- Definisi.
Jejas kranium adalah trauma mekanik yang terjadi pada
kepala yang tidak dapat dihindari serta trauma anoksik yang dialami bayi selama
kelahiran dan proses persalinan (Nelson, 2000).
- Etiologi.
Jejas dapat merupakan akibat dari ketrampilan atau
perhatian medis yang tidak tepat atau kurang, atau jejas dapat terjadi walaupun
terdapat ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan perawatan obstetrik, tidak
bergantung pada suatu tindakan atau kelalaian.
Faktor predisposisi :
- Faktor Ibu :
-
Primigravida
-
Disproporsi Kepala terhadap Panggul
-
Distosia
-
Kelahiran yang lama
-
Presentasi bokong
-
Oligohidramnion
- Faktor Bayi :
-
Presentasi muka atau bokong
-
BBLSR atau sangat prematur
-
Bayi besar (Macrosomia)
-
Bayi dengan kepala yang besar
-
Bayi dengan kelainan bawaan
- Tindakan persalinan
-
Forseps atau vacuum ekstraksi
-
Versi dan ekstraksi
Patofisiologi
Tekanan yang terjadi pada proses persalinan normal
adalah pada bagian simfisis pubis, promontorium sakaralis, atau spina
iskhiadikus ibu. Tekanan tersebut akan membuat trauma pada kepala bayi dari
yang paling ringan yaitu kaput suksedaneum sampai pada fraktur kepala, dan bisa
diperberat dengan adanya proses persalinan dengan bantuan mekanik (misalnya
forceps).
- Tanda dan gejala.
Tanda dan gejala pada trauma kepala/jejas kranium
berdasarkan jenis jejas yang terjadi pada kepala bayi.
Menurut Nelson, 2000, jenis jejas kranium terdiri dari :
- Kaput suksedaneum adalah pembengkakan yang edematosa, kadang ekimotik, dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan. Gejala yang etrlihat adalah pembengkakan, perubahan warna dan kaput dapat menyilang garis tengan atau menyilang garis sutura. Kadang terjadi molding atau penumpangan tulang parietalis.
- Eritema, luka lecet, ekimosis pada jaringan lunak atau kulit kepala.
- Perdarahan subkonjungtiva atau retina dan ptekie pada kulit kepala.
- Sefalhematoma adalah perdarahan subperiosteum, karena terbatas pasa 1 permukaan tulang kranium. Tidak ada perubahan warna pada kulit kepala yang menutupi dan pembengkakan biasa tidak terlihat sampai beberapa jam sesudah lahir, keran prosesnya lambat.
- Fraktur tengkorak.
Fraktur dapat terjadi akibat tekanan mekanis yang kuat misal pada forseps
atau pada beberapa tulang ibu yang menonjol yaitu promontorium atau spina
iskhiadika saat persalinan bokong.Fraktur linier adalah yang paling sering
terjadi. Sering fraktur tidak menimbulkan gejala kecuali disertai jejas yang
jelas pada intrakranium.
- Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi (Nelson, 2000) :
-
Syok
- Perdarahan intrakranium
-
Hiperbilirubinemia
- Protuberansia tulang (pelebaran celah
diploik)
-
Kalsifikasi tulang
- Penatalaksanaan
Sebagian besar jejas kranium tidak diperlukan pengobatan
khusus dan dapat menghilang pada 1 minggu-3 bulan tergantung lokasi dan
beratnya kondisi.
Pada beberapa keadaan dapat diberikan fototerapi yaitu bila terjadi
hiperbilirubinemia atau transfusi bila ada perdarahan, atau penanganan
peningkatan TIK sesuai prosedur yang ada.
- Asuhan Keperawatan
- Pengkajian :
1)
Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
2)
Riwayat kesehatan :
a.
Keluhan utama: terutama pada jejas yang tampak dan sistem
pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
b.
Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses
persalinan
3)
Pemeriksaan Fisik :
a.
Keadaan umum : kesadaran, vital sign
b.
Pemriksaan fisik : terutama bagian kepala yang terdapat
jejas atau bagian lainnya yang mungkin terjadi
c.
Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang
terlibat langsung
§
Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi
normal. Refraksi strenum dan interkosta, nafas cuping hidung, cyanosis pada
udara kamar, grunting, respirasi cepat atau lambat
§
Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi
lemah/cepat, akral dingin/hangat, cyanosis perifer
§
Sistem gastrointestinal : muntah, kembung,
peristaltik menurun/meningkat
§
Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
- Diagnose keperawatan
1)
Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral)
berhubungan dengan aliran arteri dan atau vena terputus.
2)
PK: peningkatan TIK dengan proses desak ruang akibat
penumpukan cairan/ darah di dalam otak.
3) Kebersihan jalan nafas tak efektif
berhubungan dengan fisiologis (disfungsi neuromuskuler).
4) PK : Anemia
5) Resiko aspirasi, faktor resiko: penurunan
tingkat kesadaran, penurunan fungsi otot-otot pernafasan
6)
Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang
dingin
7)
Resiko infeksi
Rencana
Keperawatan
No
|
Diagnose
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Perfusi
jaringan tak efektif (spesifik sere-bral) b.d aliran arteri dan atau vena
terputus, dengan batasan karak-teristik:
-
Perubahan respon motorik
-
Perubahan respon pupil
|
NOC:
1.
Status sirkulasi
2.
Perfusi jaringan serebral
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam, klien mampu men-capai :
1.
Status sirkulasi dengan indikator:
·
Tekanan darah sis-tolik dan diastolik dalam
rentang yang diharapkan
·
Tidak ada ortostatik hipotensi
·
Tidak ada tanda tan-da PTIK
2.
Perfusi jaringan serebral, dengan indicator :
·
Tingkat kesadaran klien membaik
|
Monitor
Tekanan Intra Kranial
1.
Catat perubahan respon klien terhadap stimu-lus /
rangsangan
2.
Monitor TIK klien dan respon neurologis terhadap
aktivitas
3.
Monitor intake dan output
4.
Pasang restrain, jika perlu
5.
Monitor suhu dan angka leukosit
6.
Kaji adanya kaku kuduk
7.
Kelola pemberian antibiotik
8.
Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-40O
dengan leher dalam posisi netral
9.
Minimalkan stimulus dari lingkungan
10.
Beri jarak antar tindakan keperawatan untuk meminimalkan
peningkatan TIK
11.
Kelola obat obat untuk mempertahankan TIK dalam batas
spesifik
Monitoring
Neurologis (2620)
1.
Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2.
Monitor tingkat kesadaran klien
3.
Monitor tanda-tanda vital
4.
Monitor muntah
5.
Monitor respon klien terhadap pengobatan
6.
Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7.
Observasi kondisi fisik klien
Terapi
Oksigen (3320)
1.
Bersihkan jalan nafas dari secret
2.
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.
Berikan oksigen sesuai instruksi
4.
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen, dan humidifier
5.
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
6.
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
|
2
|
PK:
peningkatan tekan-an intrakranial b.d pro-ses desak ruang akibat penumpukan
cairan / darah di dalam otak (Carpenito, 1999)
Batasan
karakteristik :
-
Penurunan kesadar-an (gelisah)
-
Perubahan motorik dan persepsi sensasi
-
Perubahan tanda vi-tal (TD meningkat, nadi kuat dan
lambat)
-
Pupil melebar, re-flek pupil menurun
-
Muntah
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....x 24 jam dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi dari peningkatan
TIK, dengan kriteria :
· Kesadaran stabil (orien-asi baik)
· Pupil isokor, diameter 1mm
· Reflek baik
· Tidak muntah
|
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
§ Kaji perubahan tanda-tanda vital
§ Kaji respon pupil
§ Catat gejala dan tanda-tanda:
muntah, lethargi, gelisah, nafas
keras, gerakan tak bertujuan.
2. Tinggikan kepala 30-40O jika
tidak ada kontra indikasi
3. Hindarkan situasi atau manuver sebagai
berikut:
§ Masase karotis
§ Fleksi dan rotasi leher berlebihan
4. Pertahankan lingkungan yang tenang
5. Hindarkan pelaksanaan urutan aktivitas
yang dapat meningkatkan TIK (misal: batuk, penghisapan, pengubahan posisi,
meman-dikan)
6. Batasi waktu penghisapan pada tiap waktu
hingga 10 detik
7. Hiperoksigenasi dan hiperventilasi klien
se-belum dan sesudah penghisapan
8. Pertahankan ventilasi optimal melalui
posisi yang sesuai dan penghisapan yang teratur
9. Jika diindikasikan, lakukan protokol
atau kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat yang mungkin termasuk sebagai
berikut:
10.
Sedasi,
barbiturat (menurunkan laju meta-bolisme serebral)
11.
Antikonvulsan
(mencegah kejang)
12.
Diuretik
osmotik (menurunkan edema serebral)
13.
Diuretik
non osmotik (mengurangi edema serebral)
14.
Steroid
(menurunkan permeabilitas kapiler, membatasi edema serebral)
15.
Pantau
status hidrasi, evaluasi cairan masuk dan keluar)
|
3
|
Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan
dengan fisiologis (disfungsi neuromuskuler), dengan batasan karakteristik:
Ø Dyspnea, penurunan suara nafas
Ø Kelainan suara nafas (ronchi)
Ø Produksi sputum banyak
Ø Perubahan frekuensi dan irama nafas
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....X24jam, diharapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten.
NOC: respiratory status: airway
patency (0410)
Indikator:
Ø Frekuensi nafas 40-60x/menit
Ø Irama nafas teratur
Ø Sputum dapat dikeluarkan dari jalan
nafas
Ø Tak ada suara nafas tambahan
|
1. Manajemen jalan nafas
Ø Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw trust bila perlu
Ø Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
Ø Identifikasi klien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Ø Pasang mayo bila perlu
Ø Lakukan fisioterapi dada bila perlu
Ø Keluarkan sekret dengan suction
Ø Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara berlebihan
Ø Lakukan suction pada mayo
Ø Berikan bronchodilator bila perlu
Ø Berikan pelembab udara
Ø Atur intake cairan utuk mengoptimalkan
keseimbangan
Ø Monitor respirasi dan status oksigen
2. Suction jalan nafas (3160)
Ø Pastikan kebutuhan oral suctioning
Ø Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning
Ø Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
Ø Berikan oksigen dengan menggunakan hood
untuk memfasilitasi suction nasotrakheal
Ø Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
Ø Hentikan suction dan berikan O2 apabila
klien menunjukkan bradikardia dan peningkatan saturasi O2
|
4
|
Resiko aspirasi, faktor resiko:
Ø penurunan tingkat kesadaran
Ø penurunan fungsi otot-otot pernafasan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
....x24jam klien mampu mencapai:
1. Respiratori status: ventilasi
(pertukaran gas dalam paru) 0403, indikator:
Ø Irama nafas teratur
Ø RR: 40-60 x/mnt
Ø Ekspansi dada simetris
Ø Bernafas spontan/ mudah
Ø Suara nafas bersih
Ø Tak ada retraksi dada
Ø Tak ada suara nafas tambahan
2. Respiratori status: gas exchange
(pertukaran gas CO2 dan O2 di alveoli (0402)
indikator:
Ø Bernafas mudah
Ø Tak ada dyspnea
Ø Tak ada cyanosis
Ø Saturasi O2 85-100%
Ø PaO2 70-100 mmHg dan PaCO2 35-45 mmHg,
jika klien memakai ventilator
|
1. Suction jalan nafas (3160)
Lihat diagnosa 1
2. Pencegahan aspirasi (3200)
Ø Monitor tingkat kesadaran, reflek
menelan, gangguan reflek, dan kemampuan menelan
Ø Monitor status paru paru
Ø Pertahankan jalan nafas
Ø Jaga suction selalu siap pakai
Ø Cek posisi NGT sebelum memberikan
makanan
Ø Cek residu NGT sebelum memberikan
makanan
Ø Hindari memasukkan makanan jika residu
masih banyak
Ø Posisikan kepala/ tinggikan bed
30-40 menit setelah pemberian makanan
3. Monitoring Respirasi (3350)
Ø Monitor rata rata, kedalaman,
irama, dan usaha respirasi
Ø Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot otot tambahan, retraksi otot supra klavikula,
dan intercostals
Ø Monitor suara nafas seperti
dengkur/ ngorok
Ø Monitor pola nafas, bradipnea,
takipnea, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot.
Ø Palpasi kesamaan ekspansi paru
Ø Perkusi thorak anterior dan
posterior dari apeks sampai basis bilateral
Ø Catat lokasi trachea
Ø Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoksi)
Ø Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan atau tak adanya ventilasi dan suara tambahan
Ø Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi cracles dan ronchi pada jalan nafas utama
Ø Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
Ø Monitor hasil ventilasi mekanik, catat
peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan tidal volume (jika klien memakai
ventilator)
Ø Catat perkembangan SaO2, dan tidal
CO2, perubahan AGD (jika klien memakai ventilator)
Ø Monitor kemampuan klien untuk batuk
efektif
Ø Monitor sekret respirasi klien
Ø Catat onset, karakteristik, dan durasi
batuk
Ø Monitor dyspnea dan kejadian yang
meningkatkan atau memperburuk respirasi
Ø Buka jalan nafas dengan chin lift
atau jaw trust k/p
Ø Posisikan klien pada satu sisi
untuk mencegah aspirasi
Ø Lakukan resusitasi k/p
Ø Lakukan tindakan terapi
respiratori
4. Posisioning/ mengatur posisi
(0840)
Ø Atur posisi klien semi fowler, ekstensi
kepala
Ø Miringkan kepala bila muntah
|
5
|
Hipotermia
berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
Batasan
karakteristik :
- Penurunan
suhu tubuh di bawah rentang normal
- pucat
- menggigil
- kulit dingin
- dasar kuku
sianosis
- pengisian
kapiler lamabat
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …..x 24 jam hipotermia tidak terjadi
dengan kriteria :
- suhu aksila
36,5-37 C
- RR 40-60
kali/menit
- warna kulit
merah muda
- pasien tidak
gelisah
- pasien tidak
letargi
|
Hipotermia
Treatment
- Pindahkan
bayi dari lingkungan yang dingin ke dalam lingkungan/tempat yang hangat
(didalam inkubator atau lampu sorot)
- segera ganti
pakaian pasien yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering,
berikan selimut
- monitor
gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit
- monitor
status pernafasan
- monitor
intake dan output
|
DAFTAR PUSTAKA
1. IOWA Outcomes Project. Nursing Outcomes Clasification
(NOC), edisi 2, 2000. Mosby.
2. IOWA Outcomes Project. Nursing Interventions
Clasification (NIC), edisi 2, 2000. Mosby.
3. Ralph dan Rosenberg. 2003. Nursing Diagnosis:
Definition and Clasification 2005-2006. Philadelphila, USA.
4. Nelson, 2000, Textbook of Pediatrics, W.B. Saundres
Company, Pennsylvania, USA.
5…………, 2006, Materi Pelatihan Perinatologi, Yogyakarta
6. Carpenito, rencana Asuhan dan
dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar