Pengertian Umum
Budgeting
Pengertian Budget
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam
unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang.
Dari pengertian di atas nampaknya bahwa suatu Budget
mempunyai empat unsur, yaitu:
·
Rencana
·
Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
·
Dinyatakan dalam unit moneter
·
Jangka waktu tertentu yang akan datang
Manfaat Budget
Manfaat Budget terdiri dari tiga pokok, yaitu :
·
Sebagai pedoman kerja
·
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan
memberikan arahan serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai
oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.
·
Sebagai alat pengawasan kerja
Budget
berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi
realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di
dalam Budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah
dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.
Sebagai alat
pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan kerja
agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam perusahaan dapat saling
menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah
ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
Proses Penyusunan
Budget
Sebagaiman telah dijelaskan di atas, suatu Budget dapat
berfungsi dengan baik bilamana tafsiran-tafsiran (forecast) yang termuat
didalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti.
Untuk bisa melakukan penafsiran secara lebih akurat, diperlakukan sebagai data,
informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan didalam menyusun Budget. Adapaun faktor-faktor tersebut secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, ialah :
Faktor-faktor intern, yaitu data, informasi dan pengalaman
yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain
berupa :
·
Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan
masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran
distribusi dan sebagainya.
·
Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
·
Tenaga kerja yang dimiliki peruahaan, baik
jumlahnya (kuantitatif) maupun ketrampilan dan keahliannya (kualitatif).
·
Modal kerja yang dimiliki perusahaan.
·
Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki
perusahaan.
·
Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang
pemasaran, dibidang produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi
maupun dibidang personalia.
Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur
dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa
yang akan datang. Misalnya Modal Kerja yang sekarang dimiliki dirasakan kurang
untuk periode Budget yang akan datang, maka perusahaan dalam batas-batas
tertentu masih bisa menambahnya, misalnya dengan meminta kredit ke Bank.
Demikian pula halnya dengan mesin-mesin, peralatan-peralatan, tenaga kerja
serta fasilitas-fasilitas lain, dalam batas-batas tertentu masih disesuaikan
dengan apa yang diinginkan untuk periode budget yang akan datang, baik ditambah
maupun dikurangi. Oleh karena itu faktor-faktor intern ini sering disebut
sebagai faktor yang controlable (dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang dalam
batas-batas tertentu masih bisa disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan
untuk periode Budget yang akan datang.
Faktor-faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman
yang terdapat di luar perusahaan, tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa :
·
Keadaan persaingan
·
Tingkat pertumbuhan penduduk
·
Tingkat penghasilan masyarakat
·
Tingkat pendidikan masyarakat
·
Tingkat penyebaran penduduk
·
Agama, adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat.
·
Berbagai kebijakan pemerintah, baik dibidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan.
·
Keadaan perekonomian nasional maupun
internasional, kemajuan tehnologi dan sebagainya.
Terhadap faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu
utnuk mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkanya dalam periode Budget yang
akan datang. Oleh karena itu faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai
faktor yang un-controlabel (tidak dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang tidak
dapat diukur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan. Akibatnya
perusahaanlah yang harus menyesuaiakan dirinya, menyesuaikan
kebijaksanaan-kebijaksanaannya dengan faktor-faktor tersebut.
PENGERTIAN BUDGETING
Dalam pengertian Budget yang telah diuraikan di atas
dapatlah diketahui bahwa Budget merupakan hasil kerja (out-put) yang terutama
berupa tafsira-tafsiran yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Karena
suatu Budget merupakan hasil kerja (out-put), maka Budget dituangkan dalam
suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Sedangkan yang
dimaksudka dengan Budgeting adalah proses kegiatan yang menghasilakan Budget
tersebut sebagai hasil kerja (out-put), serta proses kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi Budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja,
alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci,
proses kegiatan yang tercakup dalam Budgeting tersebut antara lain:
·
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan
untuk menyusun Budget
·
Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi
tersebut untuk mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun Budget.
·
Menyusun Budget serta menyajikannya secara
teratur dan sistematis.
·
Pengkoordinasian pelaksanaan Budget
·
Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan
pengawasan, yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan
Budget.
·
Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk
mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan, serta
menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari
kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Prosedur Penyususnan
Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau
menyusun Budget serta pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada ditangan
pimpinan tertinggi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi
perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas
kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tugas
menyiapkan dan menyusun Budget serta kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak
harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat
didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau
bagian apa yang diserahi tugas memprsiapkan dan menyusun Budget tersebut sangat
tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi
pada garis besarnya tugas mempersiapkan dan menyususn Budget ini dapat
didelegasikan kepada :
1.
Bagian administrasi, bagian perusahan yang kecil. Hal ini disebabkan karena bagi
perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks,
sederhana, dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan Budget
dapat diserahkan kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang
bersangkutan, dan tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh
bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
2.
Panitia Budget, bagian perusahan yang besar. Hal ini
disebabkan karena bagi perusahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup
kompleks, beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga Bagian
Administrasi tidak mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Budget sendiri
tanpa partisipasi aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu
tugas menyusun Budget perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian
yang ada di dalam perusahaan, yang duduk dalam Panitia Budget. Tim penyusunan
Budget ini biasanya diketuai oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur)
dengan anggota-anggota yang mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian
Pembelanjaan, serta Bgaian Personalia. Di dalam Panitia Budget inilah dilakukan
pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang,
sehingga Budget yang tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai
dengan kondisi, fasilitas serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu.
Kesepakatan bersama ini penting agar pelaksanaan Budget nanti benar-benar
didukung oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan
terciptanya kerja sama yang saling menunjang dan terkoordinasikan dengan baik.
Baik Budget yang disusun oleh Bagian Administrasi
(perusahaan kecil), maupun yang disusun oleh Panitia Budget (perusahaan besar),
barulah merupakan Rancangan Budget atau Draft Budget (tentative budget).
Rancangan Budget inilah yang diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai Budget yang
defenitif. Sebelum disahkan oleh pimpinan
tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan
perubahan-perubahan terhadap rancangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk
diadakannya pembahsan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan
pihak yang diserahi tugas menyusun Rancangan Budget tersebut.
Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka
Rancangan Budget tersebut telah menjadi
Budget yang defenitif, yang akan dijadikan sebagai pedoman kerja, sebagai alat
pengkooordinasian kerja dan sebagai alat pengawasan kerja.
Isi Budget
Sebagaimana telah diutarakan di atas, suatu Budget yang baik
haruslah mencakup seluruh kegiatan perusahaan, sehingga fungsi-fungsi Budget
(pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja)
benar-benar dapat berjalan dengan baik pula. Budget yang menyeluruh semacam itu
sering dinamakan Budget Komprehensif (Comprehensif Budget).
Adapun isi dari Budget Komprehensif secara garis besar
terdiri dari :
1.
Forecasting Budget (Budget Tafsiran), yaitu Budget yang
berisi tafsiran-tafsiran (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta tafsiran-tafsiran
(forecast) tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat
tertentu yang akan datang.
2.
Variabel Budget (Budget Variabel), yaitu Budget yang
berisi tentang tingkat perubahan beaya atau tingkat variabilitas beaya,
khususnya beaya-beaya yang termasuk kelompok beaya “semi variabel”, sehubungan
dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.
3.
Analisa statistik dan matematika pembantu, yaitu
analisa-analisa statistik dan matematika yang dipergunakan untuk membuat
tafsiran-tafsiran (forecast) serta yang dipergunakan untuk mengadakan penilaian
(evaluasi) dalam rangka mengadakan pengawasan kerja. Semua analisa-analisa
tersebut perlu dimuat (dilampirkan) di dalam Budget yang disusun, agar setiap
waktu dapat diketahui, dapat diperiksa kembali dan dapat dinilai apakah metode
dan analisa yang dipergunakan tersebut memang sudah tepat ataukah perlu
direvisi sehubungan dengan adanya perubahan faktor-faktor tertentu di waktu
yang akan datang nanti.
4.
Laporan Budget (Budget Report), yaitu laporan tentang
realisasi pelaksanan Budget, yang dilengkapi dengan berbagai analisa
perbandingan antara Budget dengan realisasinya itu, sehingga dapat diketahui
penyimpangan-penyimpangan yang bersifat positif (menguntungkan) maupun yang
bersifat negatif (merugikan), dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan
tersebut, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan dan beberapa tindak lanjut (follow-up) yang segera perlu dilakukan.
Dengan demikian dari Laporan Budget sekaligus dapat diadakan penilaian
(evaluasi) tentang sukses atau tidaknya kerja perusahaan selama jangka waktu
(periode) yang bersangkutan.
OPERATING BUDGET
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa salah satu isi
Budget adalah Forecasting Budget, yang diartikan sebagai Budget yang berisi
tafsira-tafsiran (forecast) tentang kegiatan-kegiatan perusahan dalam jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta berisi tafsira-tafsiran
(forecast) tentang keadaan atau kondisi
finansial perusahaan pada suatu saat yang akan datang.
Dari pengertian terebut nampaknya bahwa Forecasting Budget
terdiri dari dua kelompok Budget, yaitu :
·
Operating Budget (Budget Operasional)
·
Finansial Budget (Budget Finansial)
Pengertian Operating Budget
Operating Budget adalah Budget yang berisi tafsiran-tafsiran
tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang.
Operating Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan
perusahaan selama periode tertentu yang akan datang. Pada dasarnya
kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu itu meliputi dua sektor,
yaitu :
Sektor Penghasilan (
revenues), ialah pertambahan Aktiva perusahaan yang mengakibatkan
bertambahnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena penambahan setoran modal baru
dari para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pertambahan Aktiva perusahaan
yang disebabkan karena bertambah Utang. Sering pula dikatakan bahwa Penghasilan
adalah suatu kondisi prestasi yang diterima oleh perusahaan atas “sesuatu” yang
diberikan kepada pihak lain, atau atas jasa-jasa yang diberikan kepada pihak
lain.
Dipandang dari sudut hubungannya dengan usaha utama
perusahaan, penghasilan dapat dibedakan menjadi dua sub sektor, yaitu :
·
Sub-sektor Penghasilan Utama (Operating
Revenues), ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang berasal dan
berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan.
·
Sub-sektor Penghasilan Bukan Utama
(Non-Operating Revenues), ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang
tidak berasal dan tidak berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan,
melainkan dari usaha sampingan perusahaan.
Sektor Beaya
(Expenses), ialah pengurangan Aktiva perusahaan yang mengakibatkan
berkurangnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena pengurangan (pengambilan) modal
oleh para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pengurangan Aktiva perusahaan
yang disebabkan karena berkurangnya utang. Sering pula dikatakan bahwa Beaya
adalah suatu kontra pretasi yang diberikan oleh perusahaan atas “ sesuatu” yang
diterima dari pihak lain, atau jasa-jasa yang diterima dari pihak lain.
Dipandang dari sudut hubungannya dengan usaha utama
perusahaan, beaya dapat dibedakan menjadi dua sub-sektor, yaitu :
(a) Sub-sektor Beaya Utama (Operating Expenses), ialah beaya
yang menjadi beban tanggungan perusahaan, yang berhubungan erat dengan usaha
pokok perusahaan.
Dalam perusahaan industri, Beaya Utama dibedakan lagi ke
dalam tiga kelompok beaya, yaitu :
Beaya Pabrik (Factory Cost), ialah semua beaya yang terjadi
serta terdapat di dalam lingkungan tempat dimana proses produksi berlangsung.
Beaya-beaya Pabrik ini dibedakan lagi dalam tiga kelompok, yaitu:
·
Beaya Bahan Mentah (Direct Materials), ialah
beaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di dalam proses
produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
·
Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour),
ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada para tenaga kerja yang secara
langsung memproses bahan mentah, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya
akan dijual.
·
Beaya Pabrik Tidak Langsung (Factory Overhead),
ialah semua beaya yang terdapat di dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara
langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi, yaitu proses mengubah
bahan mentah menjadi bahan lain yang nantinya akan dijual. Termasuk dalam
kelompok Beaya Pabrik Tidak Langsung ini antara lain Beaya Bahan Pembantu
(Indirect Materials), Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labour), Beaya
Pemeliharaan Pabrik (Factory Maintenance) Beaya Reparasi Pabrik (Factory
Repair), Depresiasi Gedung Pabrik (Depreciation of Factory Equipment), Beaya
Listrik Pabrik (Factory Heat and Light) dan sebagainya.
Beaya Administrasi (Administration Expenses), ialah semua
beaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan kantor administrasi
perusahaan, serta beaya-beaya lain yang sifatnya untuk keperluan perusahaan
secara keseluruhan. Termasuk dalam kelompok Beaya Administrasi ini antara lain
:
·
Gaji Karyawan Kantor (Office Salaries), ialah
gaji yang dibayarkan kepada para karyawandi kantor administrasi.
·
Gaji Pemeliharaan Kantor (Office Manintenance),
ialah beaya untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan kantor administrasi.
·
Beaya Perbaikan Kantor (Office Repair), ialah
beaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan kantor administrasi.
·
Depresiasi Peralatan Kantor (Depreciation of
Office Furniture), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan di
kantor administrasi.
·
Depresiasi Gedung Kantor (Depreciation of Office
Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) kantor
administrasi.
·
Beaya Listrik Kantor (Office Heat and Light),
ialah beaya listrik untuk keperluan kantor administrasi.
·
Beaya Telepon Kantor (Office Telephone), ialah
beaya telepon untuk keperluan kantor administrasi.
·
Beaya Asuransi Kantor (Office Insurance), ialah
biaya asuransi terhadap bagunan serta peralatan kantor administrasi.
·
Beaya Supplies Kantor (Office Supplies), ialah biaya
untuk keperluan-keperluan tulis-menulis serta keperluan-keperluan kecil lainnya
di kantor administrasi, seperti kertas, karbon, lem, tinta, matera, perangko,
dan sebagainya.
Beaya Penjualan (Selling Expenses), ialah semua biaya yang
terjadi serta terdapat di dalam lingkungan Bagian Penjualan, serta beaya-beaya
lain yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bagian
Penjualan. Termasuk dalam kelompok Beaya Penjualan ini antara lain:
·
Gaji Karyawan Penjualan : (Store Salaries),
ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawan di Bagian Penjualan.
·
Beaya Pemeliharaan Bagian Penjualan (Store
Maintanance), ialah beaya untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan Bagian
Penjualan.
·
Beaya Perbaikan Bagian Penjualan (Store Repair),
ialah beaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan Bagian Penjualan.
·
Depresiasi Peralatan Bagian Penjualan
(Depreciation of Store Furnitures),
ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan Bagian Penjualan.
·
Depresiasi Gedung Bagian Penjualan (Depreciation
of Store Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) Bagian
Penjualan.
·
Beaya Listrik Bagian Penjualan (Store Heat and
Light), ialah beaya listrik untuk keperluan Bagian Penjualan.
·
Beaya Telpon Bagian Penjualan (Store Telephone),
ialah beaya telepon untuk keperluan Bagian Penjualan.
·
Beaya Asuransi Bagian Penjualan (Store
Insurance), ialah beaya asuransi terhadap bangunan serta peralatan Bagian
Penjualan.
·
Beaya Supplies Bagian Penjualan (Store
Suplieses), ialah beaya untuk keperluan-keperluan kecil lainnya di Bagian
Penjualan, seperti kertas, karbon, tinta, tali, dan sebagainya.
·
Beaya Advertensi (Advertising), ialah beaya
pemasangan iklan diberbagai media massa untuk keperluan meningkatkan penjualan.
(a).Sektor-sektor Beaya Buka Utama (Non-Operating Expenses),
ialah beaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan, yang tidak berhubungan
erat dengan usaha pokok prusahaan.
Dari uraian serta pembahsan di atas telah diketahui bahwa
Operating Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode
tertentu yang akan datang, baik kegiatan yang berhubungan dengan sektor
penghasilan maupun kegiatan yang berhubungan dengan sektor beaya.
Di dalam akutansi, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
sektor penghasilan berhubungan dengan sektor beaya ini pada akhir periode
dituangkan dalam Laporan Rugi-Laba (Income Statement) perusahaan. Bilamana
selama bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan lebih besar dari
beban beayayang harus ditanggung, berarti perusahaan memperoleh keuntungan,
sedangkan bilamana selama bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan
yang diterima lebih kecil daripada beban beaya yang harus ditanggung, berarti
perusahaan menderita kerugian. Oleh karena itu Operating Budget sering pula
disebut sebagai Income Statement Budget (Budget Rugi-Laba).
Atas dasar kelengkapan isinya, Income Statement Budget dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(1)
. Master Income Statement Budget (Budget Induk
Rugi-Laba), ialah Budget tentang penghasilan dan beaya perusahaan, yang berisi
tafsiran-tafsiran secara garis besar (global) dan kurang dijabarkan secara
lebih terperinci, seperti misalnya tafsiran-tafsiran semesteran, tahunan dan
sebagainya.
(2)
. Income
Statement Supporting Budget (Budget Penunjang Rugi-Laba), ialah Budget tentang penghasilan
dan beaya perusahaan, yang berisi tafsiran-tafsiran yang lebih terperinci,
seperti misalnya terperinci dari waktu ke waktu (bulanan), terperinci menurut
bagian (departemen) yang ada dan sebagainya. Dengan demikian Income Statement
Supporting Budget ini merupakan penjabaran serta perincian lebih lanjut dari
Master Income Statement Budget yang hanya memuat tafsiran-tafsiran secara garis
besar saja, masih belum memungkinkan Budget tersebut menjalankan fungsinya.
Agar supaya Budget dapat berfungsi sebagai
pedoman kerja, sebagai alat koordinasi kerja dan sebagai alat pengawas kerja,
maka Budget harus disusun secara jelas dan terperinci.
Tahap-tahap Penyusunan Operating Budget
Operating Budget secara terperinci disusun dalam Income
Statement Supporting Budget, yang pada dasarnya berisi Budget tentang
penghasilan, yaitu tentang Budget penjualan, dan Budget-Budget tentang beaya,
yaitu Budget Produksi serta Budget Beaya Administrasi dan Budget Beaya
Penjualan.
Antara Budget tentang penghasilan dengan Budget-Budget tentang Beaya tersebut
mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Di satu pihak, besar kecilnya
penjualan (penghasilan) mungkin ditentukan (dipengaruhi) oleh besar kecilnya
produksi (beaya), tetapi di pihak lain, besarnya produksi (beaya) mungkin
justru ditentukan (dipengaruhi) oleh
besarnya penjualan. Dengan perkataan lain, ada dua alternatif kemungkinan
tentang hubungan timbal balik antara produksi dengan penjualam tersebut, yaitu
:
(a) Alternatif Pertama
Besarnya penjualan ditentukan oleh besarnya produksi. Ini
berarti bahwa berapa jumlah penjualan
perusahaan selama periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang
mampu diproduksi perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian jika
selama periode yang akan datang, perusahaan mampu memproduksi barang dalam
jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah jumlah penjualan yang akan
dilakukan perusahaan dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode
yang akan datang, perusahaan hanya mampu memproduksikan barang dalam jumlah
sedikit, maka sejumlah sedikit pulalah penjualan yang akan dilakukan perusahaan
selama periode tersebut.
(b). Alternatif kedua
Besarnya produksi justru ditentukan oleh besarnya penjualan.
Ini berarti bahwa jumlah barang yang akan diproduksi perusahaan selama periode
yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu dijual
(dipasarkan) oleh perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian, jika
selama periode yang akan datang, perusahaan mampu menjual (memasarkan) barang dalam
jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah produksi yang yang akan dilakukan
perusahaan, dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan
datang perusahaan hanya mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang
sedikit, maka sejumlah sedikit itu pulalah produksi yang akan dilakukan
perusahaan dalam periode yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar