membesar dan
kejang (rujukan RS YAP)
III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
8BSMRS:
mata kanan seperti mata kucing, tidak ada nyeri, diperiksakan ke dokter umum
dirujjuk ke Semarang didiagnosa sebagai tumor kemudian dirujuk ke RS.YAP,
disarankan untuk operasi tetapi kelurga menolak.2MSMRS:mata kanan semakin
membesar, klien mengelluh pusing, anak tidak mau makan dan minum, muntah
1-2x/hari.1HSMRS:anak semakain lemas, tidak mau makan dan minum, dibawa ke RS
YAP,selama dirawat anak kejang 5x.HSMRS: KU menetap kemudian dilakukan cek
darah dengan hasil hiponatremi, dilakukan CT scan, dari hasil CT scan
didapatkan bahwa terdapat metastase
Intra Cranial, dirujuk ke RSS, di UGD kejang 1x diberi diazepam.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Prenatal:
Ibu
mengatakan tidak pernah periksa selama hamil, mual (-), muntah (-),
Hiperemesis(-), Jantung (-), Diabetes(-)
b. Perinatal dan
Postnatal :
Lahir
ditolong oleh bidan, spontan pada umur cukup bulan, langsung menangis, gerak
aktif, BBL tidak ditimbang
a.
Penyakit yang pernah diderita : disangkal
b.
Hospitalisasi / Tindakan operasi : pernah di rawat di RS Semarang dan DR.Yap
dengan keluhan yang sama
c.
Injury dan kecelakaan : tidak ada
d.
Alergi : tidak ada riwayat alergi
e.
Imunisasi dan tes laboratorium :
Imunisasi
:
BCG
: umur 1 bulan
Polio
: 1,2,3,4 : umur 2,4,6,8 bulan
DPT
1,2,3 : umur 2,4,6 bulan
Hepatitis
B 1: 1x
Campak
: umur anak 9 bulan
Imunisasi
dilakukan di posyandu.
V.
RIWAYAT PERTUMBUHAN
BBL
:tidak ditimbang saat lahir, BB sekarang 14 kg, TB sekarang 105 cm
Menurut
ibu anak tengkurap pada usia 4 bulan, merangkak 6 bulan, berjalan 9 bulan.
Menggenggam 2 bulan, bicara lancar 12 bulan,
tersenyum 4 bulan.
VI. RIWAYAT
SOSIAL
a. Yang mengasuh :
ayah dan ibu
b.
Hubungan dengan anggota keluarga : baik, akrab
c.
Hubungan dengan teman sebaya : baik, biasa bermain dengan teman sebaya,
orang terdekat adalah orang tua.
VII.
RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi : anak tinggal bersama kedua orang tua, Keluarga klien
termasuk tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah, bapaknya bekerja sebagai
buruh, penghasilan per bulan tidak terkaji, pembayaran menggunakan umum.
b. Lingkungan Rumah : rumah dengan dinding
permanen, lantai ubin, memiliki WC, kamar mandi, sumber air bersih berasal dari
PAM.
c. Penyakit keluarga : penyakit keganasan pernah
diderita nenek dari pihak ayah
d. Genogram
VIII.
PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
Saat ini anak berada pada tahap
perkembangan pra sekolah : tingkat perkembangan saat ini sulit dikaji karena
anak lemah, anak jarang berkomunikasi, menangis ketika lapar.
IX. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN SAAT INI
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Menurut ibu, kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Jika ada
anggota keluarga yang sakit, dibawa ke Puskesmas atau Rumah sakit. Saat keluman
awal muncul langsung diperiksakan tetapi dulu disuruh operasi tidak mau.
b. Nutrisi
Saat ini anak
tidak mau makan lewat oral, anak terpasang sonde, diit per sonde susu 100 ml/3
jam. Setelah sakit makin lama nafsu makan anak menurun.
c. Cairan
Anak minum 5-6
gelas sehari, air putih, teh dan kadang-kadang susu. Saat di RS cairan I VD51/2S
untuk hidrasi. Kebutuhan Cairan=1200cc/hari.
d. Aktivitas
Aktivitas saat di rumah nonton TV, membaca atau bermain dengan temannya. Aktivitas terbatas di tempat tidur. Semua
aktivitas dibantu.
e. Tidur dan Istirahat
Selama di RS,
anak bisa tidur pulas, waktu anak tidur tidak pasti.
f. Eliminasi
BAB teratur 1 x
sehari, tetap selama sakit pola BAB berubah, selama dirawat di RSS anak BAB 1x
,. BAK 6-7 kali sehari, lancar dan tidak ada keluhan.
g. Pola Hubungan
Klien dekat dengan ayah dan ibunya. Saat sakit anak ditunggu oleh kedua
orang tua,nenek dan paman.
h. Koping atau temperamen dan disiplin yang
diterapkan
Ibu tidak suka memaksa anaknya melakukan sesuatu. Ibu mengikuti keinginan
anaknya, selama tidak membahayakan diri anak.
i.
Kognitif
dan persepsi
Mata kanan
menonjol dan membesar, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa dan
Indonesia.
j.
Konsep
diri
Menurut ibu anak tidak masalah dengan penampilan dirinya.
k. Seksual dan menstruasi
Klien berjenis kelamin laki-laki, umur 5 tahun 3 bulan
l.
Nilai
Tidak terkaji.
X.
PEMERIKSAAN
FISIK
a. Keadaan umum
§ Tingkat kesadaran : Composmentis
§ Nadi : 92 X /menit Suhu :
37,20C RR
: 24X /menit
§ Respon nyeri : anak
mengatakan kepala pusing
§ BB
: 14 kg TB : 105 cm LLA : 13 cm
LK : 48 cm
LD : 51,5 cm
Status gizi: baik
b. Kulit
: Kulit bersih, akral hangat, turgor baik, kapilari refill < 2 detik
c. Kepala : bentuk mesocepal, kulit kepala
bersih
d. Mata : pupil anisokor 5mm/3mm,reaksi
cahaya -/+
e. Telinga : bersih, serumen -/-
f. Hidung : bersih, tidak ada sekret, bentuk
normal, tidak ada perdarahan.
g. Mulut : terdapat stomatitis
h. Leher : JVP tidak meninggi, tidak ada
bekas operasi
i.
Dada
: tipe pernapasan thoracoabdominal, bentuk dada normal, pergerakan dada
simetris, Tidak ada nyeri dada dan
penggunaan otot-otot tambahan.
j.
Paru
: perkusi sonor, vesikuler +/+, tidak ada bunyi nafas tambahan.
k. Payudara : bersih, puting simetris.
l.
Jantung
: S1 tunggal, S2 split tak konstan
m. Abdomen : turgor baik, abdomen supel, BU (5-10
X /mnt), limpa SI
n. Genitalia : jenis kelamin laki-laki,
testis +/+
o. Anus dan rectum : tidak ada haemorroid dan
edema.
p. Musculoskeletal : kekuatan otot baik, kesan
eutrofi, terpasang infus pada tangan kiri.
q. Neurologi : GCS : E4M4V5, Refleks fisiologis
positif di keempat ekstremitas
XI.
Pemeriksaan
Diagnostik Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tangga 15 Juni 2009
Hb
9,8 gram/dl (13-17)
AL 11,13
x 103/ul (5-11)
Segment 54,1% (36-66)
Lymp 28,1% (22-40)
Mono 0,5% (4-8)
PLT 314
x 103/ul (150-450)
BUN 8,2 mg/dl (7-18)
CREAT 0,43 mg/dl (0,6-1,3)
Tgl 16-06-09
CK 424 U/L (38-174)
CKMB 54,3 U/L (0-10)
Program terapi :
Tanggal 15 Juni 2009
Phenytoin 2 x 35 mg
Tanggal 16 Juni 2009
Vincristin IV 0,7mg
Cyclophosphamid IV 560 + MESNA 60% 300mg
Ondansentron 3 mg/kali
Tanggal 17 Juni 2009
Phenytoin 2 x 35 mg
Ondansentron 3 mg/kali
Doxorubicin 9,5 mg tunda karena CK,CKMB tinggi
XIII .ANALISA DATA
NO |
Tanggal |
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI |
1.
|
20/04/09
|
Faktor risiko:
- Rencana kemoterapi
|
Risiko cedera
|
Agen kimia: kemoterapi
|
2.
|
20/04/09
|
Faktor risiko:
- Klien terpasang iv line di tangan kanan
sejak tanggal 14/06/09
- Penyakit kronik: Retino blastoma
- Terdapat luka stomatitis pada mulut
|
Risiko infeksi
|
Prosedur invasif, penyakit kronik, peningkatan paparan lingkungan patogen
|
XII. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera dengan faktor risiko agen
kimia: kemoterapi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor
risiko prosedur invasif, penyakit kronik, peningkatan paparan lingkungan
patogen
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Dx
|
Rencana Keperawatan
|
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
|
1.
|
Risk control : drug use:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, klien/ keluarga dapat
mengontrol faktor risiko cedera akibat penggunaan obat, dengan kriteria
hasil:
o Pasien /keularga mengerti efek samping obat
o Pasien/keluarga menunjukkan perilaku pencegahan
efek samping obat
o Pasien/keluarga mampu memonitor faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko cidera
o Pasien/keluarga mampu melaporkan jika ada gejala efek
samping obat
Risk detection
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, perawat mampu mendeteksi risiko
cedera akibat penggunaan obat, dengan kriteria hasil:
o Perawat dapat mendeteksi faktor resiko efek samping
obat
o Perawat mampu memonitor perkembangan kondisi kesehatan klien
o Perawat dapat berkolaborasi dengan profesi lain yang
terkait dengan obat-obatan
o Perawat mampu mengelola interval pemberian obat-obatan
yang beresiko meninmbulkan efek samping
|
Manajemen Medikasi
o Tentukan obat yang
dibutuhkan pasien sesuai resep dan protokol pengobatan
o Monitor efek
samping obat
o Fasilitasi
perubahan pengobatan bersama dokter
o Ajarkan pada
pasien/keluarga metode pemberian obat
o Ajarkan pada
pasien/keluarga cara kerja dan efek samping obat
o Sediakan informasi
tertulis untuk pasien/ keluarga tentang prosedur/protokol pengobatan
o Tentukan ekibat
pengobatan terhadap gaya hidup pasien/ keluarga
o Hubungi pasien/
keluarga post discharge planning untuk memantau perkembangan pengobatan
pasien selama di rumah
Administrasi
Pengobatan
o Ikuti prinsip 6
benar dalam pemberian obat
o Verifikasi obat
yang diresepkan sebelum obat diberikan
o Monitor kemungkinan
alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat yang akan diberikan
o Yakinkan bahwa obat
yang akan diberikan belum kadaluarsa
o Siapkan obat
menggunakan alat dan teknik yang sesuai
o Monitor vital sign
dan hasil laboratorium sebelum dan sesudah pemberian obat
o Berikan obat sesuai
dengan teknik dan rute
o Gunakan protokol
yang sesuai dalam pemberian obat
o Dokumentasikan
pemberian obat dan respon pasien selama pengobatan
|
2.
|
Kontrol Infeksi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, klien dapat mengontrol infeksi terjadi dengan kriteria hasil klien mampu
:
o Memonitor faktor
resiko lingkungan
o Memonitor faktor
resiko tingkah laku personal
o Melakukan strategi
kontrol resiko
o Memodifikasi gaya
hidup untuk mengurangi resiko
o Mencegah paparan
ancaman kesehatan
o Melaporkan
perubahan status kesehatan
o Memonitor perubahan
status kesehatan
Status imun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
risiko infeksi dapat dikontrol dan status imun klien meningkat
Kriteria hasil :
o Tidak ada tanda dan
gejala infeksi baik lokal maupun sistemik
o Tanda-tanda vital
dbn
Suhu < 37,5oC
RR: 20-30x/menit
HR: 4-7 tahun 60-110x/menit
o AL 5000-10.000 /ul
o Klien memahami
tanda dan gejala infeksi
o Klien memahami
cara-cara pencegahan infeksi
|
Infection
Control
(Kontrol infeksi)
o Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
o Ganti
peralatan perawatan pasien sesuai dengan protokol
o Isolasikan
pasien dari terpaparnya penyakit menular
o Batasi
pengunjung
o Instruksikan
pada pengunjung untuk mencuci tangan dengan alkohol saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
o Gunakan
sabun antimikroba untuk cuci tangan
o Cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
o Gunakan
Universal Precaution
o Gunakan
baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
o Bersihkan
kulit pasien dengan agen antibakteri
o Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat
o Ganti
letak IV perifer dan line central dan dressing setiap 3 hari
o Tingkatkan
intake nutrisi
o Dorong
intake cairan
o Tingkatkan
istirahat
o Jelaskan
pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan untuk
melaporkan kepada tenaga kesehatan
o Ajarkan
pasien dan anggota keluarga cara pencegahan infeksi
o Penkes tentang pengelolaan dan penyiapan makanan
yang aman
Proteksi terhadap Infeksi
o Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
o Monitor
hitung granulosit, WBC
o Monitor
kerentanan terhadap infeksi
o Inspeksi
kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
o Instruksikan
pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
o Ajarkan
pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
o Ajarkan
cara menghindari infeksi
o Laporkan
kecurigaan infeksi
o Laporkan
kultur positif
|
NO. DX
|
HARI/ TANGGAL/ JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Senin, 15/06/09
08.00
11.00
14.00
16.00
18.00
21.00
24.00
06.00
|
Mengobservasi KU klien
Mengantar urin untuk cek elektrolit urin
tampung
Mengukur suhu,RR,HR
|
S: ibu mengatakan anak akan dikemoterapi,sekarang
merasa pusing
O:demam tidak ada (suhu 37,3oC), RR
28x/m, HR 100x/m, mual (-), muntah (-), terpasang infus KAEN 3A 8 tpm
A:risiko cedera
dengan faktor resiko rencana kemoterapi
P:Ambil darah untuk pengecekan pre kemoterapi
|
Mengobservasi KU klien
Mengukur suhu klien, RR, HR
Mengambil darah untuk pengecekan
|
S: ibu mengatakan anak masih pusing
O: demam tidak ada (suhu 37,2oC), RR
28x/m, HR 112x/m, mual (-), muntah (-)
A: masalah belum
teratasi
P:Mengecek
rencana kemoterapi dan mengecek kepatenan infus
|
||
Mengukur suhu, RR, HR
Memonitor istirahat klien
Mengganti set infuse
Mengukur suhu, RR, HR
Mengecek order pemberian kemoterapi
|
S: Keluarga mengatakan An tidak mual maupun muntah
O:demam tidak ada (suhu 36,7oC dan
36,8oC), RR 20x/m dan 24x/m, HR 112x/m,
mual (-),
muntah (-), terpasang infus D5 ½ S 8 tpm ke-2, istirahat/ tidur (+)
A: masalah belum
teratasi
P:kelola
pemberian kemoterapi vincristin 1,8 mg dan Cycloposhamid IV 560 mg+MESNA 60%
300mg
|
||
Selasa, 16/06/09
09.00
11.00
12.00
13.00
13.45
16.00
19.00
21.00
21.00
24.00
06.00
|
Menyiapkan obat kemoterapi untuk dioplos di
instalasi tulip: vincristin 1,8 mg dalam 10 cc NaCl
Melihat hasil px laboratorium pre kemoterapi
Mengukur suhu, RR, HR
Meyakinkan bahwa obat dan pasien sudah benar
dengan mengikuti prinsip 6 Benar
Menggunakan UP
Mengecek kepatenan iv line
Mengelola pemberian inj. Ondansentron 3 mg iv
Memberikan inj. Vincristin 1,8 mg dalam 10 cc
NaCl per iv
Mengelola pemberian Cycloposhamid IV 560 mg+MESNA 60% 300mg
|
S:Keluarga mengatakan klien tertidur
O:klien terlihat lemah, S 36,8oC, RR
24x/m, HR 112x/m, IV line paten, tetesan infus lancar
Hb 9,8
gram/dl
AL 11,13 x 103/ul
Segment
54,1%
Lymp 28,1%
Mono 0,5%
PLT 314 x 103/ul
A:masalah belum
teratasi
P:Monitor efek samping kemoterapi
Mengelola pemberian Cycloposhamid IV 560 mg+MESNA 60% 300mg
|
|
Mengukur suhu,RR,HR
Monitor pemberian Cycloposhamid IV 560 mg+MESNA 60% 300mg
Monitor kepatenan infus
Mengecek obat kemoterapi
|
S: Ibu klien mengatakan dari tadi anak tertidur
O:klien terlihat tertidur, obat kemoterapi habis
pukul 21.00, diganti D51/2 ,S 37,3 N 113 RR 28
A:masalah belum teratasi
P:monitor efek samping kemoterapi
|
||
Mengukur suhu, HR, RR
Memonitor istirahat klien
Mengobservasi efek
samping kemoterapi
Mengelola
istirahat klien
Memberikan injeksi
ondansentron 3mg
Mengukur suhu,
HR,RR
Mengecek status untuk
melihat rencana kemoterapi lanjutan
|
S:Ibu klien mengatakan tadi klien muntah
1x
O:Anak terlihat lemas, S 37oC dan 37oC,
RR 28x/m dan 26x/m, HR 106x/m dan 110x/m
A:masalah belum
teratasi
P:Kelola
pemberian ondansentron 3 mg jika anak muntah
|
||
Rabu, 17/06/09
11.00
12.00
15.00
16.00
18.00
21.00
24.00
06.00
|
Monitor efek samping kemoterapi
Memberika injeksi Ondansentron 3 mg
Mengukur suhu, HR, RR
Monitor efek samping kemoterapi
|
S:ibu mengatakan klien merasa lemas,
muntah sebanyak 3x
O:S 36oC,
RR 22x/m, HR 100x/m, anak terlihat lemas
A:masalah belum teratasi
P: monitor efek samping kemoterapi
|
|
Mengukur suhu, HR,RR
Monitor efek samping
Memberikan injeksi ondansentron 3 mg
|
S:keluarga mengatakan setelah disuntik obat tidak muntah tetapi siang ini
muntah 1 x
O:klien terpasang iv line di tangan kanaa D5 ½ S 8 tpm, S 360C,
RR 22x/m, HR 100x/m
A:risiko cedera: agen kimia(kemoterapi)
P: monitor efek
samping kemoterapi
|
||
Mengukur suhu, HR, RR
Mengecek kelancaran iv line
Memonitor istirahat klien
Mengukur suhu, HR, RR
|
S:-
O:infus D5 ½ S paten, S 37,50C, RR 28x/m, HR 120x/m,
istirahat/ tidur (+)
A:risiko cedera: agen kimia
P:
Kaji kesiapan
klien dan keluarga terhadap pemberian kemoterapi selanjutnya
|
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. DX
|
HARI/ TANGGAL/ JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Senin, 20/04/09
08.00
09.00
11.00
12.00
15.00
18.00
20.30
21.00
05.00
06.00
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan masker
Membersihkan dan mengganti linen tempat tidur
klien
Memonitor kebersihan diri klien
Perawatan luka pada mata
Mengobservasi area insersi iv line thd nyeri,
kemerahan, dan bengkak
Mengukur suhu, RR, dan HR
Memonitor kerentanan klien terhadap infeksi
Memonitor intake siang klien
|
S: ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, banyak
sariawan di mulut
O: demam tidak ada (suhu 37,3oC), RR 28x/m, HR 100x/m, mual
(-), muntah (-), terpasang infus KAEN 3A 8 tpm.diit per sonde/3 jam 100cc
A:risiko infeksi
masih ada, masalah teratasi sebagian
P:monitor tanda dan gejala infeksi lokal pada area insersi iv line maupun
sistemik, ukur VS tiap 6 jam, penkes
tanda dan gejala infeksi beserta cara pencegahannya
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan memakai masker
Mengukur suhu, RR, dan HR
Menjelaskan pada ibu klien bahwa kemoterapi
dapat menurunkan daya tahan tubuh klien terhdap infeksi
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi dan cara
pencegahannya
Meminta keluarga agar melaporkan pada perawat
atau dokter jika timbul tanda dan gejala infeksi pada klien
Memonitor diit sore klien
Mendorong klien untuk tidur/ istirahat
|
S:ibu menyatakan paham mengenai tanda gejala
infeksi dan cara pencegahannya
O:suhu 37,4oC, RR 24x/m, HR 108x/m,
ibu klien terlihat memperhatikan dan mengangguk-angguk saat perawat
memberikan Penkes tentang infeksi, diit j.18.00 dan 21.00 @ 100, klien masih terpasang
iv line di kaki kanan
A:risiko infeksi masih ada
P:monitor tanda dan gejala infeksi lokal pada
area insersi iv line maupun sistemik, ukur VS tiap 6 jam,ganti posisi IV line
|
||
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan masker
Mengukur suhu, RR, dan HR
Mengobservasi tidur klien
Menyiapkan air hangat untuk mandi
Mengganti posisi infus
Mengukur suhu, RR, dan HR
|
S:-
O: demam tidak ada (suhu 36,7oC dan
36,8oC), RR 20x/m dan 24x/m, HR 112x/m,
mual (-),
muntah (-), terpasang infus D5 ½ S 8 tpm ke di tangan kanan, istirahat/ tidur
(+)
A:risiko infeksi masih ada
P:dorong klien mandi, monitor tanda dan gejala
infeksi, ukur VS tipa 6 jam
|
||
Selasa, 21/04/09
08.00
09.00
11.00
14.00
16.00
18.00
20.30
21.00
24.00
05.00
06.00
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan masker
Membersihkan dan mengganti linen tempat tidur
klien
Melakukan perawatan mata
Memonitor mukosa mulut klien
Mengobservasi area insersi iv line thd nyeri,
kemerahan, dan bengkak
Mengukur suhu, RR, dan HR
Menjelaskan pada ibu klien bahwa kemoterapi
dapat menurunkan daya tahan tubuh klien terhdap infeksi
Mengobservasi diit siang klien
Memonitor istirahat siang klien
|
S:Ibu mengatakan sonde terus diberikan
O: S 36,8oC, RR 24x/m, HR 112x/m,klien
masih terpasang iv line ditangan kanan, tidak ada nyeri, kemerahan ataupun
bengkak, tetesan lancar, luka bersih,terdapat stomatitis pada mulut
A:risiko infeksi
masih ada
P:, monitor tanda dan gejala infeksi, ukur VS
tipa 6 jam
|
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan masker
Memonitor istirahat siang klien
Mengukur suhu, RR, dan HR
Melepas iv line
Memonitor diit
Mendorong klien untuk istirahat nalam
|
S:-
O: S 37,7oC, RR 28x/m, HR 113x/m, iv
line masih terpasang di tangan kanan, istirahat siang (+), diit terakhir
j.21.00
A:risiko infeksi
masih ada
P: monitor tanda
dan gejala infeksi lokal maupun sistemik, ukur VS tiap 6 jam
|
||
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan memakai masker
Mengukur suhu, RR, dan HR
Memonitor istirahat klien
Menyiapkan air hangat untuk mandi
Mengukur suhu, RR, dan HR
|
S:keluarga mengatakan anak sudah dipel
O:S 37oC dan 37oC, RR 28x/m
dan 26x/m, HR 106x/m dan 110x/m, tidur klien tenang
A:risiko infeksi masih ada
P:monitor tanda dan gejala infeksi lokal maupun
sistemik, ukur VS tiap 6 jam
|
||
Rabu, 22/04/09
08.00
11.00
12.00
13.00
15.30
16.00
18.00
21.00
24.00
05.00
06.00
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan masker
Membersihkan dan mengganti linen tempat tidur
klien
Melakukan perawatan mata
Melakukan oral care
Memonitor aktivitas klien
Mengukur suhu, RR, dan HR
Memonitor diit siang
Mendorong klien untuk istirahat siang
|
S:ibu mengatakan sariawan masih ada
O:klien terlihat jalan-jalan, S 36oC,
RR 22x/m, HR 100x/m, mukosa mulut stomatitis, tidak ada tanda dan gejala
infeksi di tempat insersi infus, diit terakhir jam 12.00
A:risiko infeksi masih ada
P:monitor tanda dan gejala infeksi lokal maupun
sistemik, ukur VS tiap 6 jam
|
|
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan memakai masker
Mengukur suhu, RR, dan HR
Memonitor diit sore
|
S:-
O: S 37,10C, RR 28x/m, HR 106x/m, klien
terpasang iv line di tangan kanan, tetesan lancar, diit terakhir j.21.00
A:risiko infeksi
masih ada
P: monitor tanda
dan gejala infeksi lokal maupun sistemik, monitor area insersi iv line terhadap
kemerahan, nyeri dan bengkak, ukur VS tiap 6 jam
|
||
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan kepada klien
Memakai sarung tangan dan memakai masker
Mengukur suhu, RR, dan HR
Memonitor istirahat klien
Menyiapkan air hangat untuk mandi
Mengukur suhu, RR, dan HR
|
S:-
O: S 37,50C,
RR 28x/m, HR 120x/m, klien terpasang iv line di tangan kanan, tetasan D51/2 S
8 tpm lancar, tidur klien tenang
A:risiko infeksi
masih ada
P: monitor tanda
dan gejala infeksi lokal maupun sistemik, monitor area insersi iv line
terhadap nyeri, kemerahan dan bengkak, dan kelancaran tetesan infus, ukur VS
tiap 6 jam
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar